Setelah selesai salat Asar dan berdzikir, Farukh melihat puluhan bahkan ratusan jamaah duduk melingkar, mengelilingi seorang ulama yang tidak diketahuinya. Melihat jumlah jamaahnya yang banyak, sudah pasti ulama tersebut termasuk ulama besar. Farukh pun ikut duduk dan menyimak semua yang disampaikan ulama besar tersebut.
Muncul kekaguman dalam diri Farukh setelah mengetahui kedalaman ilmu dan kepiawaian ulama tersebut dalam menyampaikan ilmu, serta caranya berinteraksi dengan murid-muridnya. Farukh berusaha mengingat-ngingat siapa ulama besar tersebut. Selama 30 tahun meninggalkan Madinah, ternyata banyak perubahan yang terjadi.
Kekaguman Farukh bertambah-tambah, setelah mengetahui di antara ratusan jamaah yang menyimak ulama besar itu ternyata ada Imam Malik bin Anas (salah satu dari Imam Mazhab), di sebelahnya duduk Imam Sufyan Tsauri, dan di sebelahnya lagi ada Imam Laits bin Sa'ad.
Farukh kemudian bertanya ke salah seorang jamaah yang duduk di sebelahnya, "Siapakah Syekh itu?"
Yang ditanya bukannya menjawab, malah bertanya dengan keheranan, "Anda tidak tahu siapa ulama besar itu?"
Farukh kemudian menjelaskan bahwa dia seorang yang baru tiba di Madinah.
Orang itu kemudian menjelaskan. Ulama besar itu adalah sumber rujukan utama di Madinah. Dia salah satu dari tujuh ulama Madinah, yang disebut 'Al-Ulama al-Madinah Sab'ah'. Namanya adalah Rabi'ah bin Abdurrahman. Farukh benar-benar tidak mengenalnya, bahkan dia tidak bisa melihat wajahnya karena jauh dari tempat duduknya yang di belakang.
Setelah ta'lim selesai dan jamaah membubarkan diri. Farukh pun kemudian berjalan ke arah rumahnya. Beberapa meter dari rumahnya, Farukh berhenti dan tertegun. Di dalam hatinya masih muncul pertanyaan, 'Apakah Suhaila masih mengingatnya?'
Beberapa saat kemudian, Farukh melihat ada seorang lelaki berpakaian seperti seorang Syekh akan memasuki rumahnya. Farukh tentu saja terkejut, kok ada lelaki yang tidak dikenalnya hendak memasuki rumahnya. Farukh pun kemudian berlari mendekati lelaki itu dan menegurnya.
"Heh, Siapa kamu. Apa yang akan kau lakukan di rumahku? Siapa yang mengizinkanmu masuk ke rumahku?"
Lelaki tadi, yang ternyata seorang Syekh, kaget ditegur tiba-tiba, tapi dia kemudian berbalik bertanya dengan nada yang sama tinggi, "Kamu siapa? Kok berani-beraninya melarang saya memasuki rumahku?"