"Ya ... kita harus terus berdoa kepada Allah Swt dan bertawakal kepada-Nya. Jangan sampai terpengaruh oleh hal-hal tahayul seperti ini!" jawab ayah.
"Lalu benda ini kita apakan?" Ibu menyela.
"Simpan saja dulu, besok akan ayah bakar! Sekarang ayah mau mandi, sebentar lagi Maghrib."
Esoknya.
Andri baru habis setengah piring nasi goreng, saat Dafa, putra tantenya, yang baru kelas 5 SD masuk.
"Kak Andri ... Kak Andri, lihat boneka Dafa, gak?"
"Boneka apa? Kamu, kan, laki-laki, masa main boneka?" Andri balik bertanya.
"Bukan boneka mainan. Itu ... boneka untuk praktek pelajaran agama nanti di sekolah."
"Emang pelajarannya apa, kok praktek pake boneka, Daf?" Ibu Andri yang baru keluar dari dapur bertanya.
"Praktek mengurus jenazah, Bude. Terus praktek mensolatkannya. Nah, Dafa sama Ahmad dan Zaki dua hari lalu membuat orang-orangan dari tanah liat dan menjemurnya di depan warung Bude. Boneka dari tanah liat itu nanti seolah-olah mayatnya."
Andri dan ibunya saling memandang, lalu tersenyum bareng. Bahkan Andri terus tertawa.