Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Singgasana Ratu Balqis

8 Juni 2022   07:53 Diperbarui: 8 Juni 2022   08:15 1465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi singgasana Ratu Balqis/sumber: pinterest/gosunoob.com

Sinar mentari masih terasa hangat saat Bilal sampai di sekolah. Suasana sekolah pun masih tampak sepi. 'Kepagian, nih, kayaknya,' pikir Bilal. Dia pun melirik arloji yang melingkar di tangan kanannya. 'Pantesan, masih jam 8 kurang.'

"Assalamu'alaikum, Pak Oman." Bilal memberi salam kepada Pak Oman, satpam yang sedang piket, saat melewati gerbang sekolah.

"Wa'alaikum salam! Hei, Bilal, eskul?"

"Enggak! Cuma ada yang mau dikerjakan di laboratorium. Oh ya, saya sudah minta izin Pak Abdullah untuk memakai laboratorium hari ini."

"Ok, silahkan!" Pak Oman beranjak dari duduknya dan menghampiri rak tempat kunci-kunci disimpan. Dia mengambil kunci Laboratorium, lalu menyerahkannya kepada Bilal.

"Terimakasih."

Hari itu Sabtu. Sebagaimana sekolah-sekolah Islam Terpadu pada umunya, SMAIT Insan Kamil pun menerapkan jam belajar full day selama 5 hari, Senin sampai Jum'at, sementara Sabtu untuk kegiatan ekstrakurikuler, atau libur untuk yang tidak ada jadual eskul.

Bilal Robbani, siswa kelas 11 IPA, berjalan dengan wajah ceria. Semakin mendekati ruang Laboratorium, jantungnya semakin berdebar kencang. Hatinya pun semakin bergairah, kepenasaran yang melandanya selama sepekan terakhir sebentar lagi akan terjawab.

Hari Jum'at pekan sebelumnya, saat kajian rutin Rohis, materi yang disampaikan Ustaz Faridi adalah kisah tentang Nabi Sulaiman As. Ustaz Faridi mengisahkan sebagian dari kisah Nabi Sulaiman itu yang dijelaskan di dalam Al-Quran, surat an-Naml.

Bagian dari kisah Nabi Sulaiman, yang kemudian membuat Bilal penasaran, adalah kisah saat Ratu Bilqis, Ratu negeri Saba', yang akan berkunjung ke istana Nabi Sulaiman As.

Dikisahkan, Nabi Sulaiman ingin menunjukkan kekuasaannya pada Ratu Bilqis, sekaligus ingin memberi surprise pada tamunya tersebut. Beliau bertanya kepada bawahannya, 'Siapa yang sanggup mendatangkan singgasana Ratu Bilqis sebelum yang punya singgasana tiba?'.

Ifrit, makhluk dari golongan jin, mengacungkan tangan dan berkata, "Wahai Rajaku, aku sanggup. Bahkan aku sanggup mendatangkannya ke sini sebelum engkau berdiri dari singgasana engkau."

"Secepat itukah?" tanya Nabi Sulaiman, beliau terpukau mendengar janji Ifrit.

Namun, sebelum Nabi Sulaiman memerintahkan Ifrit untuk membawa singgasana Ratu Bilqis, tiba-tiba ada seseorang yang mengacungkan tangan.

"Yang Mulia, kalau berkenan, izinkan hamba yang mengambil singgasana itu. Saya sanggup mendatangkannya sebelum Anda berkedip," ujar seorang lelaki berumur, yang ternyata seorang ulama.

Nabi Sulaiman pun mengizinkannya. Dan kemudian, saat tiba di istana Nabi Sulaiman, Ratu Bilqis pun sangat terkejut melihat singgasananya sudah ada di sana.

Kisah tersebut dijelaskan di surat an-Naml ayat 38 sampai 42. Namun, kisah bagaimana cara ulama itu memindahkan singgasana Ratu Bilqis tidak dijelaskan. Begitupun, ustad Faridi saat mengisahkannya tidak menjelaskan. Dan itu yang membuat Bilal sangat penasaran.

Dan kepanasaran Bilal semakin hari semakin menebal. Berhari-hari dia mencari literatur tentang proses berpindahnya singgasana Ratu Bilqis itu, tapi tidak menemukan. Sampai kemudian, dia berdiskusi dengan adiknya yang kelas 7.

Adiknya, yang memang senang hal-hal yang berbau teknologi, mengatakan bahwa secara teori proses kepindahan singgasana Ratu Bilqis itu sangat sederhana. Dan dia pun menjelaskannya kepada Bilal.

"Cara memindahkan benda seperti itu sering disebut juga Teleporter, kak." Adiknya mengakhiri penjelasannya.

Bilal mengangguk-angguk tanda memahami penjelasan adiknya. Lalu berkata, "Bagaimana kalau kita buat percobaan. Kita praktekkan apa yang kamu jelaskan itu."

"Tapi kita tidak punya printer 3D-nya, kak." Adiknya Bilal mengemukakan kendala.

Untuk beberapa saat Bilal terdiam. Tetapi kemudian ia teringat di sekolahnya, di Laboratorium Fisika, ada printer 3 dimensi.

Esoknya Bilal menemui Pak Abdullah, guru Fisikanya, agar diperbolehkan memakai printer 3D untuk melakukan percobaan. Tentu saja sebelumnya dia menjelaskan kepada Pak Abdullah, eksperimen apa yang akan dilakukannya. Dan, Karena merasa tertarik dan ingin mengetahui juga hasilnya, Pak Abdullah pun memberi izin.

Setelah berada di dalam Laboratorium, Bilal meraih ponsel di saku bajunya, lalu menelepon adiknya.

"Dik, kamu sudah siap? Kakak sudah sampai di Laboratorium, nih."

"Siap, kak!" jawab adiknya yang sedang menunggu di rumah mereka.

"Awas, jangan yang rumit-rumit bendanya!" Bilal memberi peringatan.

"Bagaimana kalau piring saja?"

"Boleh. Coba kirim sekarang!" perintah Bilal.

Bilal kemudian menyalakan komputer dan printer 3D, tak lupa dia memeriksa tabung di dalam printer, yang berisi plastik cair sebagai bahan pembuat benda yang akan dicetak.

Printer 3D atau 3 dimensi bekerja sebagaimana printer pada umumnya. Perbedaannya, kalau printer biasa yang dihasilkan adalah berupa lembaran atau hanya 2 dimensi, panjang dan lebar, sehingga cukup dengan tinta untuk mencetaknya.

Sedangkan printer 3D yang dihasilkan berupa benda dengan 3 dimensi; Panjang, lebar dan tinggi, isian printernya pun bukan tinta, melainkan bahan sejenis plastik cair yang akan mengeras setelah terkena udara, dan membentuk benda sesuai yang diinginkan.

Bilal kemudian membuka aplikasi Whatsapp Web di komputer. Begitu aplikasi WA muncul di layar monitor, terlihat notifikasi tanda ada pesan masuk. Setelah dilihat, ternyata pesan dari adiknya. Pesan yang juga berisi lampiran berupa file gambar.

Bilal kemudian mengunduh file gambar yang dikirim adiknya. Untuk membuka gambar, dia harus membuka program CAD (Computer Aided Design). CAD merupakan aplikasi yang mampu menampilkan data dalam 3 dimensi. Beruntung, program CAD sudah terinstal di komputer yang ada di Laboratorium Fisika.

Sesuai yang diminta Bilal, adiknya mengirim gambar piring. Sengaja Bilal memilih piring untuk eksperimennya ini. Karena, selain bentuknya tidak rumit juga saat di-print atau dicetak nanti, tidak terlalu banyak memakan bahan.

Sebelum mengirim gambar piring tersebut, adiknya, di rumah mereka yang berjarak tiga kilometer dari sekolah, memotret piring dengan menggunakan ponselnya, lalu file-nya ditransfer ke komputer dan diolah menggunakan program CAD, sehingga menjadi gambar 3D. Setelah selesai lalu adiknya mengirimkan gambar 3D tersebut kepada Bilal menggunakan aplikasi Whatsapp.

Perlu beberapa menit untuk mengunduh gambar piring yang dikirim adiknya dan mengolahnya dengan program CAD, sehingga siap dicetak.

Bintik-bintik keringat memenuhi kening Bilal setelah gambar piring di layar monitor siap di-print. Jantungnya semakin keras berdebar. Satu langkah lagi dia akan membuktikan segenap kepenasaran yang melandanya selama sepekan. Dia hanya tinggal memijit tanda kotak bergambar printer.

"Bismillah ...." Bilal membaca basmalah dengan lirih, sedetik sebelum menekan mouse untuk melakukan proses printing.

Bunyi yang terdengar dari printer tidak begitu nyaring. Namun, cukup membuatnya kaget. Ada jeda waktu, tidak seperti printer biasa saat mencetak lembaran kertas. Jeda ini disebabkan karena printer 3D perlu membaca desain 3D di komputer lalu mengkonversikannya ke bahan cetak.

Dengan jantung berdebar Bilal memperhatikan printer pelan-pelan mengeluarkan bahan plastik cair. Printer 3D pelan mengeluarkan bahan plastik cair berupa lapisan tipis dan ditampung di sebuah piringan logam di bawahnya. Lapisan plastik tipis itu keluar berulang-ulang membentuk model virtual yang otomatis digabungkan sehingga membentuk sebuah objek lengkap yang utuh.

Beberapa menit kemudian proses printing selesai. Bilal tak mampu mengedipkan mata, melihat di depannya kini ada sebuah piring yang persis dengan yang ada di rumahnya, baik bentuk maupun ukurannya.

Walaupun Bilal menyadari bahwa piring yang di depannya itu bukan piring asli yang ada di rumahnya yang terbuat dari kaca, tetapi dia merasa sangat puas. Proses memindahkan benda dari lokasi yang berjauhan dalam waktu cepat, bukan hanya dipahami, tetapi dia melakukannya sendiri.

Dia segera meraih ponselnya, "Alhamdulillah, Dik. Kita berhasil!"

"Alhamdulillah ..., bawa sini, Kak, piringnya," pinta adiknya.

***

Bilal memperlihatkan piring hasil cetakannya kepada Pak Abdullah.

"Luar biasa," kata Pak Abdullah saat menerima piring yang disodorkan Bilal. "Ini memang belum menjawab kepenasaranmu akan proses pindahnya singgasana Ratu Bilqis yang sekejap mata itu. Dan masih jauh untuk menyamai teknologi di kisah Nabi Sulaiman itu. Tapi yakinlah, suatu saat nanti, teknologi yang kamu praktekkan ini akan mengalami perkembangan."

Bilal mengangguk dengan mata berbinar-binar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun