Dikisahkan, Nabi Sulaiman ingin menunjukkan kekuasaannya pada Ratu Bilqis, sekaligus ingin memberi surprise pada tamunya tersebut. Beliau bertanya kepada bawahannya, 'Siapa yang sanggup mendatangkan singgasana Ratu Bilqis sebelum yang punya singgasana tiba?'.
Ifrit, makhluk dari golongan jin, mengacungkan tangan dan berkata, "Wahai Rajaku, aku sanggup. Bahkan aku sanggup mendatangkannya ke sini sebelum engkau berdiri dari singgasana engkau."
"Secepat itukah?" tanya Nabi Sulaiman, beliau terpukau mendengar janji Ifrit.
Namun, sebelum Nabi Sulaiman memerintahkan Ifrit untuk membawa singgasana Ratu Bilqis, tiba-tiba ada seseorang yang mengacungkan tangan.
"Yang Mulia, kalau berkenan, izinkan hamba yang mengambil singgasana itu. Saya sanggup mendatangkannya sebelum Anda berkedip," ujar seorang lelaki berumur, yang ternyata seorang ulama.
Nabi Sulaiman pun mengizinkannya. Dan kemudian, saat tiba di istana Nabi Sulaiman, Ratu Bilqis pun sangat terkejut melihat singgasananya sudah ada di sana.
Kisah tersebut dijelaskan di surat an-Naml ayat 38 sampai 42. Namun, kisah bagaimana cara ulama itu memindahkan singgasana Ratu Bilqis tidak dijelaskan. Begitupun, ustad Faridi saat mengisahkannya tidak menjelaskan. Dan itu yang membuat Bilal sangat penasaran.
Dan kepanasaran Bilal semakin hari semakin menebal. Berhari-hari dia mencari literatur tentang proses berpindahnya singgasana Ratu Bilqis itu, tapi tidak menemukan. Sampai kemudian, dia berdiskusi dengan adiknya yang kelas 7.
Adiknya, yang memang senang hal-hal yang berbau teknologi, mengatakan bahwa secara teori proses kepindahan singgasana Ratu Bilqis itu sangat sederhana. Dan dia pun menjelaskannya kepada Bilal.
"Cara memindahkan benda seperti itu sering disebut juga Teleporter, kak." Adiknya mengakhiri penjelasannya.
Bilal mengangguk-angguk tanda memahami penjelasan adiknya. Lalu berkata, "Bagaimana kalau kita buat percobaan. Kita praktekkan apa yang kamu jelaskan itu."