"Tapi kita tidak punya printer 3D-nya, kak." Adiknya Bilal mengemukakan kendala.
Untuk beberapa saat Bilal terdiam. Tetapi kemudian ia teringat di sekolahnya, di Laboratorium Fisika, ada printer 3 dimensi.
Esoknya Bilal menemui Pak Abdullah, guru Fisikanya, agar diperbolehkan memakai printer 3D untuk melakukan percobaan. Tentu saja sebelumnya dia menjelaskan kepada Pak Abdullah, eksperimen apa yang akan dilakukannya. Dan, Karena merasa tertarik dan ingin mengetahui juga hasilnya, Pak Abdullah pun memberi izin.
Setelah berada di dalam Laboratorium, Bilal meraih ponsel di saku bajunya, lalu menelepon adiknya.
"Dik, kamu sudah siap? Kakak sudah sampai di Laboratorium, nih."
"Siap, kak!" jawab adiknya yang sedang menunggu di rumah mereka.
"Awas, jangan yang rumit-rumit bendanya!" Bilal memberi peringatan.
"Bagaimana kalau piring saja?"
"Boleh. Coba kirim sekarang!" perintah Bilal.
Bilal kemudian menyalakan komputer dan printer 3D, tak lupa dia memeriksa tabung di dalam printer, yang berisi plastik cair sebagai bahan pembuat benda yang akan dicetak.
Printer 3D atau 3 dimensi bekerja sebagaimana printer pada umumnya. Perbedaannya, kalau printer biasa yang dihasilkan adalah berupa lembaran atau hanya 2 dimensi, panjang dan lebar, sehingga cukup dengan tinta untuk mencetaknya.