"Richard, bisakah kau ke lab-ku sekarang juga? Aku butuh objek untuk penelitianku yang baru"
Dua puluh menit kemudian Richard Townsen tiba. "Kenapa tidak Prof sebutkan saja di telepon, seperti biasanya, kenapa harus bicara langsung?"
"Aku butuh objek yang hidup."
"Itu bisa diatur, beberapa peternakan memiliki hewan unggul. Mau apa, kelinci, babi, hamster?"
"Manusia!"
"Hah!" Mulut Richard menganga.
"Ya, aku ingin meneliti kematian manusia. Aku akan memotret nyawa manusia. Kalau berhasil, ini poin besar bagiku." Si Prof timbul gairahnya, mukanya sampai memerah. "Sekalian kau siapkan tim dan peralatan untuk penelitian ini."
"Tapi mencari manusia yang mau jadi relawan bukan perkara mudah, apalagi sampai harus melepaskan nyawa."
"Kau cari orang yang tidak dipedulikan masyarakat. Orang yang tidak punya kerabat, sehingga kehilangannya diacuhkan. Kau iming-imingi dengan bayaran yang takmungkin mereka tolak."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H