Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Lima Indikator Kelulusan Sekolah Ramadan

1 Mei 2022   08:55 Diperbarui: 1 Mei 2022   09:02 1484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini kita melaksanakan ibadah puasa di hari terakhir. Hari ke-29 untuk yang mulainya tanggal 3 April, atau hari ke-30 untuk yang puasanya mulai tanggal 2 April. Insya keduanya mempunyai dasar hukum yang syar'i.

Salah satu nama yang diberikan pada bulan Ramadan adalah Syahrut Tarbiyah atau bulan pendidikan. Dengan demikian, Magrib nanti tuntas sudah kita menyelesaikan pendidikan di madrasah Ramadan. Semua kita menjadi alumni sekolah Ramadan.

Gelar yang kita peroleh setelah melaksanakan ibadah puasa selama sebulan penuh adalah gelar Muttaqin atau orang yang bertakwa. Sebagaimana firman Allah Swt yang memerintahkan kita melaksanakan ibadah puasa.

"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa". (QS, al-baqarah: 183)

Sebagaimana sekolah-sekolah pada umumnya, tentu lulusannya bervariasi dalam mendapatkan nilai. Ada yang lulus dengan nilai A, ada yang nilainya B, dan ada yang hanya memiliki nilai C. Begitupun dengan sekolah Ramadan, gelar takwa yang disematkan kepada para alumninya tentunya grade-nya bervariasi. Apalagi ketakwaan adalah sesuatu yang abstrak, hanya Allah Swt yang mengetahuinya.

Namun, dengan menelaah Al-Quran, setidaknya, kita bisa mengetahui ciri-ciri orang yang bertakwa. Ini pun bertujuan, sekaligus, mengecek diri kita, apakah kita sudah layak dinyatakan sebagai orang yang sudah lulus sekolah Ramadan?

Ada banyak ayat dalam Al-Quran yang menyebutkan ciri-ciri orang bertakwa, di antaranya ayat 3 dan ayat 4 surat al-Baqarah.

"(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan salat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka."

"Dan mereka yang beriman kepada (Al-Quran) yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dan (kitab-kitab) yang telah diturunkan sebelum engkau, dan mereka yakin akan adanya akhirat."

 Ada lima indicator orang bertakwa yang disebutkan di ayat 3 dan 4 surat al-Baqarah di atas, yaitu:

Beriman kepada yang gaib,

Melaksanakan salat,

Menginfakkan sebagian rezekinya,

Percaya kepada Al-Quran dan kitab-kitab sebelumnya,

Yakin dengan adanya hari akhirat.

Dengan menilai diri kita dari kualitas masing-masing indikator di atas, kita akan mengetahui kualitas ketakwaan kita. tentunya kita berharap, dan ini idealnya, kualitas dari masing-masing indikator itu ada peningkatan dibandingkan dengan sebelum Ramadan.

Beriman kepada yang Gaib

Menurut KBBI, gaib artinya 'tidak kelihatan, tersembunyi, tidak nyata'. Ada banyak hal yang harus kita yakini (imani) yang bersifat gaib.

Rukun iman yang 6, yang mutlak kita imani, keenamnya bersifat gaib bagi kita. Termasuk kitab-kitab suci sebelum Al-Quran dan Rasulullah, bagi kita gaib karena kita tidak pernah melihat langsung.

Beriman kepada yang gaib membuat kita untuk tidak semata-mata mengandalkan logika atau rasionalitas. Mengingatkan kita bahwa ada kekuatan lain dibalik kesuksesan kita, sehingga mencegah kita berlaku sombong saat berhasil dengan mengatakan semuanya hasil kerja kita. sebagaimana yang dikatakan Qarun.

"Dia (Qarun) berkata, 'Sesungguhnya aku diberi (harta itu), semata-mata karena ilmu yang ada padaku'. (QS. al-Qasas: 78)

Allah Swt murka mendengat perkataan Qarun tersebut, maka kemudian Dia mengazab Qarun.

Kita bisa menilai, apakah, dalam keseharian, kita telah menghadirkan kepercayaan kepada yang gaib atau belum?

Misalnya, apakah kita masih suka marah-marah saat apa yang kita rencanakan tidak terlaksana?

Melaksanakan salat

Salat adalah ibadah yang utama, disebutnya juga tiang agama. Kualitas salat kita akan menentukan kualitas amal-amal ibadah yang lain.

Banyak indikator yang bisa dilihat dari salat kita, untuk menilai kualitas takwa kita.

Apakah kita selalu salat di awal waktu dengan berjamaah?

Apakah kita sudah melaksanakan salat sunah yang utama secara rutin, seperti salat rawatib, salat tahajud, atau salat duha?

Bagaimana tingkat ke-khusyu-an salat kita, apakah masih mengingat banyak hal saat sedang salat?

Idealnya, setelah lulus dari Ramadan, kuantitas dan kualitas salat kita bertambah. Bertambah kuantitasnya berarti salat sunah yang kita rutinkan bertambah. Sebelum Ramadan kita tidak pernah salat duha, pasca Ramadan kita mulai kerjakan walaupun hanya 2 rakaat.

Menginfakkan sebagian rezeki

Infaq ada yang wajib (zakat) da nada yang sunah. Zakat ada beberapa macam, ada zakat profesi (penghasilan), zakat maal (harta), zakat pertanian, dan zakat perdagangan.

Apa pun pekerjaan kita, pascar Ramadan, selayaknya kita mulai menghitung apakah kita atau bisnis kita sudah termasuk kategori yang harus berzakat? Atau, apakah tabungan yang kita miliki sudah masuk yang wajib dizakati?

Untuk infak sunah, pasca Ramadan, idealnya kita tambah nominal dan frekuensinya. Kalau sebelum Ramadan, kita hanya berinfak di kotak amal saat salat Jum'at saja. Pasca Ramadan kita persering, kalau tidak setiap hari. Nominalnya pun idealnya bertambah.

Untuk berinfak sekarang ini sangat dimudahkan. Kalau kita tidak ingin repot mencari-cari penerima infak kita, atau kita masih minder dengan nominal infak kita yang kecil. Kita bisa memanfaatkan situs-situs charity, seperti kitabisa.com atau sharinghappiness.com

Sekarang kita bisa berinfak secara online semudah bermedia-sosial.

Percaya kepada Al-Quran

Al-Quran adalah petunjuk hidup bagi seorang Muslim. Tidak mengimani Al-Quran menmbuat hidup tanpa petunjuk, berjalan liar dan tersesat.

Pasca Ramadan iman kita kepada Al-Quran harus lebih direalisasikan dengan memperbanyak interaksi dengannya. Dimulai dengan membacanya (tilawah), menghafalnya, mempelajarinya (tadabbur), memahaminya (tafakur), samapai kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai alumni sekolah Ramadan, minimal ada peningkatan dari sisi tilawah. Kalau sebelum Ramadan tidak pernah punya target meng-khatam-kan Al-Quran, maka idealnya sekarang harus ada. Minimal setiap tiga bulan khatam Al-Quran, idealnya sebulan sekali, sehingga kita harus ODOJ (One Day One Juz).

Begitupun dengan kualitas bacanya. Pasca Ramadan ini carilah kelas-kelas tahsin (membaguskan) bacaan Al-Quran, dan ikuti, supaya kualitas tilawah kita bertambah dari waktu ke waktu.

Yakin dengan adanya akhirat

Keyakinan kepada akhirat sebenarnya dapat menjadi rem pada aktivitas kehidupan kita. Dengan meyakini adanya hari pembalasan, hidup kita akan terkendali. Karena semua yang kita lakukan akan dicatat oleh malaikat, dan kelak, di akhirat, akan dibeberkan di hadapan kita. Sehingga kita tidak mengelak atau menyanggahnya.

Rasulullah Saw bersabda,

"Jika kamu tidak malu, maka berbuatlah sesuka hatimu". (HR. Bukhari)

Malu biasanya terkait aib yang kita lakukan dan tidak ingin diketahui orang lain. Nasihat di hadis di atas menyatakan bahwa rasa malu adalah pengendali aksi kita. Kalau kita mau bebas beraksi, tanggalkan rasa malu.

Kalau rasa malu bisa menjadi pengendali hidup, apalagi keyakinan kita pada akhirat. Dan, sebagai alumni sekolah Ramadan, sudah selayaknya kita semakin berhati-hati, semakin pandai mengendalikan diri.

Semoga kelima ciri orang bertakwa di atas ada dalam diri kita dan kualitas semakin bertambah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun