Mohon tunggu...
Urip Budi Harto
Urip Budi Harto Mohon Tunggu... Guru - Guru IPA di SMPN 2 Kangayan

Saya adalah seorang murid dari siswa-siswa saya yang luar biasa.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi antar Materi 2.3 Coaching Supervisi Pendidikan

10 Oktober 2022   22:59 Diperbarui: 10 Oktober 2022   23:03 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Refleksi Pemahaman Materi Modul 2.3

  • Coaching adalah sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri dan pertumbuhan pribadi  dari coachee.
  • Coaching adalah kunci pembuka potensi seseorang untuk memaksimalkan kinerjanya. Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajari.

International Coach Federation (ICF) mendefinisikan" coach adalah bentuk kemitraan bersama klien (Coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan professional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif"

Komunikasi adalah tentang diri kita, berawal dari dalam kita dan melalui kita. Komunikasi merepresentasikan keinginan diri kita untuk memiliki arti dan memberikan arti bagi kehidupan. Makna komunikasi menjadi lebih luas dan dalam ketika ada keinginan dari dalam diri manusia yang mendorong komunikasi mereka untuk menjadi lebih berdampak bagi kehidupan baik sang pemberi pesan ataupun penerima pesan, yakni komunikasi yang memberdayakan potensi setiap pihak sehingga dapat menghasilkan perubahan arti kehidupan. Komunikasi yang sedemikian dapat membentuk relasi, menciptakan kenyamanan, dan menghasilkan kreativitas serta kemerdekaan

Ada 4 hal yang diperlukan dalam membangun komunikasi yang memberdayakan, yaitu :

  1. Komunikasi Asertif
  2. Pendengar Aktif
  3. Bertanya Aktif
  4. Umpan balik positif
  5. Komunikasi Asertif

Memahami gaya komunikasi manusia

Komunikasi untuk membangun relasi (memunculkan rasa nyaman dan percaya)

Menyamakan posisi diri dengan lawan bicara

Membangun "Respect"

2. Pendengar Aktif

Mendengarkan mengandung arti menghadirkan diri secara utuh. Fokus dengan masalah yang sedang diceritakan oleh coachee.

3. Bertanya Aktif

Memberikan pertanyaan-pertanyaan guna menggali kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh coachee. Pertanyaan tersebut berupa pertanyaan terbuka, berfokus pada tujuan, reflektif, eksplorasi, dapat mengukur pemahaman dan mendorong aksi.

4. Umpan Balik Positif

Memberikan umpan balik dengan menangkap kata kunci dari coachee lalu mengungkapkan kembali kata kunci tersebut. Sehingga merasa diperhatikan.

TIRTA dikembangkan dari GROW Model

G = Goal (Tujuan) = Coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini

R = Reality (Hal-hal yang nyata) = proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee

O = Options (Pilihan) = Coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi.

W = Will (Keinginan untuk maju) = Komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya.

TIRTA sendiri merupakan singkatan dari :

T = Tujuan

I = Identifikasi

R = Rencana Aksi

TA = Tanggung Jawab

Bagaimana peran Anda sebagai seorang coach di sekolah dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya di paket modul 2 yaitu pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosi?

Murid bukanlah sebuah kertas kosong. Mereka datang dengan berbagai latar belakang, kemampuan dan potensi. Tugas seorang pendidik adalah menjadikan latar belakang mereka sebagai pondasi kuat dalam memimpin pembelajaran. Selain itu, pendidik diharapkan memiliki keterampilan yang dapat mengarahkan anak didik untuk menemukan jati diri dan melejitkan potensi mereka.

Salah satu keterampilan yang diperlukan adalah keterampilan coaching sebagai bentuk pendekatan komunikasi sebagai seorang pendidik. Pendekatan coaching dalam komunikasi diperlukan karena kita melihat para murid kita sebagai sosok merdeka. Sosok yang dapat menentukan arah dan tujuan pembelajarannya, serta meningkatkan potensinya sendiri.

Pendekatan coaching menjadi salah satu proses "menuntun" kemerdekaan belajar murid dalam pembelajaran di sekolah. Merdeka belajar dapat membuat murid menjadi lebih merdeka dalam mengeksplorasi diri dan mengoptimalisasi potensi guna mencapai tujuan pembelajaran. Guru menuntun belajar murid dengan memfasilitasi  sesuai kesiapan belajar, minat dan  profil belajar melalui pembelajaran berdiferensiasi. 

Dalam pembelajaran seorang guru menerapkan coaching dengan menyampaikan tujuan terlebih dahulu, kemudian mengidentifikasi masalah dengan mengajukan pertanyaan berbobot yang akan menggali kekuatan murid sehingga murid tersebut mampu membuat rencana aksi dan dapat memberdayakan kekuatan yang mampu membuat komitmen yang bertanggung jawab. Dengan begitu, kebutuhan belajar individu murid terpenuhi.

Walaupun pendidik memandang murid sebagai sosok yang merdeka, pendidik tetap harus "menuntun" perilaku murid agar tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Untuk itu, pentingnya pembelajaran sosial emosional harus diimplementasikan secara sengaja di kelas/ sekolah. Karena kita mengharapkan murid menjadi manusia yang merdeka, mandiri serta bertanggung jawab. Dengan memahami kompetensi sosial emosional, murid dapat mengenali dan mengendalikan emosinya, memiliki kesadaran sosial, terampil dalam berelasi dan memunculkan keputusan yang bertanggung jawab. 

Dalam PSE guru bertindak sebagai coach, peran guru menjadi mitra yang setara bagi murid yang dapat memberdayakan kemampuan  murid lewat pertanyaan-pertanyaan terbuka yang diajukan untuk menggali kekuatan diri yang dimiliki oleh murid untuk bisa menemukan sendiri mengapa masalah itu bisa terjadi dalam dirinya dan bagaimana tindakan yang harus dilakukan agar masalah yang didihadapinya itu dapat diselesaikan menurut cara terbaik menurut murid.

Bagaimana keterkaitan keterampilan coaching dengan pengembangan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran?

Keterampilan coaching merupakan keterampilan komunikasi yang mendorong lawan bicara menemukan versi terbaik yang bisa ia perbuat untuk menyelesaikan masalah. Komunikasi yang interaktif dalam coaching bisa memaksimalkan potensi lawan bicara, maka dalam pengembangan kompetensi memang perlu diterapkan Teknik komunikasi coaching. Guru sebagai pemimpin pembalajaran akan banyak menemukan permasalahan-permasalahan baik yang dihadapi oleh guru maupun yang dihadapi oleh siswa. 

Untuk memahami permaslahan yang di hadapi oleh guru atau siswa kita harus fokus pada lawan  bicara kita, Fokus diletakkan pada topik apa pun yang dibawa oleh rekan tersebut, dapat membawa kemajuan pada mereka, sesuai keinginan mereka, kita tidak boleh membawa permasalah yang kita miliki k dalam pembicaraan yang sedang berlangsung. Karena permasalahan setiap orang berbeda dan memiliki sudut pandang yang berbeda. Kita sebagai coach harus bersifat terbuka tentang apa saja coachee sampaikan, kita tidak boleh menjudge lawan bicara hanya karena tidak sesuai Dengan pemikiran kita. Kita juga perlu menggali permasalah yang disampaikan agar lebih jelas sebagai gambaran kita memiliki rasa ingin tahu yang kuat. 

Dalam menggali permalahan kita perlu memiliki kesadaran diri , kesadaran diri yang kuat membantu kita untuk bisa menangkap adanya perubahan yang terjadi selama pembicaraan dengan rekan sejawat. Ketika kita mampu menangkap apa yang coachee sampaikan tentu kita akan mampu melihat peluang baru dan masa depan.

Kita harus mampu melihat peluang perkembangan yang ada dan juga bisa membawa rekan kita melihat masa depan. Ketika kita dapat menjalankan semua hal diatas maka sebagai pemimpin pembelajaran baik di lingkungan kelas ataupun di lingkuangan kerja kita mampu memberikan jalan untuk terpecahnya permasalahan yang ada. Karena permasalahan yang ada di sekitar kita sangat beragam, tentu kita tidak semuanya menguasainya. Namun dengan Teknik coahing bukan kita yang menentukan sebuah solusi, namun dari coachee itu sendiri yang menemukan solusi, karena coachee lebih tahu mana yang pas pada dirinya sehingga coachee menjadi lebih berkomitmen dalam menjalankan solusi yang dipilih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun