Mohon tunggu...
Ummu el Hakim
Ummu el Hakim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya seorang emak biasa

Penyuka alam dan rangkaian kata

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Menaklukan Serpihan Mimpi, Belajar dari Filosofi Batu Kali

7 Juni 2020   15:12 Diperbarui: 7 Juni 2020   15:13 2200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku mencoba menerima walau mimpi tak sepenuhnya jadi nyata. Ya, meski julukkan "keras kepala" sempat tersemat dipundakku. Namun yang pasti hatiku tak sekeras batu. Hehehe. Jelas beda ya dengan batu.

Aha. Bicara soal batu, tetiba teringat "batu kali". Ya, menarik ini. Gegara selama meniti jejak petualang aku kerap melewati beberapa anak kali (sungai). Lalu apa hubungan mimpi dengan batu kali?

Sepintas memang tak ada hubungan ya. Mimpi di mana, batu kali di mana. Hahaha. Namun coba kita lihat batu kali yang ada di sekitar kita. Mereka memang diam. Tentu saja. Tapi dibalik itu mereka sebetulnya punya mimpi. Kok bisa? Sama kan seperti manusia. Dan sepertinya filosofinya bisa kita jadikan pelajaran berharga.

Batu kali yang tak beraturan. Liar, dan tentu saja tak memiliki ukuran yang seragam. Kalau kita perhatikan, untuk apa mereka ada di sekitar kali? Barangkali ada yang berpikir, "Lha! Ya kan sudah dari sononya begitu. Hahaha."

Betul. Pikiran itu tidak salah. Namun jika kita cermati segala yang tercipta tentu ada maksudnya bukan. Coba kita lihat, tak usah jauh-jauh ke hutan. Kita tengok kali yang ada di sekitar pemukiman. Pasti ada batu di seputaran. Walau mungkin sedikit tapi tetap ada kan?

Di antara riak kali yang tenang, mereka mencoba menciptakan gemericik nan riang. Ketika batu kali bersentuhan dengan arus sungai, seketika itu pulalah terpecah suasana berbeda namun tetap damai. Sepertinya mengajak penghuni alam agar lebih bersemangat meramaikan laju kehidupan.

Coba sejenak kita renungkan. Jikalau tak ada batu kali. Hening. Pun arus menjadi sangat kencang. Ini justru lebih membahayakan.

Apalagi jika ada manusia yang tetiba singgah. Tak ada yang aman untuk kaki berpijak. Pun malah tergelincir jatuh ke permukaan air yang tenang namun menghanyutkan.

Berbeda jika ada batu kali. Permukaan yang tak beraturan justru akan bisa menahan. Sehingga ketika dipijak tak mudah jatuh bahkan tergelincir ke permukaan air yang membahayakan.

Meski ada juga batu kali yang licin. Tapi bukan begitu seharusnya. Biasanya permukaan licin batu kali karena adanya lumut yang menyelimuti. Licin kan.

Namun sesungguhnya batu kali tak mempunyai niat menjerumuskan bahkan membahayakan. Itulah yang menjadi impian. Meski tentu ada impian lain yang belum bisa diwujudkan. Ya, batu kali tak bisa istimewa kan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun