"Tak apa asal kau tetap sampai di kota ini."
"Baiklah. Aku sudah rindu, teramat rindu."
"Rindu? Aku? Aha!"
"Yogya dong, tentu saja."
"Lha! Aku bagaimana?"
"Terserah kau, itu kataku."
"Waduh!"
Canda pun tawa segera digelar. Meski Tyo sempat menanti dengan seuntai debar. Terganti dengan senyum Ratri yang kian lebar. Dan mereka segera menuju pintu keluar, tuk kembali menghirup udara segar.
"Hai Yogya apa kabar? Aku kembali menyapa mimpi," seru Ratri saat tiba di halaman parkir stasiun Tugu. Tepat berada pada ujung gerbang kota Yogyakarta.
Tyo segera meraih kendaraan yang diletakkan di tepi parkir. Agar bisa lebih mudah tuk disingkir. Hingga bersiap menemani Ratri sejenak berkeliling kota. Begitulah, rona yang terus mengagumi. Pun tatap yang tak jemu memuji kota ini. Tiap sudutnya seolah tak pernah sepi.
Ya, Yogyakarta. Begitulah Ratri kerap menuai beragam rasa. Bukan hanya karena sang idola. Terlebih pada godaan di tiap hembus nafas kota. Julukan Yogya istimewa kiranya menjadi hal yang kerap didamba. Ingin kembali jumpa saat lama tak bersua. Tentu saja.