Mohon tunggu...
Unggul Sagena
Unggul Sagena Mohon Tunggu... Konsultan - blogger | educator | traveler | reviewer |

Asia Pacific Region Internet Governance Forum Fellow 2021. Pengulas Produk Berdasarkan Pengalaman. Pegiat Literasi Digital dan Penyuka Jalan-Jalan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Paspampres Untuk Anakku : (Menolak) Undangan Presiden

18 Desember 2015   13:49 Diperbarui: 18 Desember 2015   19:45 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih berlanjut ternyata. Sedangkan istri saya kembali di luar kota. Masih dalam rangka membantu keuangan keluarga. Beliau panik, mengira ini DBD dan ini kritisnya karena setelah demam panas tinggi maka panas turun, itu saat kritis penderita DBD.

Ya Allah, mudah-mudahan tidak. Saya masih optimis Jessica kuat. Dia ASI full hingga empat tahun. Aktif Energik. Cerdas. Untung acara tak lama. Sekitar Magrib, saya sudah di rumah. Jessica di depan televisi lagi. Menonton kartun. Badannya kembali panas. Paspampres ini, kembali jalankan tugas mengawal buah hati. Tak kemana-mana, hanya peluk dan temani.

Dia marah ketika dibilang muntah. Dia bilang hanya sedikit. Saya maklum, anak ini pintar. Menghindari dibawa ke dokter kembali dan disuntik kembali. Namun saya bersikeras dia harus dibawa. Malam itu, saya ke RS PMI lagi. Minta temenin tantenya Jessica, untuk menggendong. Jessica pun ngga mau pergi kalau tidak sama tante, karena Bundanya sedang tak ada.

Kami langsung ke dokter IGD, setelah ke Lab berbekal surat Lab yang lalu, yang rencananya tidak kami gunakan. Terpaksa Jesica disuntik. Oke, langsung saja ke dokter yang ada dengan bekal Lab yang lalu. Alhamdulillah, pada saat konsultasi, diberitahu dokter bahwa tidak perlu khawatir tentang merah di kaki. Itu hanya ruam yang terjadi akibat cuaca dingin sepertinya. Bukan DBD. Dari Lab juga indikasi virus sepertinya ngga, namun untuk Tipes, masih tahap ringan, walaupun positif, tapi lemah. Istilahnya begitu. Saya tak terlalu paham, yang pasti saya lega berarti dia baik-baik saja. Dokter jaga pesan saja, besok-nya ke dokter anak yang sebelumnya untuk konsultasi.

Setelah melaporkan perkembangan terakhir via WA ke istri saya, kami pulang ke rumah. Jessica yang tertidur di jalan saya tidurkan, sembari memberi makan nasi goreng, satu-satunya nasi yang dia mau makan selama beberapa hari. Menemani tidur, menjadi paspampres, kembali saya lakoni. Bundanya sedang tak ada, ada-nya saya.

Esoknya, saya konsultasi ke dokter anak, dokter memberikan resep obat, dan keharusan banyak makan dan minum air putih untuk Jessica. Sakitnya bukan DBD, bukan Virus, Alhamdulillah. Tipes saja namun bisa rawat jalan. Ngga boleh berlari-lari dulu. Istirahat sambil minum obat dan banyak makan bergizi, minum air putih.

 

Dalam hati saya bersyukur, bisa temani selama sepekan ini anak saya. Disaat panas demam, disaat dia ingin saya ada bersama dia pada Sabtu. Saya rasa, tak ada yang dapat mengganti momen-momen ini, walaupun momen bersama Presiden dalam hitungan jam juga sangat penting.

Kalau rejeki, saya tulis pada beberapa teman di WA yang menanyakan keputusan saya, mungkin tahun depan Presiden undang lagi kita semua. Yang belum berkesempatan. Mungkin di Kompasianival berikutnya. Mungkin ditahun depannya lagi. Bahkan mungkin, oleh Presiden selanjutnya. Semua menjadi rejeki yang sudah diatur oleh-Nya.

Tapi momen Sabtu kemarin, mungkin yang akan selalu diingat oleh putri saya, Jessica, ketika Ayahnya rela menemani keinginannya bersama, bersenang-senang di hari hujan seharian di Bogor. Merelakan undangan Presiden demi undangan seorang Putri yang bukan siapa-siapa.

Kalau Presiden punya pengawal yang bernama Paspampres pasukan pengamanan presiden yang kemarin saya lihat di beberapa foto teman2 yang hadir, mukanya rada bete karena kerubutan Kompasianers yang huru hara tapi gembira ria minta tandatangan, anakku pun punya Paspampres. Ayahnya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun