Foto : Ini dia Jessica, waktu umur 2 tahun, dan sudah 3 tahun menjadi wallpaper di handphone-ku
Hari Sabtu, 12 Desember 2015 mungkin seharusnya hari yang berbahagia untuk saya (dan keluarga). Ya, undangan Presiden Joko Widodo melalui tangan Kompasiana adalah rejeki untuk saya, entah, karena aktivitas di Kompasiana yang saya lakoni online maupun offline beberapa tahun belakangan ini, atau memang keberuntungan, tapi tetap perlu disyukuri. Tapi semuanya hanya bayangan, karena saya tak melihat diri saya di berbagai apdet status facebook teman-teman yang datang maupun di Kompasiana sendiri, yang ramai kontroversi.
Sejumlah pertanyaan muncul kepada saya, mulai dari apresiasi maupun menyelidik apakah saya terintimidasi atau diintimidasi hehe. Tidak, saya TIDAK MENOLAK. Saya tersanjung diundang, saya ingin datang, kepada pak Presiden Republik Indonesia. Siapapun namanya, saya akan datang, sebagai warga negara yang diundang oleh pemimpinnya.
Untuk itulah, tulisan ini saya buat dengan sebenarnya, untuk refleksi diri saya, dan agar anak saya mengerti Ayah nya pernah diundang Presiden, ketika Dia besar kelak.
Loh, apa urusannya? Ini dia cerita saya, untuk dibaca Anakku ketika dia dewasa nanti, dan mudah-mudahan Kompasiana masih mengarsipkan cerita ini.
Senin, 7 Desember istriku mengirim Whats App message.
“Ayah, Kaka demam, kalau bisa pulang ya.”
Demam tinggi, anakku Jessica umur 5 tahun. Tak biasanya Dia begitu, anak yang sangat aktif dan kami malah memanggilnya dengan sebutan Bocang, bocah petualang, dan kadang kelinci energizer karena tenaga bermainnya ngga abis-abis.
Kali ini dia tergolek di depan televisi, Meringkuk. Menonton kartun tanpa ekspresi. Langsung saya raba keningnya, peluk dirinya. Panas sekali.
Termometer saya coba-kan, 39 derajat celsius, hampir 40. Obat-obata penurun panas segera saya berikan. Tak lupa sebaskom air hangat untuk mengompres keningnya.
Tiga hari, demamnya tak berkurang. Panas tetap tinggi. Tiga hari pula, saya dan istri menjadi paspampres. Pasuken pemberi kompres. Asupan makanan pun dia sulit. Ngga mau makan nasi. Bingung, dan telah dua hari, sesuai petunjuk lazim, jika beberapa hari tak membaik, segera hubungi dokter.