Mohon tunggu...
Nurhasanah Munir
Nurhasanah Munir Mohon Tunggu... Mahasiswa - Taruna

I'm a dreamer and wisdom seeker// Ailurophile// write to contemplate

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Ponorogo Tak Hanya tentang Reog

25 Januari 2017   10:23 Diperbarui: 26 Januari 2017   10:08 1252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saya dan kawan-kawan bernostalgia di tepi Telaga Ngebel (Photo: Dok. Pribadi)

Dengan merogoh kocek sebesar Rp.50.000,-, Anda sudah bisa berkeliling telaga (Dok. Pribadi)
Dengan merogoh kocek sebesar Rp.50.000,-, Anda sudah bisa berkeliling telaga (Dok. Pribadi)
Dihadapan kami terhampar air telaga yang kebiruan, sangat serasi dengan warna langit yang juga membiru. Cakrawala membentang begitu luas, seakan memberi kabar betapa ciptaan Tuhan tidak seluas pikiran kita, tapi lebih dari itu!

Masyarakat Ponorogo tampak asyik menikmati wisata alam yang tersaji dengan indah. Dulu sekali, belum ada fasilitas untuk bermain. Hanya ada kuliner yang khas, seperti durian Ngebel yang fenomenal, sate kelinci, dan lain-lain.

Warga Ponorogo menikmati alam indah Telaga Ngebel (Photo: Dok. Pribadi)
Warga Ponorogo menikmati alam indah Telaga Ngebel (Photo: Dok. Pribadi)
Musim durian sudah berganti, sehingga kami tidak dapat menemukannya. Kalaupun ada, harganya pun lumayan mahal. Alternatif lainnya, kami mencoba kuliner yang lain. Bagi saya pribadi tidak menjadi hal yang utama untuk mencicipi kuliner di Ngebel, yang paling penting adalah kebersamaan bersama kawan-kawan, saling bertukar cerita dan menikmati pemandangan alam yang menyegarkan mata.

Saya pun berusaha menikmati “pergantian udara Jakarta dengan udara Ngebel” – inilah yang jadi momentumnya! Mengingat udara yang masih terjaga, menjadikan saya sebagai pemburu udara segar. Angin kencang menampar wajah saya,  suara riak air telaga menjadi melodi, tawa riang anak-anak menjadi syair dalam benak saya.

Selain telaga Ngebel, Ponorogo juga memiliki beberapa tujuan wisata alam  lainnya, seperti: Taman Wisata Ngembag, air terjun Pletuk, air terjun Juruk Klenteng, Gua Lowo, dan lain-lain.

Hari menjelang sore, dan kami bersiap untuk pulang.

Pembangunan Waduk menjadi Tujuan Wisata Murmer (murah meriah)

Ibu memberi tahu bahwa ada wilayah di kecamatan Mlarak yang sedang ramai dikunjungi oleh warganya. Biasanya ibu pergi kesana saat pagi hari untuk sekedar jalan dan berolahraga, dengan mengajak serta pak Kyai. Udara yang bersih sangat membantu bagi kesehatan beliau.

Kedua anak asuh Mbah sudah tak lagi tinggal di rumah, mereka pulang ke rumah orang tua masing-masing. Sekarang Mbah ditemani oleh kerabat ibu, Yuli namanya. Yuli bertugas di rumah, selain mengajar di Paud, Yuli juga kuliah di tingkat 6.

Dual alat berat digunakan untuk "mengeksekusi" lahan (Photo: Dok. Pribadi)
Dual alat berat digunakan untuk "mengeksekusi" lahan (Photo: Dok. Pribadi)
Senang berkenalan dengannya, karena berkat dirinya saya bisa sampai di daerah yang ibu maksudkan. Ya, daerah tersebut bernama desa Candi, terletak di kecamatan Mlarak. Jaraknya sekitar 10 km dari rumah Mbah.

Waktu pun ditentukan. Di hari akhir, Yuli mengantar saya berkeliling desa Candi. Ternyata yang saya dengar dari ibu dan Yuli memang benar. Kawasan pembangunan waduk telihat ramai oleh warga setempat, baik warga dari desa setempat atau di luar desa Candi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun