Masyarakat Ponorogo tampak asyik menikmati wisata alam yang tersaji dengan indah. Dulu sekali, belum ada fasilitas untuk bermain. Hanya ada kuliner yang khas, seperti durian Ngebel yang fenomenal, sate kelinci, dan lain-lain.
Saya pun berusaha menikmati “pergantian udara Jakarta dengan udara Ngebel” – inilah yang jadi momentumnya! Mengingat udara yang masih terjaga, menjadikan saya sebagai pemburu udara segar. Angin kencang menampar wajah saya, suara riak air telaga menjadi melodi, tawa riang anak-anak menjadi syair dalam benak saya.
Selain telaga Ngebel, Ponorogo juga memiliki beberapa tujuan wisata alam lainnya, seperti: Taman Wisata Ngembag, air terjun Pletuk, air terjun Juruk Klenteng, Gua Lowo, dan lain-lain.
Hari menjelang sore, dan kami bersiap untuk pulang.
Pembangunan Waduk menjadi Tujuan Wisata Murmer (murah meriah)
Ibu memberi tahu bahwa ada wilayah di kecamatan Mlarak yang sedang ramai dikunjungi oleh warganya. Biasanya ibu pergi kesana saat pagi hari untuk sekedar jalan dan berolahraga, dengan mengajak serta pak Kyai. Udara yang bersih sangat membantu bagi kesehatan beliau.
Kedua anak asuh Mbah sudah tak lagi tinggal di rumah, mereka pulang ke rumah orang tua masing-masing. Sekarang Mbah ditemani oleh kerabat ibu, Yuli namanya. Yuli bertugas di rumah, selain mengajar di Paud, Yuli juga kuliah di tingkat 6.
Waktu pun ditentukan. Di hari akhir, Yuli mengantar saya berkeliling desa Candi. Ternyata yang saya dengar dari ibu dan Yuli memang benar. Kawasan pembangunan waduk telihat ramai oleh warga setempat, baik warga dari desa setempat atau di luar desa Candi.