Mohon tunggu...
Nurhasanah Munir
Nurhasanah Munir Mohon Tunggu... Mahasiswa - Taruna

I'm a dreamer and wisdom seeker// Ailurophile// write to contemplate

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Ponorogo Tak Hanya tentang Reog

25 Januari 2017   10:23 Diperbarui: 26 Januari 2017   10:08 1252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saya dan kawan-kawan bernostalgia di tepi Telaga Ngebel (Photo: Dok. Pribadi)

Cuaca yang cerah di sekitar penginapan yang terletak di tengah kota Madiun. Pagi itu saya berniat untuk mencari sarapan. Ternyata di halaman depan hotel tersebut malah memiliki warung makan, yang saya asumsikan sebagai bagian dari fasilitas bagi tamu yang menginginkan pelayanan lengkap disana, termasuk makan.

Saya masuk ke dalam dan memesan soto campur (nasi disajikan langsung di dalam mangkuk soto) beserta secangkir kopi kepada si ibu yang sedang menyiapkan sarapan, mungkin untuk tamu yang lain.

Salah satu sudut jalan di kota Madiun (Photo: Dok. Pribadi)
Salah satu sudut jalan di kota Madiun (Photo: Dok. Pribadi)
Selesai sarapan, saya sengaja duduk di depan hotel untuk menyaksikan aktifitas warga madiun dan lalu-lalang kendaraan yang lewat, mengabadikannya melalui kamera ponsel.

Puas memotret, saya kembali ke kamar untuk bersantai, tapi ternyata saya malah ingin mengobrol dengan staf yang sedang membersihkan kamar disamping kamar saya. Banyak hal yang saya tanyakan kepadanya, termasuk usia hotel yang sudah mencapai belasan tahun.

Waktu menunjukkan pukul 10.00 wib, saya langsung bersiap mengemas barang untuk melanjutkan ke tujuan yang sebenarnya.

Setelah chek-out, saya bertanya kepada petugas hotel arah untuk menunggu bus jurusan Ponorogo.

----------

Dengan becak, sampailah saya di sebuah halte untuk menunggu bus mini tujuan Ponorogo. Kurang lebih 20 menit, bus yang ditunggu pun datang, bersyukur masih ada kursi kosong yang bisa saya tempati.

Jarak Madiun – Ponorogo yang berkisar 30 km atau setara dengan 45 menit. Lalu lintasnya cukup lancar, hanya berhenti untuk menaiki dan menurunkan penumpang. Oh ya, ongkos yang saya keluarkan hanya Rp.8.000,- saja, dan tebilang masih murah jika dibandingkan dengan 8 tahun lalu saat saya masih tinggal di Ponorogo.

Bus mini yang membawa saya dari Madiiun ke Ponorogo (Photo: Dok. Pribadi)
Bus mini yang membawa saya dari Madiiun ke Ponorogo (Photo: Dok. Pribadi)
Akhirnya, bus memasuki area terminal Seloaji Ponorogo. Saya dan penumpang lain turun, dan mencari tumpangan masing-masing. Seorang pengemudi ojek menawarkan jasanya, rupa-rupanya si bapak paham bahwa saya ingin ke desa Gontor.

Setelah bernego harga dan sepakat, saya diantar si bapak ke tempat tujuan dengan jarak sekitar 20 km. Siang yang terik, padahal Ponorogo dikelilingi oleh pegunungan, namun tak mengubah hawa menjadi sejuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun