Sejarah Masuknya Islam di Kalimantan
Umul Haerani Mutmainnah Ratu Alfira Miftahul Jannah
Ummulhaerani901@gmail.com mutttmainnah25@gmail.com ratualfira0@gmail.com miftahuljannahhusain71@gmail.comÂ
Â
ABSTRAK
sejarah masuknya Islam ke Kalimantan yang dimulai sejak abad ke-13 melalui interaksi antara masyarakat lokal dan para pedagang Muslim dari wilayah seperti Gujarat, Arab, dan Persia. Proses penyebaran Islam di Kalimantan berlangsung damai melalui jalur perdagangan dan didukung oleh peran penting kerajaan-kerajaan lokal, seperti Kerajaan Kutai dan Banjarmasin. Para pemimpin dan tokoh ulama, termasuk Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari, Sultan Suriansyah, Sunan Gunung Jati, Syekh Abdul Rahman, dan Syekh Jaffar, berperan dalam mengintegrasikan ajaran Islam ke dalam kehidupan sosial dan budaya masyarakat setempat. Melalui pendekatan dakwah yang adaptif terhadap budaya lokal, ajaran Islam berkembang dan berakar dalam kehidupan masyarakat Kalimantan tanpa menghilangkan identitas budaya mereka. Artikel ini mengkaji faktor-faktor yang berkontribusi terhadap perkembangan Islam di Kalimantan, termasuk perdagangan, pendidikan, dan dukungan dari tokoh-tokoh agama serta kerajaan. Dengan demikian, masuknya Islam tidak hanya mengubah aspek religius, tetapi juga memberikan pengaruh signifikan terhadap struktur sosial dan budaya masyarakat Kalimantan, menciptakan identitas Islam yang khas di wilayah tersebut.
Kata Kunci:Penyebaran Islam di Kalimantan
ABSTRACT
the history of the entry of Islam into Kalimantan which began as early as the 13th century through interactions between local people and Muslim traders from regions such as Gujarat, Arabia and Persia. The process spread of Islam in Kalimantan was peaceful through trade routes and supported by the important role of local kingdoms, such as the Kutai Kingdom and the supported by the important role of local kingdoms, such as the Kutai and Banjarmasin Kingdoms. Banjarmasin. Leaders and scholars, including Sheikh Muhammad Arsyad Al-Banjari, Sultan Suriansyah, Sunan Gunung Jati, Sheikh Abdul Rahman, and Sheikh Jaffar, were instrumental in integrating Islam in Kalimantan. Jaffar, played a role in integrating Islamic teachings into the social and cultural life of the local community.and culture of the local community. Through an adaptive da'wah approach to local culture, the teachings of Islam developed and took root in the lives of the people of Kalimantan without losing their cultural identity Kalimantan without losing their cultural identity. This article examines factors that contributed to the development of Islam in Kalimantan, including trade, education, and the support of religious leaders and royalty. royalty. Thus, the introduction of Islam did not only change the religious aspects of Borneo,but also exerted a significant influence on the social and cultural structures ofsociety, creating a distinctive Islamic identity in the region.
Keywords : The Spread of Islam in Kalimantan
PENDAHULUAN
Masuknya Islam ke Indonesia, terutama di Kalimantan, merupakan aspek penting dalam sejarah perkembangan agama di nusantara. Sejak abad ke-13, Kalimantan mulai menjalin hubungan dengan para pedagang Muslim dari berbagai belahan dunia, yang membawa ajaran serta nilai-nilai Islam. Proses ini tidak hanya mencakup dimensi religius, tetapi juga dipengaruhi oleh dinamika sosial, politik, dan ekonomi di kerajaan-kerajaan lokal.
Kalimantan, yang terkenal dengan kekayaan sumber daya alam dan keragaman budayanya, menjadi lokasi strategis bagi para pedagang. Interaksi ini menciptakan peluang bagi penyebaran Islam yang berlangsung secara damai dan berkelanjutan. Dalam hal ini, beberapa kerajaan seperti Kerajaan Kutai dan Kerajaan Banjarmasin memiliki peran penting dalam mengadopsi dan menyebarkan ajaran Islam di masyarakat.
Selain itu, muncul berbagai tokoh ulama dan penyebar agama yang memberikan kontribusi signifikan terhadap perkembangan Islam di Kalimantan. Mereka tidak hanya menyebarkan ajaran Islam, tetapi juga mengkombinasikannya dengan budaya lokal, sehingga menghasilkan bentuk Islam yang unik di wilayah tersebut. Dengan pemahaman ini, artikel ini akan membahas lebih mendalam tentang proses masuknya Islam, peran kerajaan, serta tokoh-tokoh utama dalam penyebarannya di Kalimantan.[1]Â
Â
PEMBAHASAN
 1.Proses masuknya islam di kalimantan dan kerajaan yang mempengaruhinya
Islam mulai masuk ke Kalimantan pada abad ke-13, seiring dengan interaksi masyarakat lokal dengan para pedagang Muslim dari berbagai belahan dunia, seperti Gujarat, Arab, dan Persia. Posisi strategis Kalimantan serta kekayaan sumber daya alamnya menjadikannya sebagai jalur perdagangan yang vital. Melalui hubungan dagang ini, ajaran dan nilai-nilai Islam perlahan-lahan diperkenalkan kepada penduduk setempat.[2]
Penyebaran Islam di Kalimantan didukung oleh sejumlah faktor kunci yang saling berkaitan. Salah satu faktor utama adalah perdagangan, di mana jalur perdagangan yang ramai menjadi sarana penting bagi para pedagang Muslim untuk menyebarkan ajaran mereka. Interaksi antara pedagang dan masyarakat lokal menciptakan ketertarikan terhadap nilai-nilai Islam yang menawarkan cara hidup baru, yang lebih berorientasi pada etika dan moralitas. Selain itu, pendidikan juga berperan signifikan dalam proses ini. Ulama mendirikan pesantren dan lembaga pendidikan yang mengajarkan ajaran Islam secara formal, membantu masyarakat memahami dan menerapkan ajaran agama dengan lebih mendalam. Pesantren tidak hanya berfungsi sebagai tempat belajar, tetapi juga sebagai pusat kegiatan sosial dan budaya, di mana nilai-nilai Islam diinternalisasi dalam berbagai aspek kehidupan.
 Proses penyebaran Islam juga ditandai dengan akulturasi budaya, di mana elemen-elemen Islam diintegrasikan dengan tradisi lokal. Hal ini menghasilkan bentuk Islam yang unik, menciptakan tradisi baru yang mencerminkan identitas masyarakat Kalimantan, seperti dalam perayaan adat yang mulai memuat unsur-unsur Islam. Peran ulama dan wali, seperti Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari, sangat penting dalam konteks ini. Mereka bukan hanya pendidik, tetapi juga pemimpin spiritual yang membimbing masyarakat dalam menjalankan ajaran Islam dan memastikan pemahaman yang benar tentang agama. Selain itu, peningkatan mobilitas sosial seiring berkembangnya perdagangan dan interaksi antar wilayah juga turut memperluas penyebaran Islam. Masyarakat yang berpindah membawa serta ajaran Islam, sehingga agama ini semakin meluas ke daerah-daerah terpencil. Dengan demikian, faktor-faktor ini secara kolektif menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan Islam di Kalimantan, menjadikan wilayah ini sebagai salah satu pusat kegiatan keagamaan yang signifikan di Indonesia.[3]
Beberapa kerajaan di Kalimantan berperan krusial dalam proses penyebaran Islam. Beberapa yang paling signifikan adalah:
 a.Kerajaan Kutai
 Kerajaan Kutai, yang diakui sebagai salah satu kerajaan tertua di Kalimantan, memainkan peran penting dalam sejarah masuknya Islam ke wilayah ini. Sejak awal, Kutai telah menjalin hubungan perdagangan yang erat dengan para pedagang Muslim, yang berasal dari berbagai daerah, termasuk Gujarat dan Arab. Melalui interaksi tersebut, ajaran Islam mulai diperkenalkan dan diterima secara perlahan oleh masyarakat Kutai. Penerimaan Islam oleh raja dan elite masyarakat tidak hanya mempercepat akulturasi ajaran Islam, tetapi juga membawa perubahan signifikan dalam kehidupan sehari-hari.[4]
 Temuan naskah-naskah kuno, seperti naskah yang memuat informasi tentang sistem pemerintahan dan norma hukum, menunjukkan adanya pengaruh Islam yang kuat dalam struktur sosial dan politik kerajaan. Nilai-nilai Islam mulai diintegrasikan ke dalam hukum adat, menghasilkan sistem hukum yang mencerminkan prinsip-prinsip Islami. Selain itu, kegiatan sosial dan budaya masyarakat Kutai juga terpengaruh oleh ajaran Islam, terlihat dari pelaksanaan ritual keagamaan yang mulai mengadopsi tradisi Islam. Dengan demikian, Kerajaan Kutai tidak hanya menjadi pusat penyebaran Islam di Kalimantan, tetapi juga berfungsi sebagai jembatan bagi terjadinya akulturasi antara budaya lokal dan ajaran Islam, menciptakan fondasi yang kokoh bagi perkembangan Islam di wilayah tersebut.[5]
b.Kerajaan Banjarmasin
 Kerajaan Banjarmasin, yang muncul pada abad ke-16, memainkan peran krusial sebagai pusat penyebaran Islam di Kalimantan Selatan. Para penguasa kerajaan ini secara aktif mengadopsi ajaran Islam dan berkomitmen untuk menyebarkannya kepada rakyat, menjadikan Banjarmasin sebagai salah satu basis utama bagi perkembangan Islam di wilayah tersebut. Dalam upaya memperkuat penyebaran ajaran agama, Kerajaan Banjarmasin menjalin hubungan diplomatik dan ekonomi dengan kerajaan Islam lainnya di nusantara, termasuk Demak. Kerjasama ini tidak hanya meningkatkan pertukaran budaya, tetapi juga memberikan dukungan dalam penyebaran ajaran Islam melalui berbagai cara, seperti perdagangan dan pendidikan.
 Melalui hubungan yang saling menguntungkan ini, Banjarmasin berhasil menarik perhatian masyarakat lokal untuk memeluk Islam. Selain itu, kegiatan keagamaan seperti pengajaran di pesantren dan perayaan-perayaan Islam semakin berkembang, menciptakan suasana yang kondusif bagi pertumbuhan komunitas Muslim. Dengan demikian, Kerajaan Banjarmasin tidak hanya berfungsi sebagai pusat politik dan ekonomi, tetapi juga sebagai jembatan penting dalam penyebaran Islam di Kalimantan, yang berkontribusi pada pembentukan identitas Islam yang kuat di wilayah ini.[6]
 Di bawah kepemimpinan Sultan Suriansyah, Kerajaan Banjar memainkan peran penting dalam penyebaran Islam di Kalimantan. Sultan Suriansyah dikenal sebagai sosok yang aktif dalam mempromosikan ajaran Islam, berkomitmen untuk mengintegrasikan nilai-nilai Islam ke dalam struktur pemerintahan dan kehidupan sosial masyarakat. Melalui diplomasi yang cermat dan kerjasama dengan ulama, Sultan Suriansyah berhasil menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan Islam di kerajaan ini.
 Pendirian lembaga pendidikan, seperti pesantren, menjadi salah satu langkah strategis yang diambil untuk meningkatkan pengetahuan agama di kalangan masyarakat. Lembaga-lembaga ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat belajar, tetapi juga sebagai pusat pembinaan moral dan spiritual. Selain itu, Sultan Suriansyah juga aktif dalam menyelenggarakan berbagai kegiatan keagamaan, yang semakin memperkuat komunitas Muslim di Banjar. Dengan dukungan dari para ulama dan masyarakat, Kerajaan Banjar berhasil membangun fondasi yang kokoh bagi perkembangan Islam, menjadikannya sebagai salah satu kekuatan religius yang signifikan di Kalimantan[7].
 Dengan demikian, proses masuknya Islam ke Kalimantan melibatkan interaksi yang kompleks antara perdagangan, kerajaan, dan tokoh-tokoh agama. Kerajaan-kerajaan seperti Kutai dan Banjarmasin, menjadi pilar penting dalam penyebaran ajaran Islam, yang tidak hanya mengubah dimensi religius, tetapi juga aspek sosial dan budaya masyarakat Kalimantan. Proses ini menunjukkan bagaimana Islam dapat beradaptasi dan berkembang di tengah keberagaman budaya lokal, menciptakan harmoni antara agama dan tradisi.
 2.Tokoh Tokoh Penyebar Islam di Kalimantan
 a.Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari
 Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari adalah salah satu ulama paling berpengaruh di Kalimantan. Lahir di Martapura, Kalimantan Selatan, beliau dikenal sebagai pendiri Madrasah Al-Qur'an yang pertama di daerah tersebut. Karya-karya beliau, khususnya dalam bidang fiqih dan tasawuf, memberikan dampak yang signifikan dalam membentuk pemahaman Islam di Kalimantan. Selain itu, Syekh Muhammad Arsyad juga dikenal sebagai seorang penggerak dakwah yang aktif; ia berkomitmen untuk mengajarkan masyarakat mengenai ajaran Islam dan menerapkan nilai-nilai keislaman dalam kehidupan sehari-hari.
 Syekh Muhammad Arsyad memiliki pendekatan dakwah yang sangat adaptif, mampu mengintegrasikan ajaran Islam dengan budaya lokal. Ia menyadari pentingnya keterlibatan masyarakat dalam memahami ajaran agama, sehingga sering melakukan pengajaran di luar kelas formal, termasuk dalam bentuk ceramah di masjid dan pertemuan komunitas. Selain itu, beliau juga menulis banyak karya, termasuk kitab-kitab yang menjadi rujukan bagi para santri dan ulama di Kalimantan.
 Pentingnya peran Syekh Muhammad Arsyad tidak hanya terlihat dari pendidikan formal yang didirikannya, tetapi juga dari pengaruhnya dalam menggerakkan masyarakat untuk mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Melalui usahanya, beliau berhasil menciptakan generasi ulama dan cendekiawan yang melanjutkan misi dakwah, sehingga memperkuat fondasi Islam di Kalimantan. Pengaruhnya masih terasa hingga kini, menjadikannya sebagai salah satu tokoh sentral dalam sejarah penyebaran Islam di wilayah ini.[8]
 b. Sunan Gunung Jati
 Walaupun lebih dikenal dalam konteks penyebaran Islam di Jawa, Sunan Gunung Jati juga memiliki pengaruh yang signifikan di Kalimantan. Ia sering dianggap sebagai salah satu wali yang berperan penting dalam menyebarkan ajaran Islam melalui jalur perdagangan. Metode dakwah yang diterapkannya, yang mengedepankan pendekatan kultural dan sosial, sangat membantu masyarakat Kalimantan dalam menerima dan mengintegrasikan ajaran Islam ke dalam tradisi dan budaya lokal mereka.
 Sunan Gunung Jati dikenal karena kemampuannya dalam beradaptasi dengan budaya setempat, sehingga ajaran Islam dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Ia tidak hanya menyebarkan ajaran agama, tetapi juga mendorong dialog antara nilai-nilai Islam dan tradisi lokal, menciptakan harmoni yang memungkinkan Islam berkembang tanpa menghilangkan identitas budaya masyarakat. Selain itu, Sunan Gunung Jati juga aktif dalam mendirikan lembaga pendidikan dan pesantren, yang menjadi pusat pembelajaran bagi generasi muda dalam memahami ajaran Islam.
 Pengaruh Sunan Gunung Jati di Kalimantan dapat dilihat dari banyaknya komunitas Muslim yang terbentuk dan berkembang di wilayah tersebut, yang terus melanjutkan warisan ajarannya hingga saat ini. Dengan pendekatan yang inklusif dan adaptif, beliau berhasil menciptakan fondasi yang kuat bagi penyebaran Islam di Kalimantan, menjadikannya sebagai salah satu tokoh penting dalam sejarah dakwah di Indonesia.[9]
 c. Sultan Suriansyah
 Sebagai pemimpin Kerajaan Banjar, Sultan Suriansyah memainkan peran yang sangat penting dalam penyebaran Islam di Kalimantan Selatan. Ia dikenal karena dedikasinya yang tinggi dalam mempromosikan ajaran Islam dan mendirikan berbagai lembaga pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman agama di kalangan rakyatnya. Melalui kepemimpinannya, ajaran Islam semakin mengakar dalam struktur pemerintahan dan kehidupan sosial masyarakat Banjar, menjadikannya sebagai bagian integral dari identitas budaya mereka.
 Sultan Suriansyah tidak hanya berfokus pada aspek spiritual, tetapi juga berusaha untuk mengintegrasikan nilai-nilai Islam ke dalam sistem hukum dan pemerintahan. Ia mendorong penerapan prinsip-prinsip Islam dalam pengambilan keputusan politik dan sosial, yang membantu menciptakan masyarakat yang lebih adil dan beretika. Selain itu, Sultan Suriansyah juga aktif dalam menjalin hubungan dengan ulama dan tokoh agama lainnya, yang memperkuat jaringan dakwah di wilayah tersebut.
 Pendirian pesantren dan lembaga pendidikan lainnya di bawah kepemimpinannya menjadi pusat pembelajaran bagi generasi muda, yang tidak hanya mempelajari ajaran Islam tetapi juga nilai-nilai moral dan etika yang terkandung di dalamnya. Dengan demikian, Sultan Suriansyah tidak hanya berperan sebagai pemimpin politik, tetapi juga sebagai tokoh spiritual yang berkontribusi besar terhadap perkembangan Islam di Kalimantan, menciptakan warisan yang masih dirasakan hingga saat ini.[10]
 d. Syekh Abdul Rahman
 Syekh Abdul Rahman adalah seorang ulama yang memiliki peran penting dalam penyebaran Islam di Kalimantan. Ia dikenal sebagai pendiri berbagai pesantren yang menjadi pusat pendidikan agama bagi masyarakat setempat. Sebagai seorang guru, Syekh Abdul Rahman mendidik banyak murid yang kemudian menjadi agen penyebaran ajaran Islam di wilayah yang lebih luas. Metode dakwah yang diterapkannya sangat sederhana dan akomodatif, sehingga membuat ajarannya mudah dipahami dan diterima oleh masyarakat.
 Syekh Abdul Rahman tidak hanya fokus pada pengajaran teori agama, tetapi juga mengedepankan praktik kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan ajaran Islam. Ia sering mengadakan diskusi dan ceramah di berbagai tempat, menjangkau masyarakat dari berbagai lapisan. Pendekatannya yang inklusif dan ramah membuatnya dihormati dan dicintai oleh banyak orang. Selain itu, Syekh Abdul Rahman juga berperan dalam mengintegrasikan nilai-nilai Islam dengan budaya lokal, sehingga ajaran Islam dapat diterima tanpa menghilangkan identitas budaya masyarakat Kalimantan.
 Dengan dedikasinya yang tinggi dalam pendidikan dan dakwah, Syekh Abdul Rahman telah meninggalkan warisan yang signifikan dalam perkembangan Islam di Kalimantan, menciptakan generasi baru yang siap meneruskan misi penyebaran agama.[11]
 e. Syekh Jaffar
 Syekh Jaffar merupakan salah satu tokoh yang sangat aktif dalam kegiatan dakwah di Kalimantan Timur. Ia dikenal karena dedikasinya dalam melakukan perjalanan ke berbagai daerah untuk menyebarkan ajaran Islam dan berinteraksi dengan berbagai lapisan masyarakat. Dalam kegiatan dakwahnya, Syekh Jaffar sering menggunakan pendekatan budaya yang membuat ajarannya lebih mudah diterima oleh masyarakat lokal. Dengan cara ini, ia berhasil menjembatani antara nilai-nilai Islam dan tradisi yang sudah ada, sehingga menciptakan suasana yang harmonis.
 Selain itu, Syekh Jaffar juga mengadakan berbagai kegiatan sosial dan keagamaan, seperti pengajian, ceramah, dan diskusi, yang melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat. Ia percaya bahwa dialog dan interaksi langsung adalah kunci untuk memahami dan menginternalisasi ajaran Islam. Melalui pendekatan yang inklusif dan ramah, Syekh Jaffar mampu menarik perhatian banyak orang, termasuk mereka yang sebelumnya skeptis terhadap ajaran Islam.
 Kegiatan dakwahnya tidak hanya terbatas pada pengajaran agama, tetapi juga mencakup upaya untuk meningkatkan kesadaran sosial dan moral di kalangan masyarakat. Dengan demikian, Syekh Jaffar telah berkontribusi besar dalam memperkuat komunitas Muslim di Kalimantan Timur dan menciptakan fondasi yang kokoh bagi perkembangan Islam di wilayah tersebut.[12]
Â
KESIMPULAN
 Proses masuknya Islam ke Kalimantan berlangsung secara bertahap dan damai melalui jalur perdagangan, interaksi budaya, serta dukungan dari kerajaan-kerajaan lokal seperti Kerajaan Kutai dan Kerajaan Banjarmasin. Keberadaan para pedagang Muslim dari berbagai wilayah, seperti Gujarat, Arab, dan Persia, berperan besar dalam memperkenalkan Islam kepada masyarakat lokal. Faktor-faktor seperti perdagangan yang ramai, pendidikan yang berperan dalam penyebaran ajaran agama, serta dukungan dari ulama dan tokoh kerajaan mendorong pertumbuhan Islam secara berkelanjutan.
 Kerajaan Kutai dan Banjarmasin memainkan peran signifikan sebagai pusat penyebaran Islam di Kalimantan. Para pemimpin kerajaan, seperti Sultan Suriansyah di Banjar, mengadopsi nilai-nilai Islam dan membangun lembaga-lembaga pendidikan agama, yang membantu integrasi nilai-nilai Islam ke dalam kehidupan masyarakat. Pendirian pesantren dan lembaga pendidikan lainnya tidak hanya berfungsi sebagai pusat pembelajaran agama, tetapi juga menjadi tempat penguatan moral dan sosial masyarakat.
 Para tokoh ulama seperti Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari, Sunan Gunung Jati, Sultan Suriansyah, Syekh Abdul Rahman, dan Syekh Jaffar, turut memainkan peran penting dalam menyebarkan ajaran Islam dengan pendekatan yang adaptif terhadap budaya lokal. Melalui metode dakwah yang akomodatif dan integratif, mereka berhasil menciptakan harmoni antara nilai-nilai Islam dan tradisi masyarakat Kalimantan, sehingga Islam dapat diterima dengan baik tanpa harus menghilangkan identitas budaya setempat.
 Keseluruhan proses ini menunjukkan bahwa penyebaran Islam di Kalimantan bukan hanya mengubah aspek religius, tetapi juga berperan dalam membentuk struktur sosial dan budaya masyarakat. Islam berkembang menjadi bagian penting dari identitas masyarakat Kalimantan, didukung oleh warisan yang terus dipertahankan dan dilanjutkan oleh generasi berikutnya.
Â
DAFTAR PUSTAKA
 Ahyat, Ita Syamtasiyah. "Perkembangan Islam di Kesultanan Sambas" 8, no. 1 (2018): 11--20.
 Kultur, Antara, dan D A N Struktur. "Ulumuddin: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman" 11 (2021): 237--54.
 M. Nuh, Zulkifli, Alimuddin Hassan, dan Kholil Syu'aib. "TUAN GURU RETEH SYEKH 'ABDURRAHMAN YA'QUB: Kiprah, Peran, dan Pemikirannya dalam Bidang Pendidikan Islam." POTENSIA: Jurnal Kependidikan Islam 4, no. 1 (2018): 23. https://doi.org/10.24014/potensia.v4i1.5050.
 Noorthaibah, Noorthaibah, dan Abdur - Rozak. "Relasi Islam dan Budaya Lokal di Kalimantan Timur: Persepsi Tokoh Masyarakat Mengenai Islam Nusantara." Jurnal Kawistara 10, no. 1 (2020): 89. https://doi.org/10.22146/kawistara.41206.
 Pokhrel, Sakinah. "sejarah masuknya islam." 15, no. 1 (2024): 37--48.
 Ramayulis. "Dasar-dasar kependidikan suatu pengantar ilmu pendidikan." Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial 23, no. 2 (2015): 11--25.
 Tesis, Judul. "Bahan Ujian Pendahuluan," 2017.
 Wahab, Syahrani, dan Erfan Alfian. "Peran Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari Dalam Penyebaran Islam di Tanah Banjar." Cross-border 5, no. 2 (2022): 971--80.
 Yahya, Iffatussabrina, Lutfia Aisyah Putri, M. Zikri Hidayat, Muhammad Akbar Riadi, Muhammad Ariiq Alhafizh Agung, Mutia Gusmawarni, dan Arrasyidin Akmal Domo. "Kiprah Kerajaan Islam Dalam Penyebaran Islam di Indonesia." Takuana: Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora 2, no. 1 (2023): 33--41. https://doi.org/10.56113/takuana.v2i1.41.
 Yusliani Noor. "History of the Development of Islam in Banjarmasin and the Role of the Sultanate of Banjar (Xv-Xix Century)." Al-Banjari: Scientific Journal of Islamic Sciences 11(2) vo. 11, no, no. 2 (2012): 239--263.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H