Masuknya Islam ke Indonesia, terutama di Kalimantan, merupakan aspek penting dalam sejarah perkembangan agama di nusantara. Sejak abad ke-13, Kalimantan mulai menjalin hubungan dengan para pedagang Muslim dari berbagai belahan dunia, yang membawa ajaran serta nilai-nilai Islam. Proses ini tidak hanya mencakup dimensi religius, tetapi juga dipengaruhi oleh dinamika sosial, politik, dan ekonomi di kerajaan-kerajaan lokal.
Kalimantan, yang terkenal dengan kekayaan sumber daya alam dan keragaman budayanya, menjadi lokasi strategis bagi para pedagang. Interaksi ini menciptakan peluang bagi penyebaran Islam yang berlangsung secara damai dan berkelanjutan. Dalam hal ini, beberapa kerajaan seperti Kerajaan Kutai dan Kerajaan Banjarmasin memiliki peran penting dalam mengadopsi dan menyebarkan ajaran Islam di masyarakat.
Selain itu, muncul berbagai tokoh ulama dan penyebar agama yang memberikan kontribusi signifikan terhadap perkembangan Islam di Kalimantan. Mereka tidak hanya menyebarkan ajaran Islam, tetapi juga mengkombinasikannya dengan budaya lokal, sehingga menghasilkan bentuk Islam yang unik di wilayah tersebut. Dengan pemahaman ini, artikel ini akan membahas lebih mendalam tentang proses masuknya Islam, peran kerajaan, serta tokoh-tokoh utama dalam penyebarannya di Kalimantan.[1]Â
Â
PEMBAHASAN
 1.Proses masuknya islam di kalimantan dan kerajaan yang mempengaruhinya
Islam mulai masuk ke Kalimantan pada abad ke-13, seiring dengan interaksi masyarakat lokal dengan para pedagang Muslim dari berbagai belahan dunia, seperti Gujarat, Arab, dan Persia. Posisi strategis Kalimantan serta kekayaan sumber daya alamnya menjadikannya sebagai jalur perdagangan yang vital. Melalui hubungan dagang ini, ajaran dan nilai-nilai Islam perlahan-lahan diperkenalkan kepada penduduk setempat.[2]
Penyebaran Islam di Kalimantan didukung oleh sejumlah faktor kunci yang saling berkaitan. Salah satu faktor utama adalah perdagangan, di mana jalur perdagangan yang ramai menjadi sarana penting bagi para pedagang Muslim untuk menyebarkan ajaran mereka. Interaksi antara pedagang dan masyarakat lokal menciptakan ketertarikan terhadap nilai-nilai Islam yang menawarkan cara hidup baru, yang lebih berorientasi pada etika dan moralitas. Selain itu, pendidikan juga berperan signifikan dalam proses ini. Ulama mendirikan pesantren dan lembaga pendidikan yang mengajarkan ajaran Islam secara formal, membantu masyarakat memahami dan menerapkan ajaran agama dengan lebih mendalam. Pesantren tidak hanya berfungsi sebagai tempat belajar, tetapi juga sebagai pusat kegiatan sosial dan budaya, di mana nilai-nilai Islam diinternalisasi dalam berbagai aspek kehidupan.
 Proses penyebaran Islam juga ditandai dengan akulturasi budaya, di mana elemen-elemen Islam diintegrasikan dengan tradisi lokal. Hal ini menghasilkan bentuk Islam yang unik, menciptakan tradisi baru yang mencerminkan identitas masyarakat Kalimantan, seperti dalam perayaan adat yang mulai memuat unsur-unsur Islam. Peran ulama dan wali, seperti Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari, sangat penting dalam konteks ini. Mereka bukan hanya pendidik, tetapi juga pemimpin spiritual yang membimbing masyarakat dalam menjalankan ajaran Islam dan memastikan pemahaman yang benar tentang agama. Selain itu, peningkatan mobilitas sosial seiring berkembangnya perdagangan dan interaksi antar wilayah juga turut memperluas penyebaran Islam. Masyarakat yang berpindah membawa serta ajaran Islam, sehingga agama ini semakin meluas ke daerah-daerah terpencil. Dengan demikian, faktor-faktor ini secara kolektif menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan Islam di Kalimantan, menjadikan wilayah ini sebagai salah satu pusat kegiatan keagamaan yang signifikan di Indonesia.[3]
Beberapa kerajaan di Kalimantan berperan krusial dalam proses penyebaran Islam. Beberapa yang paling signifikan adalah:
 a.Kerajaan Kutai