Namaku Jamil. Aku tinggal bersama keluargaku di sebuah rumah type 36 di kompleks perumahan Pancoran Bondowoso. Menurut buku yang aku baca, kotaku Bondowoso termasuk dataran tinggi. Sehingga ketika musim hujan tidak mungkin mengalami banjir. Tetapi, kenyataannya musibah banjir masih sering terjadi di sini.
Suatu siang ketika Ibu dan Kak Hamidah mengobrol di teras rumah, aku bertanya kepada Ibu, "Ibu, kenapa di sini masih terjadi banjir? Bukankah di sini dataran tinggi?"
Ibu mengangkat bahu, "Mana Ibu tahu, Jamil."
"Sudah takdir-Nya barangkali." Kak Hamidah menyahut.
"Memang sudah takdir-Nya. Tetapi, hal itu tidak lepas dari perbuatan manusia." Aku berargumen..
"Benar, Jamil. Boleh jadi musibah itu terjadi karena ulah manusia." Ibu mendukung argumenku.
Aku mencibir ke arah Kak Hamidah.
"Kalau memang karena ulah manusia, kamu mau apa?" Tantang Kak Hamidah.
"Jamil, coba selidiki apa yang menjadi penyebabnya. Apakah karena masih banyak warga desa yang kurang peduli pada lingkungannya atau apa." Ibu memberiku saran.
"Mungkin banyak warga yang membuang sampah sembarangan terutama di sungai. Â Sehingga sungai meluap." Aku menyampaikan argumenku.Â
"Selidiki dulu faktanya di lapangan. Baru kau mengambil kesimpulan." Ibu berkata dengan ekspresi serius.