"Tidak masalah," jawab lelaki itu santai. "Kamu nggak perlu khawatir, aku menikmatinya, kok."
Maya tersentak. Dahinya berkerut. Entah apa yang tengah Bintang rencanakan, respon lelaki itu sungguh diluar dugaan.
"Ada perlu apa sehingga Pak Bintang mencari saya hingga ke rumah di hari libur?" ucap Maya tanpa basa-basi.
Bintang terdiam sejenak. "Maafkan saya," ucapnya kemudian.Â
Maya menatap heran lelaki di depannya itu.Â
"Sungguh, aku nggak pernah bermaksud buat sakitin kamu. Aku hanya nggak tahu bagaimana menyikapi semua tingkah lakumu. Aku hanya bingung."
"Tingkah laku saya?" Maya sekali lagi mengerutkan dahi.Â
"Ya, kamu yang begitu terang-terangan menyukaiku di masa lalu."
Maya tersadar, dia memang sungguh terlalu berani kala itu. Dan kini raut penyesalan tergambar jelas di wajahnya. "Kalau itu saya yang seharusnya meminta maaf. Saya masih sangat muda kala itu dan tidak mudah untuk mengendalikan diri. "
"Ya, aku paham itu dan aku juga sama. Itu kali pertama buatku berhadapan dengan situasi yang aku nggak tahu harus gimana. Aku nggak mau nyakitin kamu. Sungguh. Baik menerima kamu atau mengabaikan, bukankah dua-duanya hanya akan membuatmu terluka?"
Maya mengangguk.