Mohon tunggu...
Umiyamuh
Umiyamuh Mohon Tunggu... Novelis - Seorang Penulis

Bukan orang penting, hanya seseorang yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Dua Tamu

19 September 2023   20:46 Diperbarui: 21 September 2023   21:33 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tubuh renta Mbok Iyem sampai di depan sebuah rumah mewah dengan pilar-pilar besar penyangga yang menyambut siapa saja yang datang. 

Tidak ada siapa pun yang menyapanya. Salah seorang yang datang bersama Mbok Iyem menuntun tubuh renta Mbok Iyem yang bungkuk ke sebuah ruangan. Tidak ada siapa pun di sana. Hanya sebuah kursi kasur dan bantal saja.

"Dul, Ibu tahu kamu ada di luar," ucap Mbok Iyem yang kini duduk di kursi. "Ibu tidak akan tinggal di kamar ini. Lihatlah, Ibu memakai baju yang sama ketika kamu menikah. Sudah lebih dari 40 tahun. 

"Tapi bajunya masih bagus. Ibu menyimpan dengan baik agar dapat Ibu pakai lagi. Dan hari ini Ibu menakainya. Sudah cukup kamu kirim orang-orang ke rumah. 

"Ibu tidak akan menjual sejengkal pun tanah itu. Ada anak-anak yang tengah menimba ilmu di sana. Ibu merasa gagal menjadi orang tua ketika melihat putra Ibu kini menjadi seperti ini. 

"Tapi ibu berterima kasih karena sampai detik ini kau masih mengingat Ibu. Ini adalah kali pertama dan terakhir Ibu datang. Jangan ganggu sisa hidup Ibu dengan mengirimkan orang-orang itu."

Mbok Iyem bangkit. Kakinya berjalan perlahan membawa tubuh tua yang lemah. Sampai akhir Haji Dulah tetap membisu, mematung di depan pintu. Seorang lurah yang tersohor. Tapi tidak satu pun yang tahu bahwa dia selama 40 tahun menelantarkan ibunya.

Koleksi pribadi 
Koleksi pribadi 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun