Mohon tunggu...
Umiyamuh
Umiyamuh Mohon Tunggu... Novelis - Seorang Penulis

Bukan orang penting, hanya seseorang yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Winter Lily: Beliau Ibuku?(bagian 16)

11 Juli 2023   20:04 Diperbarui: 12 Juli 2023   10:50 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Bangunlah, Lily," ucap Beatrice sambil memeluk Nath. "Kau harus bangun, Nak." Gadis itu mengerjapkan matanya, dilihatnya sosok yang tidak asing---perempuan berkulit putih dan halus menyentuh pipinya. Wajahnya terlihat sedih dan berkali-kali menyebut nama Lily.

"Ya ... Yang Mulia ..., " ucap Nath terbata-bata.

"Akhirnya kau sadar, Sayang," Beatrice memeluk lebih erat tubuh Nath. Membawa Nath dalam dunia mimpi. Di mana para iblis yang ingin menguasai Nath tidak dapat masuk. Mana yang Nath miliki, sebagian adalah Mana bawaan dari sang ibu; Ratu Beatrice. Orang yang begitu merindukan anak perempuannya itu menganggap kalau ini adalah kesempatan; di mana hanya ada dia dan anaknya di satu waktu tanpa siapapun. Kesempatan yang dia sendiri tidak pernah memikirkan sebelumnya.

Beatrice terus memeluk erat Nath hingga Nath sendiri berusaha melepasnya.

"Maaf---" ucap Nath menyesal setelah melepaskan pelukan sang Ratu.

"Aku yang seharusnya minta maaf padamu. Aku---" Beatrice menghentikan kalimatnya.

"Apa yang ingin Yang Mulia katakan?"

Keduanya terdiam dalam hening ruang hampa yang dipenuhi oleh kabut putih dan aroma jeruk.

"Akulah yang sudah membuatmu dalam bahaya." Beatrice menghapus air matanya. Membuka luka lama bukanlah sesuatu yang mudah.

"Saya tidak masalah jika Anda belum siap berbicara,"

"Tidak ada waktu dan tidak ada kesempatan lagi. Aku yakin itu."

"Baiklah silakan Anda bercerita jika Anda sudah siap." Nath mengusap pundak Beatrice. Lembut. Seperti saat dia menangis dan Helena menenangkannya.

"Dahulu ... " Beatrice mulai bercerita. "Aku sangat berharap mempunyai seorang anak laki-laki yang kelak akan menjadi raja; hingga aku melakukan penelitian gila agar aku yang mempunyai Mana elemen air dan tanah. Aku tahu itu tidak mudah. Tapi untuk dapat melahirkan seorang calon raja dengan elemen yang sama, itu yang harus aku lalukan. Bahkan aku berpikir akan lebih baik jika anakku mempunyai Mana elemen bawaan lebih dari tiga .... " 

Nath melihat perempuan di hadapannya dengan serius. Mendengar tiap kata yang terucap. Apa yang ingin diceritakan. 

"Sepertinya aku berhasil. Anak yang aku lahirkan mempunyai Mana elemen bawaan lebih dari dua; bahkan 5 mana elemen,"

"Anda pasti senang?"

Beatrice menggeleng. "Tidak sepenuhnya benar."

"Kalau saya boleh menebak, apakah dia si bungsu Pangeran Vederick?"

"Kau salah. Aku memang melahirkan anak dengan Mana bawaan 5. Tapi dia perempuan. Dia adik Claire. Cantik dengan matanya yang biru."

"Lalu di mana anak itu, Yang Mulia?"

Beatrice menatap Nath. Tersenyum dan mengusap lembut kepala gadis di depannya itu. "Dia ada di hadapanku. Dia adalah kau. Caily Leirion Clarus." Sudah sangat lama Beatrice ingin menyebut nama itu.

Nath tertegun. Dahinya berkerut. Lelucon macam apa yang baru saja didengarnya. Apa harus percaya dengan apa yang baru saja dengarnya. "Saya?" Nath menunjuk dirinya sendiri.

"Kau adalah Putri Lily yang dikabarkan tewas 16 tahun lalu. Kelahiranmu adalah kebahagiaan untukku. Tapi juga seperti bom waktu untuk semua orang. Kau lahir karena  penelitian yang aku lakukan tanpa sepengetahuan siapapun. Sebelumnya aku pernah jadi murid di Menara Sihir. Saat Alex membawamu ke Utara. Aku merasa sangat hancur. Bagaimana bisa aku membuat anakku sendiri jauh dari ibunya. Aku Ibu yang buruk. Maafkan aku, Sayang."

Perlahan air mata Nath jatuh. Sesuatu yang tidak dia pikirkan sebelumnya. Seseorang yang bahkan tidak diharapkan lagi kehadirannya. Kini ada di hadapannya menatapnya hangat.

"Yang Mulia adalah Ibu saya?" ucap Nath masih tidak percaya.

Beatrice mengangguk. Senyum tipis menghiasi ujung bibirnya. "Ini adalah rahasia yang tidak boleh orang lain tahu. Bahkan kekuatanmu; itu akan membuatmu dalam bahaya. Seperti hari ini. Aroma dari percampuran banyak elemen itu membuat para iblis mengincarmu. Bahkan jika Menara Sihir tahu; Lily masih hidup. Mungkin mereka akan mengejarmu dan menganggapmu sebagai obyek penelitian mereka."

"Lalu apa yang harus saya lakukan!"

"Tetaplah seperti sekarang. Berlatihlah dengan benar, dan sebisa mungkin kau sembunyikan kemampuanmu. Dan satu lagi, bisakah kau panggil aku Ibu, meskipun hanya satu kali." 

"I---Ibu ... !" ucap Nath. Kaku.

"Bolehkah sekali lagi?"

"Ibu ...,"

Beatrice memeluk Nath dengan erat. "Kau cantik sekali, Sayang. Maafkan Ibu yang membuatmu kesusahan. Kau bahkan harus mengubah warna rambut dan matamu. Itu pasti sangat merepotkan."

"Aku tidak kerepotan. Aku kesakitan .... "

"Maafkan aku, maaf .... " Beatrice terus memeluk dan menciumi Nath. Anak yang sangat di rindukan selama belasan tahun akhirnya memangilnya 'Ibu' untuk pertama kalinya. Membalas pelukannya. 

"Terimalah ini," Beatrice menarik tangan Nath. Memaksanya menengadah. "Kau akan membutuhkan ini saat kau berlatih nanti." Beatrice memasukan batu sihir miliknya ke telapak tangan Nath. Rasanya geli dan dingin. Dalam sekejap bongkahan biru yang tadi berada di telapak tangan lenyap memasuki garis-garis tangan seperti terserap.

Batu biru itu akan sangat berguna untuk menyeimbangkan Mana yang masih belum dikuasai. Menyerap yang terlalu berlebihan dan akan menambah yang kekurangan. Rasa dingin dan geli berubah menjadi hangat dan nyaman menjalar dari telapak tangan hingga ke dada Nath. Pertanda jika batu itu telah sampai ke tempatnya, yaitu jantung. Batu itu akan tetap di sana menjaga dan melindungi si pemilik.

"Aku juga memasukan energiku di sana. Aku tidak ingin kejadian ini terjadi lagi padamu. Jadi aku pastikan, kalau aku akan datang melindungimu saat kau benar-benar membutuhkanku."[]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun