"Tenanglah. Kita masih di istana. Secepatnya kau kirim pesan pada Ayah mengenai kejadian ini," ucap Noah. Mencoba membuat Lucas diam adalah keahliannya.
Mereka lalu berjalan menuju kamar masing-masing. Di tengah jalan, langkah mereka dihentikan oleh Nath. Wajah cemas gadis itu jelas sekali. Napasnya naik turun tak beraturan musabab berlari.
Nath yang mendengar Noah dan Lucas meninggalkan pesta dan pergi mengejar penyusup. Gadis itu panik bukan main. Tergopoh-gopoh Nath meninggalakan pesta dan mendatangi kamar Noah, dilanjutkan kemudian kamar Lucas. Tanpa peduli dengan gaunnya yang panjang dan berat.
"Apa Kakak baik-baik saja?" Nath menyentuh pipi Noah. Melihat setiap inci, menelisik; memastikan tidak ada luka di wajah tampan kakanya itu.
"Apa hanya Noah, Kakakmu?" Lucas cemberut.Â
"Dasar kekanankan!" ejek Jeremy.
Noah melempar senyum. Setuju dengan kalimat yang diucap pengawal Nath itu.
"Kakak terluka?" Nath menyentuh ujung bibir Lucas. Lucas mengangguk; imut seperti anak anjing. "Tidak hanya itu, kakiku juga seperti mau patah," ucapnya.
"Makanya kalau Ayah bilang; Kakak untuk latihan, ya kakak latihan bukan bersembunyi di kamarku."
Bukannya cemas Nath justru menceramahi kakak keduanya itu. Jeremy yang mendengarnya tertawa puas. Begitu juga Noah. Sekalipun tidak tertawa seperti Jeremy, Kakak tertua dari keduanya itu tersenyum geli.
"Awas kau Jeremy!" ucap Lucas tidak suka. Tawa Jeremy sungguh terdengar seperti ejekan dan hinaan.Â