Mohon tunggu...
Umi Setyowati
Umi Setyowati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Suka membaca apa saja, sesekali menulis sekedar berbagi cerita.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Cerpen] Aku dan Ibu.

22 Desember 2024   15:18 Diperbarui: 22 Desember 2024   15:18 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi anak perempuan dewasa dan ibunya sumber gambar Pine page.

"Ini permintaan terakhir ibu, atau kamu boleh mengartikan, ini perintah terakhir ibu kepada mu, pulang lah!"pesannya yang tertulis di WA.

Aduh! bagaimana ini? Apa pula maksud ibu?

Hari itu tanggal 29 desember, beberapa hari lagi perayaan  tahun baru. Dengan sedikit rasa bingung aku berburu tiket KA. Sudah habis, bahkan untuk seminggu ke depan. Tiket pesawat, pun sama, yang klas ekonomi, tapi aku tidak berhenti berusaha, hingga akhirnya berhasil mendapat tiket pulang.

Aku video call dengan ibu, ku perlihatkan tanggal di tiket itu, ibuku senang sekali, mengucap 'alhamdulillah' diantara tetesan airmata yang diusap dengan lengan bajunya. Mellow amat sih ibu, batin ku.

Malam tahun baru, bersama teman -temanku, kami hanya berenam alias tiga pasangan saja, cuma jalan-jalan dan makan-makan, lalu pulang ke kosan menanti detik-detik pergantian tahun, menonton televisi.

Pagi hari, aku bangun tidur dan beberes rumah kontrakan seperti biasa, ada novel baru yang belum tuntas kubaca.

Ditengah keasyikan membaca, hp ku bergetar, ku lihat layar hp, dari nomor tak dikenal.Ku abaikan saja. Bergetar lagi, masih nomor yang sama, ku abaikan lagi. 

Tak lama kemudian, nomor telepon ibu yang masuk. Tumben, ibu biasanya kirim chatt dulu sebelum telpon, apakah aku bisa terima telponnya atau kalau aku sudah sempat, ibu menyuruh aku yang telpon. Begitu selalu cara ibu.

Mungkin ada yang mendesak, pikirku.

Lalu kuangkat, halloo..suara dari seberang sana --bukan suara ibuku, itu adik laki-laki ibu atau Pak Lik ku yang bicara.

"Pulanglah! ibumu---ibumu---kata-kata Pak Lek, hilang timbul, suaranya parau seakan menahan rasa kalutnya--ibumu sudah meninggal--" klik, dimatikan telponnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun