Kakek melonjak dari duduknya dan klik, mematikan ponselnya.
"Husni pasti tidak mengikuti arahan Mas Firman, dia musti tenang, bukan lepas kendali, justru memperburuk situasi!" tukas ku.Â
"Ah, laki-laki, kutukan apa yang sedang kau tanggung?" kakek kembali bersandar, pandangannya menerawang ke awan jauh.Kesedihan meluap di wajah keriputnya, padahal Husni bukankah sanak saudaranya.
Memang, berada di lingkup patriarki berarti berada dalam kultur yang didominasi laki-laki. Kata Kakek.
Oleh karena laki-laki dominan,maka tidak ada ruang baginya untuk mengungkapkan kemungkinan bahwa dirinya menjadi korban pelecehan.
Bahkan,menitipkan kesedihan pada tetesan air mata, pun tak diizinkan. Dia diwajibkan memiliki pundak yang kuat untuk menyangga beban problemnya sendiri. K a r e n a. dia laki-laki.
"Setiap pernikahan layak diselamatkan, tetapi ketika perdebatan mulai memanas, tidak ada salahnya Husni mundur dulu, tenangkan diri dan instrospeksi,"
"Makanya, Mbah Kung, tanya lagi ke Husni, dia itu minta bantuan untuk didamaikan atau dimuluskan proses perceraian nya, sih?" aku jadi ikut merasa jengkel.
"Kung, ayo kita sarapan dulu, jeda sejenak urusan Husni, aku juga butuh menikmati liburan ku," aku berdiri dan membimbing kakekku masuk ke dalam rumah.
---
Bersambung.