Ku katakan ,"jemput lah aku cepat, aku ingin melahirkan di sampingmu. Aku istrimu, ke mana kau pergi, aku ikut."
Dua hari kemudian suamiku datang.
Aku bersikap sewajarnya seorang istri.Semua amarah, kecewa dan seabrek sakit hati ku, kusimpan dulu sementara. Kesehatan kandungan ku lebih utama.
Berangkat lah kami ke Lampung. Perjalanan panjang dari ujung timur Pulau Jawa menuju Lampung , seperti hiburan sesaat. Pengalaman baru menyeberang ke Pulau Sumatera ku nikmati sebagai bulan madu.
Sehari semalam tanpa henti, bersyukur telah kami lalui dengan selamat dan sehat sampai tujuan.
Aku dibawa ke rumah 'Uwak' suami ku menyebutnya. 'Pak Dhe' kata orang Jawa.
 Di sebuah desa, di Lampung Utara.Aku berusaha beradaptasi dengan  adat istiadat daerah setempat yang pastinya berbeda dengan adat Jawa.Sediki banyak suamiku sudah bercerita.Bukan hal yang sulit.
Tibalah saat melahirkan. Alhamdulillah anak ku laki-laki lahir dengan selamat dan sempurna. Meskipun ada sedikit kendala, mengingat yang menolong persalinan hanya seorang dukun bayi. Bu Bidan baru datang kemudian, merawat ku pasca melahirkan.
Hari-hari berjalan penuh tantangan namun juga kebahagiaan. Merawat bayi, menyusui dan melihat tumbuh kembangnya setiap hari, ada perasaan yang entah bagaimana, sulit di gambarkan. Hatiku bergejolak antara mempertahankan anak ini bersamaku atau akan ku tinggalkan?
Ketika usia bayi ku 40 hari, seperti di Jawa, di sini pun dilaksanakan upacara potong rambut, memberi nama, dalam selamatan kecil-kecilan. Dihadiri oleh kerabat dan tetangga di sekitar rumah kami tinggal.
Setelah mereka semua tamu pulang, keesokan paginya, tiba saatnya harus bicara dengan suamiku. Aku sudah cukup menahan diri.