Keputusan menikah dengan Hendar,Jujur saja, bukan karena aku cinta banget, tapi aku merasa sudah lelah. Sudah saatnya serius. Rasa suka seiring waktu bisa menjadi cinta bila dilandasi niat tulus.
 Hendar tulus menerima ku apa adanya. Tidak masalah betapa kelam masa laluku." mari kita buka lembaran baru, singkirkan sejenak masa lalu." katanya tanpa ragu.
Satu bulan kemudian aku hamil. Dan bulan berikutnya suami ku pulang ke Lampung. Ada saudaranya yang mengajak bisnis kayu . Dia berjanji akan pulang kalau nanti acara tingkepan alias nujuh bulan kehamilanku yang pertama.Itu memang ritual adat Jawa.
Namun sampai hari H tidak ada kabar berita. Padahal acara itu tidak bisa dituda. Jadilah acara berlangsung tanpa kehadiran nya.
Sedih?Â
Banget! Tapi mau bagaimana lagi.
Pada hari berikutnya, aku bermaksud menemui rekan kerjanya. Tapi hanya bertemu istrinya. Ku perkenalkan diriku.
"Ooh..sampen istrinya Hendar yang kedua?"jawabnya spontan.
Haaa..? Setengah bingung dan bengong, ku 'iya' kan saja. Aku tak ingin berlama-lama. Menahan jantung ku yang seakan mau melompat. Mataku pun terasa mengembun.Aku cepat pamit setelah mendapatkan no telepon.
Sampai di rumah, untungnya ibuku belum pulang dari mengajar. Sehingga tak sempat melihat mataku yang sembab.
Aku segera memutar angka-angka di telpon rumah. Ponsel masih menjadi barang mewah bagi kami.