"Coba pikir, seandainya kita menikah, lalu kau membawaku dan Juniar. Kami lalu berganti peran, aku menjadi ibunya, kau menjadi ayahnya, dan Niar memanggil Om kepada adikku, apa gak bingung tuh anak?" geli dan sedih aku membayangkan bagaimana jadinya.
"Konyol sekali, keegoisan orang dewasa, akan berdampak pada jiwa anak yang sedang berkembang," lanjut ku.
Sekarang Zuna terdiam. Berupaya mencerna kata-kata ku.
"Oke, aku paham, asalkan bukan karena sudah ada orang lain."ujarnya pasrah.
"Tidak!" sergahku jujur.
"Ini menyangkut Juniar semata. Biarkan keadaan tetap seperti ini!" tukasku.
"Lalu, apa yang boleh kulakukan? aku ingin tetap menjadi bagian diantara kalian." bagaimana ya sebaiknya?
"Ijinkan aku, please!" gamang juga perasaan ku, melihat Zuna seperti ini.Â
"Kupikir, kau boleh menjadi donatur tetap di Panti Asuhan yang kami kelola." tiba-tiba ide itu muncul begitu saja di kepala ku. Mungkin inilah jalan tengahnya.
" Semoga itu akan menjadi amal jariyah mu. Mari menabung amal baik sebanyak yang kita mampu. Berharap dosa-dosa melebur, berkah dari rasa peduli pada mereka yang membutuhkan bantuan."kataku kemudian.
---