*
Anisa menunggu kedatangan suaminya di rumah. Dia akan memberitahu perihal hasil screeningnya yang ternyata positif.Â
"Kira-kira darimana datangnya ya, Yu. Selama ini aku merasa tidak pernah neko-neko. Sakit pun, hanya batuk pilek, demam biasa."Â
"Apa ada riwayat keluarga?" tanya Ayu. Setelah menumpahkan air mata dalam pelukan Ayu, Anisa bisa kembali berpikir jernih.
"Seingatku, dulu kakak pernah sakit agak parah. Aku curiga liver, sih. Sekarang sudah sembuh. Tapi itu kan sudah bertahun-tahun yang lalu. Kok, bisa positif nya sekarang? Lagi pula, aku jarang ketemu. Masak salaman doang, bisa tertular?" Ayu terdiam, ikut berpikir.
"Ini Hepatitis B, Ayu. Penularannya lewat cairan tubuh, bisa darah, cairan sperma, cairan vagina." Anisa memijat keningnya frustasi.Â
"Dan lagi, Mas Bayu, suamiku, rutin donor. Bagaimana mungkin, kalau aku positif, Mas Bayu enggak. Kalau positif, mana mungkin darahnya bisa digunakan."
"Jangan lupa, virus Hepatitis ini amat kuat. Virus yang menempel pada alat makan, bisa saja jadi sumber penularan." Ayu memberi alternatif pemikiran lain.
"Maksudmu, virus itu tidak mati meskipun alat makan kita sudah dicuci bersih?" tanya Anisa, Ayu mengangguk.
Bayu sudah selesai mandi dan berganti pakaian, saat Anisa mengajaknya duduk di ruang keluarga. Secangkir teh hangat dan pisang goreng hangat tersaji di meja. Kenzo, anak semata wayang mereka sedang mengerjakan pekerjaan rumahnya.
"Jadi, kalau aku positif, kemungkinan besar Mas Bayu juga positif. Mas Bayu harus diperiksa juga, untuk memastikannya." Keduanya terdiam.Â