"Non, bi Ijah bawa makanan kesukaan non," ucap bi Ijah sambil memberikan makanan itu pada Rara.
"Aku tidak mau menerima itu, bi Ijah pergi aja sana!" bentak Rara.
Bi Ijah pulang dengan sedih karena Rara tidak mau menerima makanan pemberiannya. Namun, bi Ijah tetap berusaha untuk kedua kalinya.
Beberapa hari kemudian, bi Ijah menjenguk Rara untuk kedua kalinya dengan membawa makanan kesukaannya lagi. Bi Ijah meminta izin kepada polisi untuk menemui Rara. Rara pun dibawa polisi ke ruang jenguk.
"Non Rara ini makanan kesukaan non, tolong diterima dan dimakan," ucap bi Ijah dengan sedih. Rara pun mau menerima makanan tersebut dan mengucapkan terima kasih. Rara meminta maaf pada bi Ijah.
"Bi Ijah ... Terima kasih banyak sudah setia menemani Rara selama ini, padahal Rara sering membantah dan membentak bi Ijah tetapi tetap mau merawatku," kata Rara dengan raut wajah sedih.
"Jangan tinggalin Rara seperti papa dan mama ya bi," lanjut Rara sambil menangis.
"Bi Ijah tidak akan meninggalkan karena bi Ijah sangat sayang pada non Rara," jawab bi Ijah sambil memeluk Rara.
Beberapa menit kemudian, bi Ijah pun berpamitan pulang karena waktu jenguk sudah habis. Rara pun kembali masuk ruang tahanan.
Tiga bulan kemudian, bi Ijah mendapat kabar bahwa Rara sudah bebas dari penjara. Bi Ijah segera menjemput Rara. Sesampainya di depan gerbang kantor polisi, Rara berjanji untuk tidak mengulanginya lagi dan langsung memeluk bi Ijah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H