Mohon tunggu...
Umi Alfiatul Arfik
Umi Alfiatul Arfik Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa IAIN Kediri

Mahasiswa Ekonomi Syariah semester 3 IAIN Kediri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen - Broken Home

26 Juli 2024   17:19 Diperbarui: 28 Agustus 2024   15:40 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Broken home (Akibat Perceraian Orang Tua)

Di sebuah desa hiduplah seorang gadis remaja yang cantik dan baik hati. Dia bernama Rara. Dia tinggal bersama pembantunya yang biasa dipanggil "bi Ijah". Rara mengalami pergaulan bebas yang dikarenakan orang tuanya bertengkar dan melakukan perceraian. Semenjak itu Rara mempunyai pemikiran bahwa "aku harus bahagia" dengan caraku sendiri karena dia merasa sudah tidak ada yang peduli padanya. Lalu pada suatu hari Rara benar-benar bolos dari sekolah tanpa sepengetahuan pembantunya. Dia pulang ke rumah larut malam dan masih mengenakan seragam. Pembantunya itu bertanya "Dari mana kamu kok sampai malam?" Rara pun tidak pernah menjawab dan langsung pergi menuju kamar.

Keesokan harinya, bi Ijah sudah menyiapkan sarapan di meja untuk Rara. Namun, Rara tidak mau makan dan langsung pamit pergi ke sekolah. Beberapa jam kemudian, surat panggilan dari sekolah pun datang dan diterima oleh bi Ijah. Karena Rara sudah tidak tinggal dengan orang tuanya maka surat panggilan tersebut didatangi oleh bi Ijah. Ketika sampai di sekolahan, bi Ijah langsung mencari dan menemui wali kelas Rara. Mereka melakukan perbincangan. 

"Mengapa akhir-akhir ini Rara tidak masuk sekolah bu?" tanya wali kelas Rara.

"Apaaa? Non Rara tidak masuk sekolah? Padahal setiap pagi dia meminta izin kepada saya untuk sekolah," sahut bi Ijah dengan kaget.

"Sebenarnya apa yang terjadi pada anak itu?" lanjut wali kelas Rara.

Dua bulan yang lalu orang tua non Rara bercerai. Orang tuanya tidak ada kabar dan tidak pernah menjenguk Rara. Hal itu yang membuat non Rara sangat terpukul dan sedih. Sekarang non Rara juga sering berangkat pagi tetapi selalu pulang hingga larut malam.

Wali kelasnya pun kaget mendengar cerita itu semua. Setelah selesai  bercerita, bi Ijah pun kembali pulang ke rumah.

Jam dinding sudah menunjukkan pukul 10.00 malam. Ini adalah hari kelima Rara pulang terlambat. Bi Ijah menunggu Rara pulang sambil menyiapkan makanan kesukaannya. Tidak lama kemudian Rara datang ketika bi Ijah yang terlalu lama menunggu sudah tertidur pulas di sofa.

Keesokan harinya, bi Ijah membangunkan Rara. "Non bangun! sudah pagi waktunya sekolah," ucap bi Ijah. Walaupun Rara membantah, bi Ijah tetap berusaha membangunkannya. Akhirnya ucapan bi Ijah yang keempat kali membuat Rara bangun dan bergegas mandi.

Beberapa menit kemudian, Rara keluar dari kamar dengan pakaian yang mini dan ketat. Rara berjalan dengan terburu-buru.

"Non, mau kemana? Kenapa tidak memakai seragam?" tanya bi Ijah.

"Ini bukan urusan bi Ijah!" bantah Rara.

"Entah apa yang membuat Rara berubah. Dia sekarang menjadi gadis yang tidak sopan dan sering membantah," ucap bi Ijah dalam hati.

Siang itu, teman-teman Rara di sekolah datang untuk menanyakan keadaan Rara.

Ting tong...Permisi... "Silakan masuk non, teman-teman non Rara ya?" ucap bi Ijah pada teman-teman Rara.

"Iya bi, Raranya ada?" tanya teman Rara.

"Non Rara pergi tadi pagi" jawab bi Ijah.

"Pergi? Pergi kemana bi? Kenapa dia tidak sekolah?" sahut teman Rara dengan penasaran.

"Bibi juga tidak tahu non, akhir-akhir ini non Rara jadi berubah, dia jarang di rumah," jawab bi Ijah.

Teman-teman Rara cemas dan bingung "apa yang terjadi pada Rara. Tidak biasanya dia seperti itu."

Rara kini tengah bersama teman-teman barunya. Mereka mengajak Rara untuk pergi ke diskotik. Sesampainya di lokasi Rara ikut meminum-minuman keras dan mabuk-mabukan hingga malam. Rara benar-benar berubah. Rara sama sekali tidak memikirkan resiko dari yang dilakukannya. Dia melakukan hal itu karena merasa tidak ada yang peduli padanya. Dia tidak memikirkan bahwa masih ada bi Ijah dan teman-teman sekolahnya yang sayang padanya.

Malam hari pun tiba. Waktu menunjukkan pukul 11.00 malam. Rara sampai di rumah dalam keadaan mabuk dengan diantarkan seorang lelaki. Bi Ijah sangat kaget melihat keadaan Rara. Lelaki itu ingin sekali membawa Rara ke dalam kamar. Namun, bi Ijah tidak mengizinkannya.

Keesokannya, Rara pergi malam hari tanpa pamit. Rara pergi menemui laki-laki yang semalam mengantarkannya pulang. Mereka pergi bersama untuk bertemu teman-teman barunya di tempat kemarin. Di tempat itu teman-teman baru Rara membawa tas berisi narkoba. Rara terpengaruh teman-teman barunya. Rara pun ikut mereka menghabiskan malamnya dengan berpesta narkoba.

Jam menunjukkan pukul 01.00 pagi. Bi Ijah terbangun dari tidur pulasnya. Rara pun baru pulang ke rumah.

"Non dari mana aja kok sampai jam segini?" tanya bi Ijah dengan bingung.

"Ini bukan urusan bi Ijah jadi bi Ijah jangan ikut campur," bentak Rara sambil pergi  ke kamar.

Malamnya, Rara kembali pergi ke tempat dia melakukan kebiasaan buruk dengan teman-teman barunya. Saat ini Rara pulang lebih awal. Rara pulang diantarkan oleh lelaki yang pernah mengantarkannya ke rumah.

Saat Rara masuk ke dalam rumah, Rara langsung pergi menuju kamar mandi dan Rara muntah beberapa kali. "Non, ada apa kok muntah-muntah?" tanya bi Ijah dengan bingung. Namun, Rara tidak menjawabnya dan langsung pergi ke kamar.

Beberapa hari kemudian, saat Rara dan teman-temannya berpesta di diskotik terjadi penggrebekan oleh polisi. Rara menjadi tersangka dalam kasus penyalahgunaan narkoba. Rara dan teman-temannya dibawa ke kantor polisi.  Rara sempat melarikan diri. Namun, pihak kepolisian berhasil menangkapnya.

Kemudian, pihak kepolisian menghubungi keluarga Rara dan bi Ijah telah mengangkat telepon tersebut. Telepon tersebut mengabarkan jika Rara menjadi tersangka dalam kasus penyalahgunaan narkoba. Bi Ijah pun kaget mendengar berita tersebut. Karena kasus itu Rara ditahan di penjara.

Setelah mendengar kabar itu  bi Ijah pergi mencari orang tua Rara. Dari pagi hingga malam, bi Ijah belum menemukan orang tuanya. Bi Ijah juga sudah berusaha menelepon orang tua Rara, tetapi tidak ada yang tersambung.

Keesokan harinya, bi Ijah datang ke penjara tempat Rara ditahan. Bi Ijah datang dengan membawa makanan kesukaan Rara.

"Non, bi Ijah bawa makanan kesukaan non," ucap bi Ijah sambil memberikan makanan itu pada Rara.

"Aku tidak mau menerima itu, bi Ijah pergi aja sana!" bentak Rara.

Bi Ijah pulang dengan sedih karena Rara tidak mau menerima makanan pemberiannya. Namun, bi Ijah tetap berusaha untuk kedua kalinya.

Beberapa hari kemudian, bi Ijah menjenguk Rara untuk kedua kalinya dengan membawa makanan kesukaannya lagi. Bi Ijah meminta izin kepada polisi untuk menemui Rara. Rara pun dibawa polisi ke ruang jenguk.

"Non Rara ini makanan kesukaan non, tolong diterima dan dimakan," ucap bi Ijah dengan sedih. Rara pun mau menerima makanan tersebut dan mengucapkan terima kasih. Rara meminta maaf pada bi Ijah.

"Bi Ijah ... Terima kasih banyak sudah setia menemani Rara selama ini, padahal Rara sering membantah dan membentak bi Ijah tetapi tetap mau merawatku," kata Rara dengan raut wajah sedih.

"Jangan tinggalin Rara seperti papa dan mama ya bi," lanjut Rara sambil menangis.

"Bi Ijah tidak akan meninggalkan karena bi Ijah sangat sayang pada non Rara," jawab bi Ijah sambil memeluk Rara.

Beberapa menit kemudian, bi Ijah pun berpamitan pulang karena waktu jenguk sudah habis. Rara pun kembali masuk ruang tahanan.

Tiga bulan kemudian, bi Ijah mendapat kabar bahwa Rara sudah bebas dari penjara. Bi Ijah segera menjemput Rara. Sesampainya di depan gerbang kantor polisi, Rara berjanji untuk tidak mengulanginya lagi dan langsung memeluk bi Ijah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun