Kepercayaan seorang sahabat adalah fondasi utama dalam menjalani hubungan interpersonal. Kondisi ini di bangun karena adanya kecocokan satu sama lain. Tidak ada yang berbeda dari persahabatan antara Larisa, Caca, Miya Dan Rena. Sebelumnya mereka adalah partner kerja di sebuah perusahaan properti besar di Ibu Kota. Namun kini Rena memilih pindah ke perusahaan advertising. Larisa, Caca dan Miya tetap memilih bertahan di perusahaan yang sudah 10 tahun mereka bekerja.
Kepergian Rena bukan tanpa alasan. Rena memiliki banyak sekali hutang yang berdampak pihak penagih datang ke kantor hingga membuat Rena malu dan menjadi bahan gunjingan semua rekan kerjanya. Rena memeluk erat Larisa saat hari terakhir ia berada di kantor yang sama. Diluar dari perpisahan tersebut mereka masih menjalin hubungan yang hangat diluar jam kerja. Â
Akhir pekan menjadi jadwal rutin pertemuan mereka. Salon, mall dan cafe adalah destinasi mereka untuk sekedar melepas penat dan bercanda tawa riang.
"Sumpah Risa, ketemu kamu itu semangat ku langsung naik lagi loh. Gimana kantor itu yang isinya dewan penggunjing semua?" tanya Rena sambil tertawa.
"Mereka udah ndak ngomongin kamu lagi kok na. Sudah ndak baik kelamaan dendamnya na." jawab Larisa
"Oh Jadi sekarang sahabat ku sedang membela musuhku. Kamu gak inget apa yang mereka lakukan padaku? Mereka menghinaku loh Risa. Tega bener kamu sama aku" Nada bicara Rena mulai meninggi.
"Sudah sudah iya aku minta maaf Na,maksudku itu biar kamu ndak usah mikirin lagi lupain aja. Kan kita ketemu mau rehat dari cerita kerjaan kan?" Balas Larisa pada Rena
"Ah Sudahlah aku hilang mood kumpul kaya gini. Aku duluan!" Rena mengakhiri pertemuan tersebut dengan nada kesal sambil bangkit dari tempat duduknya mengambil tas lalu kemudian pergi.
Mungkin ada dampak stress berat yang dialami Rena akibat gunjingan serta cibiran dari rekan kerja yang lainnya. Larisa mungkin salah bicara mengingatkan Rena yang sudah terlajur sakit hati. Beberapa diantara rekan kerja nya terdahulu tidak menyukai sifat dan karater Rena yang dikenal terlalu sombong dan angkuh. Rena suka memamerkan kekayaan yang dimilikinya. Berbeda dengan Larisa yang terbiasa hidup apa adanya. Namun mereka merasa sangat cocok. Rena banyak mengajarkan fashion pada Larisa. Sebenarnya Miya dan Caca sudah mulai menjaga jarak dengan Rena karena merasa adanya perbedaan gaya hidup antara Miya dan Caca dengan Rena.
Episode 2
Sejak pertemuan terakhir itu, Larisa dan Rena tidak pernah bertemu.
"Mungkin Rena masih marah ya sama aku" Larisa gamang dalam hatinya.
Padahal Larisa sedang membutuhkan tempat untuk bercerita. Larisa sedang di pusingkan oleh isu bahwa akan ada pengurangan karyawan besar besaran. PHK saat pandemi seperti ini merupakan momok menakutkan untuk seluruh karyawan. Yang lebih menakutkan adalah saat jika dicari cari kesalahan oleh tim audit internal dan dibuat tidak nyaman dari pekerjaannya. Setelah Rena pergi tak adalagi penyemangat bagi Larisa untuk bertahan.
"ah ya Tuhan aku mau resign aja aku ndak kuat!" itu yang dipikirkan Larisa saat ini.
"Kenapa sih Risa? Galau amat kamu!" Sapa Miya
"ah ndak apa apa Miya. Ngomong-ngomong aku sebenernya lagi stress berat. Aku kok kaya lagi di teken abis abisan ya sama Pak Bayu sama Bu Dela" Ucap Larisa pada Miya
"iya aku perhatiin kok Risa,ini mungkin karna efek pandemi ya Risa. Siapa saja dalam kondisi tidak nyaman." Tanya Miya
"Iya Miya,jadi apa saja yang aku kerjakan selalu minta revisi salah juga ndak. Terus aku sudah sampai di rumah suruh balik lagi ke kantor. Kaya itu kerjaan ndak bisa aku kerjakan besoknya saat di kantor. Aku mulai ndak enak hawanya! Dateng paling pagi pulang paling malem" Keluh Larisa
"Duk" suara gelas saat diletakan diatas meja
"Aku tidak diajak nih hehehe,aku udah denger kok kalian ngomong apa. Nanti  ku adukan sama Bu Dela loh" Caca membuat terkejut
"ih apasih kamu tuh,kamu juga mengeluh aja kok soal kantor! Ku adukan balik baru rasa!" balas Miya
"ish tidak bisa bercanda ya!"Ucap Caca meledek. Mereka tertawa bertiga di pantry.
"Apa aku resign aja ya ? Cari kerjaan lain yang lebih baik suasana disini sudah mulai ndak senyaman dulu" keluh Larisa
"Eh,Jangan! Orang lain aja lagi pada kesusahan cari kerja Risa masa mau resign. Sabar aja dulu toh kita kan banyakan WFH* nya ketimbang kerja di kantor. Jangan punya pikiran macem-macem Risa" Tegas Miya
"iya Risa,beban mu besar loh kamu kan tulang punggung keluarga. Masih ada Ibu dan adik mu Setyo juga belum selesai kuliah. Pikirkan mateng-mateng." Sambung Caca
Malam setelah pulang kantor Larisa memutuskan untuk menghubungi Rena. Larisa berpikir mungkin Rena punya pandangan lain yang akan menguatkan alasannya. Larisa memulai dengan menghubungi Rena melalui pesan singkat.
Episode 3
"Ren,apa kabar? Maafin aku ya kalau ucapanku menyinggung mu beberapa hari lalu. Aku Ndak ada niat untuk merendahkanmu." Tulis Larisa
Setelah 2 menit Rena menjawab "Hai Larisa,ok. Mungkin aku juga lagi mau datang bulan makanya sensitive."
Dan tak lama Rena pun melakukan panggilan video. Larisa pun menjawab.
"Hai Risa,kamu pasti lagi galau ya makanya nanya kabarku" Sapa Rena
"Sedikit sih "Larisa tertawa tipis
"Kenapa?" Tanya Rena
Larisa bercerita semua keresahannya. Rena mendengarkan sambil sesekali diisi dengan candaan untuk mengurangi kekakuan diantara mereka.
"Ya udahlah resign aja. Kerjamu bagus tapi minus penghargaan buat apa? Ikut aku sini. Kerja santai dan seru. Aku rekomendasiin kamu langsung ke atasan ku. Jabatan mu bisa lebih tinggi lagi disini. Gaji mu juga pasti naik" Rena menawarkan pendapat yang berbeda.
Tawaran Rena membuat Larisa berpikir untuk mengambil posisi disana. Ya tempat kerja dengan gaji dan lingkungan yang baik yang Larisa butuhkan saat ini. Namun sebelumnya ia akan bercerita dengan Miya dan Caca keesokan harinya.
"Ca,Miya,Sepertinya aku jadi resign deh. Aku udah kasih surat lamaran kerja ku ke Rena. Dia nawarin aku kerja di kantornya sekarang. Gajinya dan jabatannya juga naik." Ucap Larisa
Caca dan Miya saling bertatap.
"Gini Risa,kamu udah denger cerita Wisnu belum?" Tanya Miya
"Belum" Jawab Larisa dengan cepat
"Ini kamu jangan cerita lagi ya sama Rena. Aku cerita ini karena aku tidak mau bikin kamu susah dengan resign dari kantor ini. Masalah atasan kita itu mestinya jangan terlalu menjadi beban buatmu. Mereka begitu karna kondisi kita dan divisi kita memang sedang dalam tekanan manajemen." Ucap Caca serius
"Wisnu pernah coba minta carikan pekerjaan baru sama Rena. Dia hubungi Rena dan ditawarkan pasti masuk ke perusahaan tempat Rena bekerja. Di iming-imingi sama seperti mu. Bahkan sampai Wisnu izin bolos rapat untuk bisa datang ke Psikotes. Kebetulan ternyata kakaknya Wisnu punya temen yang bekerja di sana. Dan kebetulannya lagi ternyata adalah atasan langsung dari Rena. Itu Wisnu ketahui justru setelah dapet info bahwa Wisnu belum bisa diterima bekerja disana." Sambung Caca
"Iya bener,parahnya lagi. Itu semua sabotase Risa. Sebenernya tidak ada masalah Wisnu seharusnya lolos tapi Rena mempengaruhi atasannya tersebut untuk tidak menerima Wisnu. Saat di tanya alasannya apa katanya "Kerja Wisnu tidak baik dan bermuka dua" gitu Risa." Selah Miya
Larisa kembali berpikir keras. Masa iya sih Rena mau berbuat itu juga padaku? Ah rasanya ndak mungkin. Wisnu kan bukan sahabatnya sedangkan aku selalu support Rena apapun kondisinya. Tidak aku tidak meragukan Rena. Saat sedang berpikir kemudian muncul pesan dari Rena.
"Risa,Gimana kamu udah ajukan surat pengunduran diri belum. Ini Surat lamaran kerja mu belum ku serahkan ke bagian Personalia. Kalau kamu sudah serahkan surat pengunduran dirimu baru aku serahkan" Tulis Rena
"Iya Rena,rencana ku besok akan aku serahkan surat pengunduran diriku" jawab Larisa.
Tanpa berpikir panjang kembali Larisa  menyerahkan surat pengunduran dirinya tersebut ke atasannya. Ia tidak menghiraukan cerita Caca dan Miya. Ia berpikir Rena tidak akan berbuat buruk padanya. Ia mempercayai Rena. Larisa tampak mantap melangkah. Dengan tatapan nanar Miya dan Caca menggenggam tangan Larisa. Merasa khawatir apa yang di putuskan oleh Larisa adalah kesalahan fatal mengingat Larisa adalah tulang punggung keluarganya semenjak ayahnya tiada.
Seminggu berselang surat pengunduran diri Larisa, Rena seakan menghilang tanpa kabar. Larisa mencoba menghubungi namun selalu tak ada respon. Saat ini Larisa mulai cemas. Dan mulai berpikir "Apakah tindakannya benar? Mana mungkin Rena tega padaku? Ya Tuhan."
Larisa pun menjumpai Wisnu untuk memastikan kebenaran cerita itu. Ternyata apa yang di bicarakan dua orang temannya itu benar. Sampai Wisnu mengeluarkan ucapan yang membuat hati Larisa bersedih.
"Kalau menurut saya mba Larisa,mba Rena itu masih belum kelar sakit hatinya sama orang-orang di kantor ini. Karena yang aku denger dari temen nya kakak saya mba Rena tidak mau ada bekas karyawannya perusahaan kita yang masuk kesana. Mulutnya manis kalau di depan Personalia mba. Jadi intinya jangan terlalu percaya sama dia mba sekalipun deket sama mba. Saya sih bukan siapa siapa,tapi saya yakin penilaian saya benar." Jelas Wisnu pada Larisa
Saat ini Larisa merasakan kesedihan yang mendalam. Bagaimana tidak disisi lain Ia memiliki tanggung jawab yang besar untuk menafkahi keluarganya dan ia pun sudah terlanjur memberikan surat pengunduran diri ke kantornya. Perjuangan Larisa 10 tahun dikantor tersebut demi membahagiakan Ibu dan adiknya seakan sia-sia. Larisa menghubungi Setyo adiknya.
"Yo, Maafin mbak ya yo" Sambil menahan tangis dengan penuh lirih. Namun tangisnya tiba-tiba pecah. Lalu Larisa pun menceritakan semua kejadian yang ia alami.
"Udah mba,mba sudah cukup membahagiakan Tyo dan Ibu. Sekarang saat nya Tyo yang jaga Ibu dan Mba Larisa. Mba kan masih bisa cari pekerjaan yang lain kalau mba mau dan Tyo sudah semester akhir juga mba. Tyo sudah punya pekerjaan part time kok. Lumayan buat nambah biaya kuliah sama skripsi." Jawaban Setyo menenangkan hati Larisa.
Larisa tetap berusaha menghubungi Rena. Ia hanya ingin tahu kenapa melakukan hal itu padanya? Padahal Larisa sangat percaya pada Rena. Larisa merasa malu pada kedua temannya yang lain Miya dan Caca.
"Nasi sudah jadi bubur Risa. Begini teman yang baik itu tidak akan menjerumuskan temannya. Jadi kamu sudah mesti tau ya Risa membedakan mana yang beneran temen mu mana yang cuma mau memanfaatkan mu." Ucap Caca
Larisa makin menangis dalam kesedihan dan kekecewaannya. Sungguh ini pelajaran berharga baginya. Beruntungnya Larisa memiliki tabungan dan jaminan sosial asuransi pekerjaannya. Untuk waktu yang singkat masih bisa menjadi harapan. Sampai ia menemukan pekerjaan baru. Namun rasa kecewa dan sedih akibat di khianati itu seperti penyakit yang sulit di obati.
"Ya udah nangis aja biar kamu lega. Terus terang secara pribadi aku mulai menjauhi Rena bukan karena ia sedang terlilit masalah Risa. Tapi karena di depan aku sama Caca dia masih membicarakan mu dan berkomentar negatif tentang mu. Aku belum mau cerita sama kamu karena aku pikir dia tidak akan bertindak sejauh ini padamu." ucap Miya
"Sahabat itu bukan yang selalu ada untukmu. Namun saat kamu butuh ia ada. Tidak apa Larisa. Ayo! Semangat lagi. Aku bantu kamu mencarikan pekerjaan baru ya." Ucap Caca menyemangati.
Larisa tidak menyangka bahwa yang ia anggap teman biasa begitu menyemangati ia. Sementara Rena, ia pergi entah kemana. Larisa enggan mengemis pekerjaan dengan mendatangi kantor atau rumah Rena. Teman dan keluarganya menasihati agar merelakan itu semua.
Sedekat apapun kita dengan seseorang. Tidak ada yang bisa menjanjikan. Jangan patahkan hati kita sendiri dengan banyak ucapan manis manusia lain. Percaya pada diri sendiri adalah hal yang utama.
Bekasi 2 Desember 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H