Dalam klasifikasi taksonomi pada aspek kognitif belum mengemukakan enam tingkatan yang meliputi:
1.Pengetahuan
2.Pemahaman
3.Penerapan
4.Analisis
5.Sintesis, dan
6.Evaluasi
melalui pakar pendidikan yang terjadi dari piter W. Airasian Kathleen A. Cruikshank, Richard E. Mayer, Paur E. Pitrich, James Raths, dan Merlin C. Wittrock dengan editor Orin W. Andesen dan David R. Krathwolh dalani buku yang berjudul A taksonomy for learning, teaching and Assesing yang diterbitkan pada tahun 2001 mengadakan revisi aspek kemampuan kognitif tersebut dengan menilai dua dimensi, yakni (1) dimensi pengetahuan dan (2) dimensi proses kognitif.
Dalam dimensi pengetahuan didalamnya memuat objek ilmu yang disusun dari (1) pengetahuan fakta, (2) pengetahuan konsep. (3) pengetahuan prosedural, dan (4) pengetahuan metakognitif, sedangkan dalam dimensi proses kognitif didalamnya memuat enam tingkatan yang meliputi (1) mengingat, (2) mengerti, (3) menerapkan, (4) menganalisis, (5) mengevaluasi, dan (6) menciptakan.
2.Aliran Humanistic Honey dan Muford
Pandangan Honey dan Mumford terhadap Belajar humanisme. Honey dan Mumford menggolong- golongkan orang yang belajar ke dalam empat macam atau golongan, yaitu kelompok aktivis, golongan reflector, kelompok teoritis dan golongan pragmatis. Masing-masing kelompok memiliki karakteristik yang berbeda dengan kelompok lainnya. Karakteristik yang dimaksud adalah:
a.Kelompok aktivis
Orang-orang yang termasuk kedalam kelompok aktivis adalah mereka yang senang melibatkan diri dan berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh pengalaman-pengalaman baru. Orang-orang tipe ini mudah diajak berdialog, memiliki pemikiran terbuka, menghargai pendapat orang lain, dan mudah percaya pada orang lain. Namun dalam melakukan suatu tindakan sering kali kurang pertimbangan secara matang, dan lebih banyak didorong oleh kesenangannya untuk melibatkan diri. Dalam kegiatan belajar, orang-orang demikian senang padahal-hal yang sifatnya baru, seperti pemikiran baru, pengalaman baru, dan sebagainya, sehingga metode yang cocok adalah problem solving, brain storming. Namun mereka akan cepat bosan dengan kegiatan-kegiatan yang implementasinya memakan waktu lama.
b.Kelompok reflektor,
Mereka yang termasuk dalam kelompok reflector mempunyai kecendrungan yang berlawanan dengan mereka yang termasuk aktivis. Dalam melakukan suatu tindakan, orang-orang tipe reflector sangat berhati-hati dan penuh pertimbangan. Pertimbangan- pertimbangan baik buruk dan untung rugi, selalu diperhitungkan dengan cermat dalam memutuskan sesuatu. Orang-orang demikian tidak mudah dipengaruhi, sehingga mereka cenderung bersifat konservatif.
c.Kelompok teoris
Lain halnya dengan orang- orang tipe teoris, mereka memiliki kecendrungan yang sangat kritis, suka menganalisis, selalu berpikir rasional dengan menggunakan penalarannya. Segala sesuatu sering dikembalikan kepada teori dan konsep-konsep atau hukum-hukum. Mereka tidak menyukai pendapat atau penilaian Yang sifatnya subjektif. Dalam melakukan atau memutuskan sesuatu, kelompok teoris penuh dengan pertimbangan, sangat skeptic dan tidak menyukai hal-hal yang bersifat spekulatif. Mereka tampak lebih tegas dan mempunyai pendirian yang kuat, sehingga tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain.
d.Kelompok pragmatis
Berbeda dengan orang-orang tipe pragmatis, mereka memiliki sifat- sifat yang praktis, tidak suka berpanjang lebar dengan teori-teori, konsep-konsep, dalil-dalil, dan sebagainya. Bagi mereka yang penting adalah aspek-aspek praktis, sesuatu yang nyata dan dapat dilaksanakan. Sesuatu hanya bermanfaat jka dapat dipraktekkan. Teori, konsep, dalil, memang penting, tetapi jika itu semua tidak dapat dipraktekkan maka teori, konsep, dalil, dan lain-lain itu tidak ada gunanya. Bagi mereka, sesuatu adalah baik dan berguna jika dapat dipraktekkan dan bermanfaat bagi kehidupan manusia.
3.Aliran Humanistic Hubermas
Pada perspektif yang lain, seperti dalam pandangan Habermas, belajar sangat dipengaruhi oleh interaksi, baik dengan lingkungan maupun dengan sesama manusia. Habermas membagi tiga macam tipe belajar yaitu:
1.Technical Learning (belajar teknis) : siswa belajar berinteraksi dengan alam sekelilingnya, mereka berusaha menguasai dan mengelola alam dengan mempelajari keterampilan dan pengetahuan yang diutuhkan untuk itu.
2.Practical Learning (belajar praktis) : pada tahap ini siswa berinteraksi dengan orang-orang disekelilingnya. Pemahaman siswa terhadap alam tidak berhenti sebagai suatu pemahaman yang kering dan terlepas kaitannya dengan manusia, pemahaman justru relevan jika berkaitan dengan kepentingan manusia.
3.Emancipatory Learning (belajar emansipatoris) : siswa berusaha mencapai pemahaman dan kesadaran yang sebaik mungkin tentang perubahan kultural dari suatu lingkungan.
Pemahaman ini dianggap sebagai tahap belajar yang paling tinggi, karena dianggap sebagai tujuan pendidikan yang paling tinggi.