seperti berimajinasi bahwa waktu mengitari angka dalam kalender yang fana. Larik tersebut
memiliki unsur citraan penglihatan yang menggambarkan sesuatu yang indah atau kenangan
romantis seseorang di masa lampau. Kemudian juga menggambarkan bahwa seseorang yang pernah ada dulu di masa lampau akan tetap abadi mengikuti poros bumi.
3. Tema. Tema puisi ini yaitu waktu, dimana manusia seringkali melupakan kodrat dirinya dan seringkali membuang waktunya untuk hal-hal yang tidak bermanfaat dan demi kesenangan yang fana, ketika waktu mulai menunjukkan betapa abadi dan kekalnya mereka terhadap manusia, yaitu ketika manusia telah sampai di ujung hidupnya, mereka baru sadar betapa sombongnya mereka dan bagaimana mereka menghabiskan hidupnya untuk hal-hal yang sia-sia dan tidak bermanfaat bagi dirinya dan bagi orang lain.
4. Kata Konkret
a) Fana, menunjukkan sesuatu hal yang bersifat sementara dan tidak kekal atau abadil. Yang dimaksud dalam puisi adalah Waktu.
b) Abadi, melihat puisi ini pilihan kata yang mewakili sesuatu yang sifatnya kekal dan bersifat selamanya.
c) Memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga. Nah, dalam puisi ini dapat terlihat ketika membaca puisi ini melalui imaji. Mengenai waktu yang sudah kita lalui, seolah dapat dirangkai menjadi sesuatu skenario kehidupan yang sudah saya, kamu atau kita jalani selama ini.
5. Pemaknaan Puisi. Memaknai puisi ini memiliki makna yang mendalam, Sapardi mencoba mengingatkan sesama bahwa pentingnya waktu yang dimiliki di dunia. Tuhan selalu memberikan kesempatan bagi umatnya untuk terus hidup dan menikmati setiap ciptaan-Nya, hal ini seharusnya dapat dimanfaatkan dengan baik.
3. Puisi “Di Restoran” Karya Sapardi Djoko Damono
Kita berdua saja, duduk. Aku memesan
Ilalang panjang dan bunga rumput –