Mohon tunggu...
Uly Nihayatul Khusna
Uly Nihayatul Khusna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Mahasiswa Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku ingin Mengenang Sapardi Djoko Damono dalam Sajak Kumpulan Puisi "Hujan Bulan Juni"

1 Januari 2024   15:10 Diperbarui: 1 Januari 2024   16:14 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Membaca bait puisi ketiga dan keempat ini membuat berpikir keras makna dari puisi ini sebenarnya. Ide yang sempat dibahas tadi sampai lupa, dahulu ide dibuat pemiliknya untuk apa dan mengapa dilahirkan? Lihat! Ada yang saat memasak sop ayam, bermimpi memiliki ternak ayam di rumahnya. Nah, sama halnya dengan ide, tidak dapat direncanakan kapan ia lahir, bukan?

“Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?” tanyamu. 

Kita abadi.

Melihat ini seperti dipertegas bahwa waktu itu sifatnya sementara dan tidak akan lama. Kata “Fana” artinya “Hilang”, “Rusak” yang mengingatkan bahwa waktu sifatnya tidak lama. Dia akan mati. Dalam puisi ini menyajikan pertanyaan eksistensial yang dalam, seperti tujuan hidup dalam hidup manusia dan bagaimana manusia memberi makna pada waktu yang terus berlalu. Pernyataan "kita lupa untuk apa" menunjukkan ketidak jelasan mengenai tujuan dan makna hidup di tengah arus waktu yang terus bergerak.

Saya, Anda, Kalian, dan Mereka adalah "kita yang abadi". Bukankah manusia hidup dalam dunia yang fana dan manusia adalah makhluk yang fana? Sapardi Djoko Damono sendiri bukanlah Tuhan ketika ia menyebut "kita abadi". Keabadian yang kita miliki adalah kekekalan manusia sebagai manusia dalam bahasa pikiran manusia.

Berbahagialah, kita berada dalam keabadian manusia. Menerima anda bila aku menyebut "kita dalam keabadian binatang" atau "kita dalam keabadian setan"?

Ketika membaca puisi ini, diluar cara penulisannya dan diksi yang berada di dalam puisi tersebut, dapat menunjukkan bahwa puisi ini mengandung makna dan arti yang sangat dalam. Menginspirasi bagi mereka yang membacanya untuk tidak membuang-membuang waktu dan membuat manusia untuk berpikir sebelum melakukan sesuatu, dan juga menyadarkan manusia bagaimana kecilnya mereka di dunia ini.  Melihat ini Sapardi mampu menyampaikan makna yang sangat bijaksana tetapi dengan menggunakan pilihan kata-kata yang sangat sedikit dan singkat tersebut dapat menyampaikan banyak hal yang sangat berguna bagi siapapun yang membaca dan menghayati puisi ini.

Pembahasan puisi “Yang Fana adalah Waktu” Karya Sapardi Djoko Damono

1. Diksi. Pada saat melihat puisi ini penggunaan kata-katanya seperti jarang digunakan. Namun, menggunakan kata-kata yang sederhana. Merupakan salah satu karya sastra yang menceritakan tentang waktu yang memiliki arti bahwasanya tidak ada yang abadi didalam dunia ini kecuali, waktu.

2. Citraan. Pada bait diatas, menunjukkan gambaran penulis menggunakan panca indera 

penglihatannya guna menggambarkan seseorang yang diibaratkan sebagai waktu. Hal ini,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun