Mohon tunggu...
Uli Elysabet Pardede
Uli Elysabet Pardede Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Inspirasiku dalam menulis adalah lagu indah, orang yang keren perjuangannya, ketakutanku dan hal-hal remeh-temeh yang mungkin saja bisa dibesarkan atau dipentingkan… Tuing! blog : truepardede.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kutukan Peri di Kota Asing

2 Januari 2012   17:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:25 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kasihan mereka... Beberapa malahan terjahit bibirnya hingga tak bisa berbicara lagi."

Pepih terdiam lalu memandangi cermin yang ada di depannya. Sekali-kali wajahnya berubah menjadi Dimitri dan sebentar lagi menjadi Pepih. Dia terkejut.

"Oh, waktuku hampir habis..." Pepih kelihatan gusar. "Sebentar lagi. Kalau aku gagal maka aku akan menjadi manusia biasa selamanya dan Pepih sendiri bakal kehilangan pekerjaan." Pepih geleng-geleng kepala.

"Hanya untuk mencari berita saja?" Tanya Gelas.

"Ya... Berikut gambar-gambarnya..." Kata Pepih penuh harap.

"Itu khan mudah. Silahkan ambil saja. Kami akan memberi informasi padamu." Kata Gelas.

Pak Walikota bangun dan berjalan dengan langkah gontai mendekati lemarinya dan lemari itu terbuka sendiri. Dia mengambil dokumen-dokumen dan memberikannya kepada Pepih.

"Ambillah. Siapa tahu bisa membantu." Kata Gelas mengisyaratkan. Pepih tersenyum, lama dia mencari-cari informasi sambil berkeliling kota.

"Arahkan saja aku kearah gambar yang ingin kau ambil. Aku tau kau tak bisa menggunakan aku." Kata kamera. Pepih pun mengambil gambar dengan cara yang teramat santai.

Beberapa jam kemudian dia sudah cukup berita mengenai kota asing itu. Dia hendak berpamitan. Barang-barangnya diletakkan di teras depan, saat dia kembali lagi dia menemukan barang-barangnya hilang. Pepih terkejut dan kembali gusar.

"Barang-barangmu diambil Alfredo, dia juga seorang wartawan." Kata sebuah pot bunga kepadanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun