"Kasihan mereka... Beberapa malahan terjahit bibirnya hingga tak bisa berbicara lagi."
Pepih terdiam lalu memandangi cermin yang ada di depannya. Sekali-kali wajahnya berubah menjadi Dimitri dan sebentar lagi menjadi Pepih. Dia terkejut.
"Oh, waktuku hampir habis..." Pepih kelihatan gusar. "Sebentar lagi. Kalau aku gagal maka aku akan menjadi manusia biasa selamanya dan Pepih sendiri bakal kehilangan pekerjaan." Pepih geleng-geleng kepala.
"Hanya untuk mencari berita saja?" Tanya Gelas.
"Ya... Berikut gambar-gambarnya..." Kata Pepih penuh harap.
"Itu khan mudah. Silahkan ambil saja. Kami akan memberi informasi padamu." Kata Gelas.
Pak Walikota bangun dan berjalan dengan langkah gontai mendekati lemarinya dan lemari itu terbuka sendiri. Dia mengambil dokumen-dokumen dan memberikannya kepada Pepih.
"Ambillah. Siapa tahu bisa membantu." Kata Gelas mengisyaratkan. Pepih tersenyum, lama dia mencari-cari informasi sambil berkeliling kota.
"Arahkan saja aku kearah gambar yang ingin kau ambil. Aku tau kau tak bisa menggunakan aku." Kata kamera. Pepih pun mengambil gambar dengan cara yang teramat santai.
Beberapa jam kemudian dia sudah cukup berita mengenai kota asing itu. Dia hendak berpamitan. Barang-barangnya diletakkan di teras depan, saat dia kembali lagi dia menemukan barang-barangnya hilang. Pepih terkejut dan kembali gusar.
"Barang-barangmu diambil Alfredo, dia juga seorang wartawan." Kata sebuah pot bunga kepadanya.