Mohon tunggu...
Uli Elysabet Pardede
Uli Elysabet Pardede Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Inspirasiku dalam menulis adalah lagu indah, orang yang keren perjuangannya, ketakutanku dan hal-hal remeh-temeh yang mungkin saja bisa dibesarkan atau dipentingkan… Tuing! blog : truepardede.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kutukan Peri di Kota Asing

2 Januari 2012   17:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:25 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Waduw!!!"

Pepih terkejut dan hampir terjatuh dia bersandar di sebuah lemari tua. "Siapa itu?" Jerit Pepih ketakutan. Tiba-tiba pintu lemari terbuka sendiri dan membuat Pepih hampir jatuh telungkup di depan.

"Seenaknya saja menyandarkan tubuh!" Suara itu terdengar jelas dari arah lemari. Pepih memicingkan mata memandang sekitarnya.

"Kau berbicara?" Tangannya menunjuk lemari. "Kau juga?" Dia menunjuk boneka berbie itu juga. "Hei! Ini sama seperti yang terjadi di negeri peri! Di lembah bunga kalian tahu?" Katanya kegirangan. Lemari itu seperti berjalan mendekatinya dan dari pintu itu samar-samar muncul sebuah mata.

"Darimana kau bisa tahu? Kau manausia biasa kok bisa tahu!" Tanya lemari itu pada Pepih sementara boneka barbie tadi memanjat tubuh Pepih dan sudah bergelayut di bahu Pepih.

"Aku peri yang diutus untuk membantu seseorang." Pepih tersenyum. "Dimana Pak Walikota...?" Tiba-tiba lemari itu menunduk begitu juga dengan barbie dan benda-benda mati yang bisa berbicara lainnya tertunduk.

"Dia sedang sakit..." Lemari menangis.

"Oh ya?" Tanpa permisi Pepih memasuki rumah lebih dalam lagi dan mendekati sebuah pintu. Pintu itu membuka sendiri sedikit demi sedkit.

"Semoga kau bisa membantu kota ini." Pintu itu berharap pada Pepih.

Pepih melihat pemandangan di depannya seorang lelaki tua sudah terbaring lemah di atas tempat tidur yang kumal. Pria tua itu membuka matanya sedikit demi sedikit dan kebingungan memandang Pepih dengan kebingungan.

"Aawawaw...wa..wa...wawaww....." Pria itu menceracau tak jelas. Gelas yang ada di ata meja bergerak dan mengarah pada Pepih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun