Mohon tunggu...
Uli Elysabet Pardede
Uli Elysabet Pardede Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Inspirasiku dalam menulis adalah lagu indah, orang yang keren perjuangannya, ketakutanku dan hal-hal remeh-temeh yang mungkin saja bisa dibesarkan atau dipentingkan… Tuing! blog : truepardede.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kutukan Peri di Kota Asing

2 Januari 2012   17:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:25 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1325522929150363874

"Katanya, kau siapa? Lancang masuk tanpa permisi..."

"Maaf..." Pepih menunduk dan berkata seperti berbisik kepada gelas. "Kalian memiliki walikota yang bisu?" Tanyanya pelan.

"Sebagai gantinya kami benda matilah yang bisa berbicara, sementara semua manusia di kota ini membisu. Kota kami terkena kutukan dari peri kebaikan."

"Peri kebaikan?" Pepih terkejut. "Hei, dia tuanku. Aku kompak pada dia."Kata Pepih bangga. "Kalian pasti melakukan kesalahan sehingga di hukum begini! Di negeri peri biasanya hukuman ini terjadi hanya benda mati berbicara seenaknya sehingga menggangu para peri karena semua benda ceracau sesuka hati. Tapi hukumannya tidak membuat kami bisu seperti ini. Kalian pasti melakukan kesalahan besar!" Kata Pepih.

"Mungkin... Tanya saja pada walikota kami ini." Gelas tertunduk.

"Waaa....aaa...aaa..waa....awa......"

"Katanya itu akibat Pak Walikota melakukan penebangan hutan sesuka hati."

"Pantas... Kami negeri peri menjaga bunga-bunga pun pepohonan, dia memarahi kalian karena itu. Ya, Pak Walikota kesalahan kita hampir sama. Aku lalai tak menebarkan bubuk emas pada bunga-bunga padahal itulah pekerjaanku di negeri peri, bunga-bungapun berlayuan dan mati tak terselamatkan" Pepih menunduk merasa bersalah.

"Tolonglah kota kami ini." Gelas memohon.

"Memangnya apa yang bisa aku lakukan? Lagian hukumanku hanyalah menyelamatkan seseorang yang kehilangan pekerjaannya. Bukan menyelamatkan kalian." Kata Pepih ragu.

Dilihatnya jendela kamar yang terbuka sendiri. Beberapa orang sedang berkumpul di halaman samping dan yang mengherankan mereka menjahit bibir mereka sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun