Mohon tunggu...
Akfa Zawja
Akfa Zawja Mohon Tunggu... -

Simple girl. Like reading and writing.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sambhileng

23 Januari 2016   22:34 Diperbarui: 23 Januari 2016   22:47 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keesokan harinya, Karnadi memeluk isterinya dan membisikkan kata maaf. Karnadi berjanji akan selalu ada di samping isterinya. Bulir-bulir air mata bertetesan dari pelupuk mata.

Mungkin kurang usaha. Karnadi mencari solusi dari berbagai teman. Karnadi diminta menemui orang pintar di desa seberang. Menurut beberapa orang terpercaya, orang pintar di desa seberang sakti mandra guna. Banyak kasus keanehan yang dia tangani dan berhasil. Katanya, orang pintar di desa seberang bisa membaca isi hati orang dan cerita-cerita lainnya tentang kesaktian dukun desa seberang sampai di telinga karnadi.

 Berangkatlah Karnadi bersama sang isteri. Membawa beberapa bekal dan banyak uang. Semilir angin membelai lewat kaca jendela mobil pick up yang mereka tumpangi. Pohon-pohon di pinggir jalan berjalan seakan meninggalkan mereka berganti pohon yang lain. Mereka sangat berharap, orang ini benar-benar bisa membantu mereka untuk mendapatkan momongan.

***

“Apakah keturunan sangat penting bagi kalian?”

Karnadi dan sang isteri tersentak. Orang di depannya tidak seperti orang pintar pada umumnya. Tidak ada tanda-tanda kalau dia adalah dukun: bau minyan, ada sesajen di depannya, asap mengepul dari bakul, banyak bunga, berkalung tasbih besar, rambut keriting, dan berjenggot. Karnadi tidak mendapati itu semua. Hanya orang biasa menyambut Karnadi dan sang isteri. Pertanyaan sambutan menyentak hati Karnadi. Karnadi belum berkata sepatah katapun. Pertanyaan bapak tua itu, menembak maksud Karnadi tanpa salah. Karnadi sangat penasaran pada kemampuan orang di depannya.

 “Jangan menilai seseorang dari penampilannya.” Karnadi tersentak untuk kedua kalinya.

“Maaf, Ki. Bukan maksud saya....”

“Sudahlah, sekarang apa mau kalian?”

Karnadi takut-takut. Suaranya sedikit bergetar. Orang di depannya benar-benar mempunyai kharisma yang tidak bisa ditentang.

“Kami ingin mempunyai anak, Ki. Sudah enam tahun kami menikah tapi tidak juga dikaruniai momongan. Isteri hamil berkali-kali tapi tidak pernah melahirkan.” Si isteri mengangguk membenarkan perkataan suaminya. Dukun di depan mereka mengangguk-angguk pula.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun