Mohon tunggu...
Ulfa Khairina
Ulfa Khairina Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Somewhere to learn something. Explore the world by writing. Visit my homepage www.oliverial.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Jodoh Untuk Ais (Part 6: Menepis Api Benci)

21 Oktober 2015   17:26 Diperbarui: 21 Oktober 2015   17:26 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Filly merasa ditinggalkan oleh keempat temannya. Akhir-akhir ini Ais lebih sibuk bekerja, sejak baikan lagi dengan Aksel, mereka jadi sering tidak ngumpul. Marissa sibuk dengan skripsinya. Irma seperti biasanya sibuk tidak jelas dengan kecengan barunya. Meira lebih banyak mengejar ketertinggalannya. Pilihan terakhir Filly online di depan laptop, memanfaatkan wifi gratisan di kantornya.

Act_Cell           : Sayangku. Muach.

Lovely_Tan      : Iya cintaku

Act_Cell           : Ngapain aja. Di kantor tuch kerja, bukan chatting.

Lovely_Tan      : Sama. Lo juga.

Act_Cell           : Gue senior lo, Fil. Ada ketemu ma Ais hari ini?

Lovely_Tan      : Gak. Bete gue ketemuan sama dia. Dasar tuh, mentang2 lo     semua udah baikan. Lupa sama gue.

Act_Cell           : Nggak mungkin lupa sama lo

Lovely_Tan      : Bohong lo!

Act_Cell           : Karena sebenarnya gue jatuh cintanya sama lo. Nasib aja bawa     gue ke dia

Lovely_Tan      : R u sure?

Act_Cell           : Serius! Kalau lo nggak percaya, lo lihat aja ntar

Lovely_Tan      : Bohong banget lo. Kemarin2 lo minta tolong gue balikin Ais

Act_Cell           : Itu Cuma sebentar. Sekarang aku udah putusin. Lo soulmate gue

Lovely_Tan      : Oh, ya?

Act_Cell           : Gue serius

Lovely_Tan      : Buktinya?

Act_Cell           : I Love u

Lovely_Tan      : Love u too

 

Filly tersenyum riang. Bertepuk tangan pelan. Kemudian mengcopy semua chattingannya dan menyimpan di sebuah file.

Mana tahu suatu saat berguna.

Setelah menulis I Love You, Aksel offline. Act_Cell nama akun Aksel. Dia tidak tahu apakah itu serius atau tidak. Tetap saja Filly merasa penting untuk menyimpannya. Baru saja Filly berniat melanjutkan perbincangan ketika sebuah pesan muncul di layar komputernya.

Act_Cell is offline now

Filly menatap jam di mejanya. Sudah jam lima lewat, memang sudah saatnya pulang. Aksel mungkin sudah pulang. Berhubung ia tak bawa motor, siapa tahu bisa menumpang. Cepat-cepat ia keluar ruangan.

Tetapi terlambat. Saat Filly keluar, Aksel memang baru saja melajukan motor gedenya ke jalan raya. Pilihan lainnya, Filly menelepon Ais minta dijemput.

“Ya ampun, Ais. Ayolah, aku nggak bawa motor.” Desak Filly.

“Aku masih di kantor, Fil. Hari ini aku lembur.”

“Kenapa? Nggak biasanya. Kamu lagi ada masalah sama Aksel?”

“Huh! Aksel lagi, Aksel lagi.”

“Berarti beneran ya? Cerita dong sama aku, Ais”

“Malas banget cerita lewat telepon, Fil”

“Makanya, jemput aku. Kita duduk di Bread Bakery. Makan es krim sambil bercerita gitu. Gimana? Aku traktir deh say...”

“Aku lagi nggak mood.”

“Sejak kapan kamu nggak mood, Ais. Oke, kamu jemput aku ya. Nggak terima alasan apapun. Terus kita cerita. Tell me whatever about you.

“Okelah kalau begitu. Aku jemput kamu sekarang. Dimana?”

“Di depan kantor aku. Aku tunggu, Ais”

Filly memutuskan pembicaraan sambil tersenyum menang. Tidak sampai setengah enam, Ais akan datang. Mengamankan aset terpentingnya, wajah tak hitam dan kotor kena polusi. Cerita akan mengalir dengan lancar.

*

Ais menggaduk-ngaduk es krim yang mulai mencair. Tidak ada yang menyenangkan baginya sore itu. Aksel dan dirinya ribut lagi. Tepatnya Ais mempeributkan masalah ini. Tetapi Aksel berkelit dan terus merayu. Ia tak ingin Filly tahu segalanya tentang mereka. Cukup beberapa hal saja.

“Bukan masalah besar. Cuma kesalahpahaman biasa saja. Aku lagi sensitif, terus dia lagi capek. Ya, begitulah...” Ujar Ais mengambang.

Filly menunggu kelanjutannya. Tapi Ais tak melanjutkan. Cuma kesalahpahaman katanya. Filly tak yakin.

Selama ini ia mengenal keduanya. Memang Aksel lebih egois dan Ais lebih banyak mengalah. Suatu ketidakseimbangan sebenarnya. Siapapun tahu, sudah menjadi rahasia kalau Aksel pengobral cinta pada setiap wanita cantik. Ia tak pernah bisa menghargai Ais. Namun siapapun pasti heran melihat Ais bisa bertahan dengan lelaki seperti itu.

Ataukah jangan-jangan mereka sudah melakukan hubungan terlarang?

Filly menepis pikiran itu. Kalaupun itu terjadi, biarkan saja. Toh sekarang bukan zamannya lagi munafik. Banyak pasangan sudah melakukannya.

“Kalian selalu salah paham. Tapi dua bulan lalu kamu dan Aksel sempat putus juga” cibir Filly.

“Ya, waktu itu lain ceritanya dengan sekarang. Sekarang memang benar salah paham, Fil. Aku nggak mau cari ribut dengannya. Kadang-kadang aku pengen hidup seperti gaya Hana saja. Nggak peduli apapun. Itu lebih baik kayaknya. Nggak sakit hati, enjoy...!!”

Filly mengeryitkan kening.

Gaya Hana kok dipakai? Bukan Ais banget tuh...

Tapi ia diamkan saja. Butuh kesabaran untuk mendapatkan informasi penting. Informasi yang paling dibutuhkan Filly saat ini hanya satu, apakah diantara mereka berdua masih ada hubungan?

Kalau pertanyaan itu sudah terjawab, maka Filly bebas melangkah kemanapun. Zaman sekarang memang sulit mencari sesuatu yang baik. Ada ungkapan yang mengatakan, haram saja susah, apalagi yang halal. Jadi, menurutnya tak salah sedikit picik kepada teman sendiri. Ia hanya ingin temannya ini tak menderita terus-menerus bersama cowok bernama Aksel. Masih ada yang lebih baik.

“Kalau itu menurutmu lebih baik, ya lakukan saja. Apa sih yang susah jaman sekarang ini? Duit aja kali ya..? kamu tinggal buka om google aja, dapat cara aman selingkuh. Saran aku, kalau kamu mau selingkuh, ya jangan pacaran dengan orang-orang dekat sini, Ais”

“Menurutmu itu lebih baik?”

“Begitulah. Kamu punya stok nggak? Misalnya udah punya kecengan lain gitu?”

Ais mengingat-ingat siapa yang bisa dijadikan pelariannya. Rafian sepertinya cocok. Filly juga orang yang bisa dipercaya untuk menceritakan soal Rafian ini.

“Ya, dia teman sekolahku dulu. namanya Rafian, anaknya manis, sholeh dan pintar mengaji. Aku suka senyumannya. Kalau aku pikir-pikir, manis kali ya kalau bisa jadi pacarnya”

“Itu target kamu? Dekatin dong...”

Serius nggak sih si Filly? Kok kesannyya maksa banget ya...?

Ais meulai bercerita tentang Rafian pada Filly. Gadis itu mendengarkan dengan antusias. Tak perlu menganalisis terlalu lama dan jauh. Filly bisa langsung menebak kalau mereka saling suka.

Filly agak terperanjat ketika Ais mengatakan mimpinya terlalu tinggi. Seorang laki-laki seperti Rafian tak mungkin berjodoh dengannya. Bukankah lelaki yang baik untuk perempuan yang baik? Seperti apa diri kita, maka seperti itu pula jodoh kita.

Allah pun telah menjanjikan hal ini dalam Al-Qur’an. Ais sebenarnya tidak tahu hal ini, Rafian pernah mengatakan soal ini kepadanya, QS. ..... yang menegaskan. Bunyinya: ..,

“Menurutku bukan msalah. Kalian pasti berjodoh. Kamu perempuan yang baik, kok Ais” Filly menyemangati Ais.

Ais tersenyum dan berharap apa yang dikatakan oleh Filly menjadi kenyataan.

Malamnya, sepulang Ais dan Filly dari makan es krim, sebuah nama muncul di layar ponselnya. Rafian menghubunginya kembali.

Malam itu mereka bercerita cukup banyak. Tidak hanya nostalgia, tetapi juga tentang masalah agama. Ais merasa sangat dangkal pengetahuan. Ia ingin belajar banyak, sebanyak mungkin. Tiba-tiba jiwanya terasa haus. Haus ilmu agama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun