“Aku lagi nggak mood.”
“Sejak kapan kamu nggak mood, Ais. Oke, kamu jemput aku ya. Nggak terima alasan apapun. Terus kita cerita. Tell me whatever about you.”
“Okelah kalau begitu. Aku jemput kamu sekarang. Dimana?”
“Di depan kantor aku. Aku tunggu, Ais”
Filly memutuskan pembicaraan sambil tersenyum menang. Tidak sampai setengah enam, Ais akan datang. Mengamankan aset terpentingnya, wajah tak hitam dan kotor kena polusi. Cerita akan mengalir dengan lancar.
*
Ais menggaduk-ngaduk es krim yang mulai mencair. Tidak ada yang menyenangkan baginya sore itu. Aksel dan dirinya ribut lagi. Tepatnya Ais mempeributkan masalah ini. Tetapi Aksel berkelit dan terus merayu. Ia tak ingin Filly tahu segalanya tentang mereka. Cukup beberapa hal saja.
“Bukan masalah besar. Cuma kesalahpahaman biasa saja. Aku lagi sensitif, terus dia lagi capek. Ya, begitulah...” Ujar Ais mengambang.
Filly menunggu kelanjutannya. Tapi Ais tak melanjutkan. Cuma kesalahpahaman katanya. Filly tak yakin.
Selama ini ia mengenal keduanya. Memang Aksel lebih egois dan Ais lebih banyak mengalah. Suatu ketidakseimbangan sebenarnya. Siapapun tahu, sudah menjadi rahasia kalau Aksel pengobral cinta pada setiap wanita cantik. Ia tak pernah bisa menghargai Ais. Namun siapapun pasti heran melihat Ais bisa bertahan dengan lelaki seperti itu.
Ataukah jangan-jangan mereka sudah melakukan hubungan terlarang?