Hembusan putih beraroma bunga bakung menghampirinya. Tap hanya sekejap. Lalu terbang kembali secepat kilat.
“Ini anak saya satu-satunya. Anastasia. Dulu dia memang pernah punya adik, tapi tidak bernasib baik. Kami hanya sesaat memilikinya. Lalu Tuhan mengambilnya kembali. Kasihan sekali...” Suara lelaki bermata merah tadi terdengar di kupingnya.
“Kasihan sekali. Tentu kalau adik Anastasia masih ada dia akan secantik Anastasia bukan?" Puji suara lelaki yang lain.
“Oh, tidak. Dia biasa-biasa saja. Adik Anastasia tak lebih cantik darinya” Bantah lelaki bermata merah itu.
Imelda menahan isakannya. Ia menatap keluar jendela. Daun-daun tampak tak bergerak. Begitupun dengan mawar-mawar dengan warna berbeda. Mawar jingga tampak layu, menatap wajah Imelda pun ia tak mampu lagi. Mawar itu merasakan kesedihan Imelda.
***
“Aku akan menikah. Jadi kumohon jangan membuat ulah” Anastasia masuk ke kamar Imelda. Untuk pertama kalinya ia mengantar sarapan kepada adiknya. Imelda menatapnya tajam.
“Bayu akan membawaku pergi. Lalu kami akan menikah di alam bebas” Tukas Imelda. Ia menatap Anastasia tajam. Gadis itu tertawa terbahak-bahak.
“Teruslah bermimpi, adikku tersayang.... Bayu? Angin? Hahahahaha....” Suara tawa Anastasia semakin keras dan tak berhenti. Bahkan saat ia mengunci kembali pintu kamarnya dari luar, Imelda masih mendengar suara tawa menyeramkan itu.
Hembusan beraroma bunga kamboja putih membelai hidung Imelda. Ia merasakan hembusan itu memeluknya dari belakang. “Bayu, kamu datang?”
Aku telah berjanji akan datang di setiap kesedihanmu, Imelda sayang....