“Dia kakakku. Mengejekku. Kita akan menikah bukan? Kita akan pergi sekarang bukan? Bayu, bawa aku pergi...”
Kau siap, sayangku...
“Aku akan selalu siap bila itu denganmu. Aku akan hidup bebas di alam sana bukan?” Mata Imelda berbinar dan menatap hembusan putih yang kini warnanya berubah menjadi hijau daun. Aroma dedaunan tersa di indra penciuman Imelda.
Kita akan pergi sekarang. Tepat di saat kakakmu melangsungkan akad nikah, Imelda sayang. Bersiaplah.... Ini akan sedikit mengejutkan dan terjadi kekacauan.
Imelda mengangguk. Ia melihat sesuatu yang tak pernah dilihatnya. Hembusan itu kini berubah menjadi coklat, lalu abu-abu tua dan menjadi hitam. Hembusan itu berputar-putar di kamar Imelda. Begitu kuat menabrak jeruji jendela dan menciptakan suara berdebum yang cukup keras. Pekikan terdengar di antara kepanikan orang-orang.
Bersiaplah sayang, aku akan membawamu pergi. Kamu akan melihat keindahan dunia ini dari ketinggian....
“Lihat. Angin itu membawa seseorang”, seorang Perempuan setangah baya menunjuk Imelda yang digulung angin berwarna. Kelopak bunga berwarna warni menggulung tubuhnya, semakin tinggi ke udara.
“Itu kan adik Anastasia yang dikabarkan hilang dan sudah meninggal”
“Ternyata dia masih hidup. Ternyata selama ini kita dibohongi oleh orang tuanya”
“Apa?! Dasar manusia kejam. Tak bersyukur punya anak”
“Mungkin anak itu sudah tak waras. Makanya mereka menyembunyikannya”