Mohon tunggu...
UKM PIKMAG UNAND
UKM PIKMAG UNAND Mohon Tunggu... Lainnya - Unit Kegiatan Mahasiswa PIKMAG Universitas Andalas

Ada untuk mahasiswa, bicara persoalan kita!

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Stop Bullying: Be A Hero, Not A Villain!

15 Desember 2024   12:13 Diperbarui: 15 Desember 2024   12:13 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dampak bagi mereka yang menyaksikan

  • Trauma.
  • Merasa menjadi pribadi yang buruk.
  • Merasa tertekan.
  • Stres.
  • Ketakutan.
  • Merasa bersalah.
  • Sering menghindari masalah.
  • Cemas.

Mencegah Bullying

Untuk mencegah dan mengurangi perilaku bullying sejak dini, Anda bisa mengajarkan beberapa hal ini kepada anak atau keluarga yang masih kecil:

  • Ciptakan komunikasi yang baik dan terbuka. Tanyakan apa yang anak atau adik Anda rasakan selama di sekolah dan ajak mereka untuk bercerita.
  • Bangun kepercayaan diri anak-anak. Ketika ia mengetahui kemampuan dan perasaan tentang dirinya, perasaan intimidasi yang mungkin dirasakannya akan berkurang.
  • Sertakan anak dalam kegiatan ekstrakurikuler guna mengembangkan hobi dan kemampuan bersosialisasinya. Ini juga bisa menjadi ajang baginya untuk mengasah bakat yang dimilikinya dengan cara yang positif.
  • Tanamkan pola pikir antibullying dengan tidak mengajarkannya berteriak, memukul, mendorong, dan meledek orang lain. Berikan pemahaman bahwa membuat candaan atau guyonan yang bisa menyakiti orang lain merupakan salah satu bentuk bullying.
  • Ajarkan anak cara untuk mengatasi bullying, dan berikan motivasi serta keberanian untuk melaporkan kepada guru atau orang tua bila mengalami atau melihat perilaku bullying di antara teman-temannya.

Alangkah baiknya jika Anda mengenali tanda-tanda bullying pada keluarga, teman, atau kerabat. Jika anak Anda mengalami perundungan, perhatikanlah apakah ia takut pergi ke sekolah, prestasi akademinya tiba-tiba menurun, berubah sikap menjadi lebih tertutup, hingga muncul luka, memar, atau nyeri tanpa sebab yang jelas di tubuhnya.

Jika mendapati tanda-tanda tersebut, hal pertama yang harus Anda lakukan adalah memberikan pemahaman dan pengertian bahwa hal itu terjadi bukan karena salah mereka. Ajak korban bullying untuk bercerita secara perlahan tentang apa yang terjadi dan laporkan kejadian tersebut pada pihak sekolah atau orang tua pelaku. Pada kasus yang berat, bullying bahkan bisa dilaporkan ke pihak berwajib karena termasuk tindakan yang bertentangan dengan hukum. Namun, jika anak Anda melakukan perundungan kepada temannya, Anda bisa menegurnya dan berikan pemahaman bahwa bullying tidak baik untuk temannya dan dirinya sendiri. Tekankan bahwa ia harus meminta maaf, menyesali perbuatannya, dan tidak akan mengulanginya lagi.

Penyebab bullying harus dikenali dan dicegah sejak dini agar tidak ada orang yang menjadi pelaku atau korban. Apabila kondisi ini terjadi pada Anda, jangan takut untuk mendatangi psikolog untuk mengatasi dampak bullying.

Berikut ciri-ciri anak yang menerima bullying:

  • Tidak semua anak bisa terbuka tentang tindakan perundungan yang mereka dapatkan. Oleh sebab itu, orang tua perlu mengamati keadaan emosinya. Anak yang mengalami bullying umumnya selalu gelisah, cemas dan waspada.
  • Mengalami tanda-tanda kekerasan fisik, seperti memar, luka, goresan maupun bekas luka yang tidak biasa.
  • Enggan atau takut pergi ke sekolah maupun mengikuti acara sekolah.
  • Kehilangan teman secara riba-tiba atau selalu menghindari situasi sosial.
  • Hilang atau rusaknya barang elektronik, pakaian atau barang-barang pribadi lainnya.
  • Kerap meminta uang untuk alasan yang tidak jelas.
  • Menurunnya prestasi akademik di sekolah.
  • Sering membolos atau meminta pulang dari sekolah.
  • Selalu ingin berada di dekat orang dewasa agar merasa aman.
  • Tidur tidak nyenyak atau bahkan mengalami mimpi buruk.
  • Mengeluh sakit di bagian perut, kepala atau bagian tubuh lainnya.
  • Merasa tertekan setelah menggunakan gawai atau komputer.
  • Menjadi tertutup atau seolah-olah menyimpan rahasia.
  • Menjadi agresif atau memiliki ledakan kemarahan yang tiba-tiba

Anak Curhat Dibully Malah Jadi Konten Bahan Becandaan di TikTok, SDM Rendah Konoha Bikin Prihatin.

TikTok merupakan aplikasi media sosial berbagi video pendek. Pengguna bisa membuat dan membagikan video pendek dengan durasi mulai dari 3 detik hingga 10 menit. Konten di TikTok biasanya berfokus pada hiburan dan komedi. Namun, terdapat salah satu korban bullying yang ingin speak up namun malah manjadi bahan bercandaan oleh pengguna tiktok tersebut. Konten tersebut diunggah oleh akun Yoenik Apparel yang awalnya berisi mengenai konten membelanjakan siswi SD yang Bernama Yurika, lalu ditengah-tengah video Yurika bercerita bahwa ia sering dibully di sekolahnya

 ..."Aku juga di sekolah suka sering dibenci sama temen-temen dan dibully, aku lagi diem terus temen-temen aku bilang Yurika mah bau tahi"...

Dengan viralnya video tersebut diharapkan dapat mendapatkan simpati dari masyarakat dan dari pihak sekolah. Akan tetapi, harapan tersebut nihil terjadi, malah banyak masyarakat yang tidak mempedulikan kasus yang dialami oleh siswi tersebut. Mereka lebih memilih untuk memparodikan video tersebut agar menjadi viral dan mendapatkan banyak likes lalu mengabaikan masalah yang dihadapi oleh siswi SD bernama Yurika tersebut. Jika bullying terus terjadi apalagi dengan masyarakat yang tidak peduli dengan hal tersebut ini akan menjadi fenomena yang biasa saja dan dianggap sebagai bahan candaan masyarakat tanpa memperdulikan korban. Masyarkat yang tidak peduli dengan bullying cenderung mengabaikan dampak negatifnya pada korban dan membiarkan perilaku tersebut terus berlanjut. Ini bisa menyebabkan kerusakan emosional dan psikologis pada korban serta mengabaikan siklus kekerasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun