Apa itu Bullying?
Bullying atau perundungan merupakan tindakan mengganggu, mengusik, atau menyakiti orang lain secara fisik maupun psikis. Tindakan ini bisa dalam bentuk kekerasan verbal, sosial, atau fisik yang dilakukan secara berulang kali dan dari waktu ke waktu. Secara etimologi, asal usul kata bullying berarti penggertak, yaitu seseorang yang suka mengganggu yang lemah.
Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPA), bullying adalah penindasan atau risak (merunduk) yang dilakukan secara sengaja oleh satu orang atau sekelompok yang lebih kuat. Tindakan ini dilakukan terus menerus dengan tujuan untuk menyakiti.
Sekolah seharusnya menjadi tempat yang aman untuk belajar memperoleh ilmu pengetahuan dan belajar mengembangkan kemampuan bersosialisasi para peserta didik. Akan tetapi beberapa waktu terakhir ini, sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa sekolah bukan lagi menjadi tempat yang aman untuk menuntut ilmu. Hal ini tentunya dikarenakan marak beredarnya video maupun berita terkait perilaku bullying oleh siswa/siswi yang terjadi di lingkungan sekolah.
Jenis-Jenis Bullying
1. Kontak fisikÂ
Perilaku bullying yang menyasar fisik umumnya mudah diidentifikasi. Tindakan ini meliputi memukul, mendorong, menggigit, menjambak, mencubit, dan mencakar. Mengunci seseorang dalam ruangan, memeras dan merusak barang orang lain juga termasuk tindakan perundungan.
2. Kontak verbalÂ
Perundungan juga bisa berupa ancaman, merendahkan, mencela, mengejek, memaki, mengintimidasi dan mengganggu. Memberi panggilan nama (name-calling), sarkasme dan menyebarkan berita palsu juga termasuk bullying verbal.
3. Perilaku non-verbal langsung
Contoh bullying non-verbal yaitu tatapan sinis, menjulurkan lidah dan memperlihatkan ekspresi yang merendahkan, mengejek, atau mengancam. Namun, tindakan non-verbal ini umumnya dilakukan bersama tindakan fisik dan verbal.
4. Perilaku non-verbal tidak langsung
Faktanya, perundungan juga bisa terjadi secara non-verbal tidak langsung. Contohnya yaitu memanipulasi persahabatan sehingga menjadi retak, mengucilkan atau mengabaikan secara sengaja atau mendiamkan seseorang.
5. Cyber bullying
Di era yang serba teknologi seperti sekarang, tindakan bullying juga marak terjadi secara online. Contohnya dengan membuat video atau konten lainnya yang mengintimidasi seseorang lewat media sosial.
6. Pelecehan seksual
Pelecehan seksual juga salah satu bentuk tindakan bullying. Perilaku ini bisa berupa agresi fisik atau verbal. Agresi merupakan perilaku yang dilakukan secara sengaja untuk menyebabkan kerusakan fisik atau mental seseorang.
7. Perundungan emosional
Hal ini terjadi ketika seseorang berusaha mendapatkan apa yang mereka inginkan, tetapi dengan cara membuat orang lain (korban) merasa marah, takut, cemas, hingga tidak nyaman. Perundungan emosional dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental pada korbannya. Contoh perundungan emosional seperti mengejek, menggoda, mengancam, meremehkan, berbohong, hingga mempermalukan korban.
Penyebab Bullying
Mengetahui bahwa orang di lingkungan sekitar mengalami perilaku yang tidak menyenangkan ini pastinya membuat Anda sedih dan terkejut, apalagi jika keluarga atau orang terdekat yang menjadi pelaku atau korban perundungan.
Terkadang banyak orang yang menganggap bahwa pelaku bullying adalah orang yang jahat. Sebenarnya, tidak semua pelaku bully melakukannya karena keinginannya. Beberapa orang bahkan tidak paham bahwa yang dilakukannya adalah tindakan bullying. Berikut ini adalah beberapa penyebab bullying yang bisa terjadi:
1. Pernah melihat orang lain melakukan kekerasan
Penyebab bullying biasanya dimulai dari lingkungan sekitar tempat tinggal. Oleh karena itu, penting untuk menciptakan suasana rumah yang hangat dan harmonis. Hal ini karena keluarga adalah tempat pertama untuk belajar bersosialisasi dan hidup bersama orang lain. Namun, adanya hubungan atau interaksi yang tidak baik dalam keluarga akan menjadi penyebab seseorang memperlakukan orang lain dengan cara yang sama. Tidak hanya keluarga, lingkungan tempat tinggal yang tidak aman juga dapat menyebabkan seseorang menjadi pelaku bullying.
2. Kesalahan pola asuh keluarga yang terlalu keras
Kebiasaan menggunakan hukuman fisik sebagai cara mendidik anak yang berbuat salah bisa menjadi penyebab bullying.Pola asuh yang banyak melibatkan kekerasan fisik bisa membentuk karakter seseorang untuk menjadi lebih agresif dan kasar terhadap orang lain. Akibatnya, perbuatan untuk menindas orang lain pun tidak akan segan dilakukan.Tak hanya itu, hukuman yang diberikan biasanya akan membuat seseorang memendam emosi negatif, sehingga hal ini bisa membuat ia ingin melampiaskannya ke orang lain juga.
3. Pernah menjadi menjadi korban bully
Orang yang pernah mendapatkan perilaku bully, misalnya diejek atau dipukul, bisa menjadi pelaku perundungan terhadap orang lain. Ini merupakan salah satu bentuk pelampiasan akibat perilaku bully yang ia terima. Untuk mencegah hal ini terjadi, penting bagi orang terdekat untuk mengenali perubahan perilaku seseorang dan memberitahunya agar ia bisa menghadapi sikap ini dengan bijak.
4. Kurang mendapatkan perhatian dari keluarga dan orang di sekitarnya
Kurangnya perhatian dan kasih sayang bisa menjadi penyebab bullying. Misalnya, anak-anak akan mencari perhatian dengan cara tidak mengerjakan PR. Namun, jika tidak berhasil mendapatkan perhatian, ia akan melakukan perbuatan lain yang lebih ekstrim, misalnya dengan melakukan bullying pada temannya, agar bisa mendapatkan perhatian yang diinginkan.
5. Ingin memiliki kekuasaan dan memegang kendali
Orang yang ingin memiliki kekuasaan biasanya cenderung ingin mengontrol dan mengendalikan segala hal. Beberapa orang juga akan memilih untuk berinteraksi dengan orang lain yang menurutnya bisa untuk dikontrol dan memenuhi keinginannya. Namun, ketika hal-hal tidak berjalan dengan yang diinginkan, ia mungkin akan melakukan intimidasi dalam bentuk bullying. Biasanya hal ini terjadi pada orang yang memiliki pola asuh yang salah atau gangguan kepribadian.
6. Ingin dianggap populer
Beberapa orang terkadang ingin dikenal dan menjadi populer di lingkungannya. Namun, mereka bisa mencari ketenaran dengan melakukan hal yang tidak baik, termasuk bullying. Tidak jarang mereka akan meledek, menjahili, menggosip, dan mengucilkan orang lain untuk mendapatkan pengakuan. Perilaku ini juga termasuk salah satu bentuk peer pressure, jika bullying banyak dilakukan oleh teman di sekolah, kantor, atau tempat tinggal.
7. Kurang edukasi dan empati
Pendidikan dan pola asuh yang baik merupakan salah satu faktor penting agar seseorang bisa memiliki karakter yang baik. Salah satu ciri karakter yang baik adalah memiliki akhlak dan empati. Orang yang tidak dididik dengan baik bisa menjadi kurang berempati, sehingga tidak merasa bersalah ketika melakukan hal yang tidak terpuji, termasuk bullying. Berbagai riset menunjukkan bahwa pola asuh dan pendidikan yang mendorong empati dapat membuat seseorang lebih mudah menghargai dan menghormati orang lain. Dengan begitu, terbentuklah sifat lebih mawas diri dan menyadari bahwa bullying merupakan perilaku yang salah dan tidak boleh dilakukan.
8. Supaya bisa berbaur dan berteman
Penyebab bullying bisa terjadi bukan karena keinginan pelaku, tetapi pengaruh dari orang-orang terdekatnya. Hal ini dilakukan sebagai salah satu cara untuk bisa diterima dalam lingkup pergaulan di lingkungannya. Selain itu, bullying juga bisa dilakukan agar seseorang tidak menjadi sasaran bully selanjutnya. Perilaku ini biasanya terjadi pada pergaulan yang toxic.
9. Pengaruh game yang dimainkan
Di zaman digital ini, sudah bukan hal yang asing lagi jika orang dari berbagai kalangan dan usia menggunakan handphone dalam kegiatan sehari-hari. Berkat adanya gadget tersebut, semua informasi dan hiburan bisa lebih mudah didapatkan, salah satunya adalah bermain game online. Sayangnya, handphone dan game online bisa disalahgunakan jika penggunaanya tidak dibatasi. Hal ini nantinya bisa menjadi penyebab bullying.
Beberapa riset mengungkapkan bahwa game online bisa menjadi tempat bagi pemainnya untuk melakukan cyberbullying, biasanya dalam bentuk hinaan, ejekan, atau hujatan. Ketika seseorang mengalami cyberbullying, ia bisa memendam emosi dan melampiaskannya pada orang lain dalam bentuk bullying di dunia nyata. Meski demikian, tidak semua orang yang bermain game online akan menjadi pelaku bullying.
Â
Dampak pada korban bullying
Berikut beberapa dampak bullying pada korban, seperti:
1. Fisik
Korban bullying dapat mengalami beberapa efek samping pada kesehatan secara fisik. Contohnya, seperti sakit kepala, nyeri otot, sakit perut, perubahan berat badan, hingga penurunan imun tubuh. Tentunya kondisi ini berisiko meningkatkan beragam penyakit atau gangguan kesehatan.
2. Gangguan mental
Bukan hanya fisik, dampak bullying juga berisiko menyebabkan gangguan pada kesehatan mental. Mulai dari gelisah, cemas, merasa takut setiap waktu, lebih mudah marah, hingga depresi.
3. Akademik
Bullying juga dapat memengaruhi kondisi akademik seseorang. Mulai dari menurunkan kemampuan analisis, memengaruhi fokus dan perhatian, hingga menurunkan produktivitas. Jika anak mengalami perubahan dalam akademik secara drastis, sebaiknya orang tua jangan abaikan kondisi tersebut.
4. Gangguan hubungan sosial
Bullying juga berisiko menyebabkan dampak negatif pada hubungan sosial seseorang. Biasanya, kondisi ini dapat menyebabkan penurunan rasa percaya pada orang lain hingga kesulitan untuk bersosialisasi.
5. Penurunan kualitas hidup
Korban bullying juga dapat mengalami penurunan kualitas hidup. Penurunan rasa percaya diri, penggunaan obat terlarang, serta keinginan untuk melukai diri sendiri menjadi kondisi yang berisiko terjadi akibat bullying.
Dampak untuk pelaku
- Berperilaku agresif dan impulsif.
- Memiliki rasa percaya diri dan harga diri yang tinggi.
- Tidak takut untuk melakukan kekerasan.
- Berwatak keras.
- Selalu ingin mendominasi orang lain.
- Kurangnya rasa empati dengan orang lain.
- Dengan melakukan bullying, mereka merasa punya kekuasaan.
- Mudah marah.
- Berpotensi menjadi kriminal.
- Bersikap kasar.
- Berisiko tersangkut masalah hukum.
Dampak bagi mereka yang menyaksikan
- Trauma.
- Merasa menjadi pribadi yang buruk.
- Merasa tertekan.
- Stres.
- Ketakutan.
- Merasa bersalah.
- Sering menghindari masalah.
- Cemas.
Mencegah Bullying
Untuk mencegah dan mengurangi perilaku bullying sejak dini, Anda bisa mengajarkan beberapa hal ini kepada anak atau keluarga yang masih kecil:
- Ciptakan komunikasi yang baik dan terbuka. Tanyakan apa yang anak atau adik Anda rasakan selama di sekolah dan ajak mereka untuk bercerita.
- Bangun kepercayaan diri anak-anak. Ketika ia mengetahui kemampuan dan perasaan tentang dirinya, perasaan intimidasi yang mungkin dirasakannya akan berkurang.
- Sertakan anak dalam kegiatan ekstrakurikuler guna mengembangkan hobi dan kemampuan bersosialisasinya. Ini juga bisa menjadi ajang baginya untuk mengasah bakat yang dimilikinya dengan cara yang positif.
- Tanamkan pola pikir antibullying dengan tidak mengajarkannya berteriak, memukul, mendorong, dan meledek orang lain. Berikan pemahaman bahwa membuat candaan atau guyonan yang bisa menyakiti orang lain merupakan salah satu bentuk bullying.
- Ajarkan anak cara untuk mengatasi bullying, dan berikan motivasi serta keberanian untuk melaporkan kepada guru atau orang tua bila mengalami atau melihat perilaku bullying di antara teman-temannya.
Alangkah baiknya jika Anda mengenali tanda-tanda bullying pada keluarga, teman, atau kerabat. Jika anak Anda mengalami perundungan, perhatikanlah apakah ia takut pergi ke sekolah, prestasi akademinya tiba-tiba menurun, berubah sikap menjadi lebih tertutup, hingga muncul luka, memar, atau nyeri tanpa sebab yang jelas di tubuhnya.
Jika mendapati tanda-tanda tersebut, hal pertama yang harus Anda lakukan adalah memberikan pemahaman dan pengertian bahwa hal itu terjadi bukan karena salah mereka. Ajak korban bullying untuk bercerita secara perlahan tentang apa yang terjadi dan laporkan kejadian tersebut pada pihak sekolah atau orang tua pelaku. Pada kasus yang berat, bullying bahkan bisa dilaporkan ke pihak berwajib karena termasuk tindakan yang bertentangan dengan hukum. Namun, jika anak Anda melakukan perundungan kepada temannya, Anda bisa menegurnya dan berikan pemahaman bahwa bullying tidak baik untuk temannya dan dirinya sendiri. Tekankan bahwa ia harus meminta maaf, menyesali perbuatannya, dan tidak akan mengulanginya lagi.
Penyebab bullying harus dikenali dan dicegah sejak dini agar tidak ada orang yang menjadi pelaku atau korban. Apabila kondisi ini terjadi pada Anda, jangan takut untuk mendatangi psikolog untuk mengatasi dampak bullying.
Berikut ciri-ciri anak yang menerima bullying:
- Tidak semua anak bisa terbuka tentang tindakan perundungan yang mereka dapatkan. Oleh sebab itu, orang tua perlu mengamati keadaan emosinya. Anak yang mengalami bullying umumnya selalu gelisah, cemas dan waspada.
- Mengalami tanda-tanda kekerasan fisik, seperti memar, luka, goresan maupun bekas luka yang tidak biasa.
- Enggan atau takut pergi ke sekolah maupun mengikuti acara sekolah.
- Kehilangan teman secara riba-tiba atau selalu menghindari situasi sosial.
- Hilang atau rusaknya barang elektronik, pakaian atau barang-barang pribadi lainnya.
- Kerap meminta uang untuk alasan yang tidak jelas.
- Menurunnya prestasi akademik di sekolah.
- Sering membolos atau meminta pulang dari sekolah.
- Selalu ingin berada di dekat orang dewasa agar merasa aman.
- Tidur tidak nyenyak atau bahkan mengalami mimpi buruk.
- Mengeluh sakit di bagian perut, kepala atau bagian tubuh lainnya.
- Merasa tertekan setelah menggunakan gawai atau komputer.
- Menjadi tertutup atau seolah-olah menyimpan rahasia.
- Menjadi agresif atau memiliki ledakan kemarahan yang tiba-tiba
Anak Curhat Dibully Malah Jadi Konten Bahan Becandaan di TikTok, SDM Rendah Konoha Bikin Prihatin.
TikTok merupakan aplikasi media sosial berbagi video pendek. Pengguna bisa membuat dan membagikan video pendek dengan durasi mulai dari 3 detik hingga 10 menit. Konten di TikTok biasanya berfokus pada hiburan dan komedi. Namun, terdapat salah satu korban bullying yang ingin speak up namun malah manjadi bahan bercandaan oleh pengguna tiktok tersebut. Konten tersebut diunggah oleh akun Yoenik Apparel yang awalnya berisi mengenai konten membelanjakan siswi SD yang Bernama Yurika, lalu ditengah-tengah video Yurika bercerita bahwa ia sering dibully di sekolahnya
 ..."Aku juga di sekolah suka sering dibenci sama temen-temen dan dibully, aku lagi diem terus temen-temen aku bilang Yurika mah bau tahi"...
Dengan viralnya video tersebut diharapkan dapat mendapatkan simpati dari masyarakat dan dari pihak sekolah. Akan tetapi, harapan tersebut nihil terjadi, malah banyak masyarakat yang tidak mempedulikan kasus yang dialami oleh siswi tersebut. Mereka lebih memilih untuk memparodikan video tersebut agar menjadi viral dan mendapatkan banyak likes lalu mengabaikan masalah yang dihadapi oleh siswi SD bernama Yurika tersebut. Jika bullying terus terjadi apalagi dengan masyarakat yang tidak peduli dengan hal tersebut ini akan menjadi fenomena yang biasa saja dan dianggap sebagai bahan candaan masyarakat tanpa memperdulikan korban. Masyarkat yang tidak peduli dengan bullying cenderung mengabaikan dampak negatifnya pada korban dan membiarkan perilaku tersebut terus berlanjut. Ini bisa menyebabkan kerusakan emosional dan psikologis pada korban serta mengabaikan siklus kekerasan.
Beberapa orang juga mungkin juga merasa bahwa bullying adalah masalah kecil atau tidak penting. Namun, penting untuk meningkatkan kesadaran akan dampak negatif dari bullying dan mendorong semua orang untuk peduli dan bertindak Ketika mereka melihat atau mendengar tentang kasus-kasus tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H