Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mengurai persoalan sains pake logika

9 Januari 2025   08:36 Diperbarui: 9 Januari 2025   08:49 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Images ; mediaindonesia.com


MENGURAI PERSOALAN TEORI SAINS PAKE LOGIKA

Masih saja ada yang berpendapat seolah semua teori dalam sains itu "paralel dengan fakta sesungguhnya yang dibicarakan atau yang digagas sebagai teori".Atau anggapan seolah semua teori sudah valid karena "sudah berdasar langkah langkah ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan".

Lalu ia tak terima kalau makna "teori" dalam sains juga bisa dikaitkan dengan upaya manusia membuat dugaan.Dan semua obyek dalam sains itu seolah dianggap sama sehingga semua teorinya mesti dianggap "valid",Padahal obyek sains itu ada yang sulit,tersembunyi dan ada yang mudah (bisa diamati secara langsung)

Menurut saya (anggapan diatas) itu bergantung obyek apa yang sedang dibicarakan,karena sains berhadapan dengan beragam obyek yang derajatnya tidak sama,Ada obyek yang mudah yang bisa diamati secara langsung bahkan dibawa ke lab tapi ada obyek yang sulit karena TERSEMBUNYI semisal asal usul alam semesta serta asal usul makhluk,(siapa yang mengamati peristiwa sesungguhnya ?)

Jadi untuk mengukur kualitas suatu teori seperti soal validitasnya biasakan melihat terlebih dulu obyek yang sedang di bicarakan.Contoh ; ketika sains bicara obyek mistis semisal NDE (near death eksperiment) atau peristiwa kesurupan atau hal klenik maka apa validitasnya akan se akurat dengan obyek material yang dibawa ke laboratorium ?

Maka kalau mau mengukur validitas suatu teori saya itu terlebih dahulu melihat obyek apa yang sedang dibahasnya.Kalau obyek yang dibahas misal nya lagi adalah multiverse yang jauh dari pengamatan manusia ya validitasnya pasti beda dengan ketika sains bicara obyek yang ada didepan mata yang mudah untuk diamati

Ada banyak teori yg bicara asal usul alam, APA SEMUA PASTI PARALEL DENGAN FAKTA SESUNGGUHNYA ?  ...logikanya dimana bahwa "seluruh teori pasti paralel dengan fakta sesungguhnya yang dibicarakan" bila kita menemukan teori yang berbeda beda yang bicara satu obyek ? Logika yang benar adalah ; mustahil semua teori tsb benar,hanya mungkin ada satu yang benar bila tidak semua salah.

(Disinilah kita perlu main logika menghadapi beragam persoalan yang orang temukan dalam sains.Logika membantu manusia mengurai persoalan sulit dan membantu menganalisa pernyataan atau anggapan yang salah termasuk anggapan "teori pasti paralel dengan fakta sesungguhnya")

Teori asal usul makhluk itu kan membicarakan peristiwa masa silam (yang gaib dlm arti tidak diketahui peristiwa sesungguhnya) MELALUI apa yg ditemukan saat ini (seperti fosil).Jadi bukan berdasar pengamatan langsung atas peristiwa tapi memakai sarana alat bantu atau di istilahkan "bukti tak langsung"

Nah,Apakah fosil itu harus disebut "fakta sesungguhnya asal usul makhluk" ? ... Ya bukanlah ... itu mah sarana-alat bantu manusia dalam rangka menyusun penjelasan teoritis tentang asal usul makhluk.Orang awam tak bisa bedakan antara penjelasan teoritis dengan penjelasan empiris. Penjelasan teoritis itu suatu penjelasan yang memakai sarana alat bantu-yang bukan obyek asli-bukan seperti penjelasan empiris yang berdasar pengamatan langsung atas obyek yang dibahas.

Penjelasan asal usul makhluk disebut "penjelasan teoritis" karena memakai bukti tak langsung atau alat bantu temuan saat ini,bukan berdasar pengamatan langsung atas obyek asli,Karena obyek asli nya TIDAK ADA YANG BISA MELIHAT

Apakah sarana yang dipakai tsb pasti paralel dengan bukti sesungguhnya ? Ya kita tidak tahu,itu kan hanya upaya manusia dalam membuat dugaan.Tapi kalau ada yang menyebut penjelasan teoriris asal usul makhluk paralel dengan fakta sesungguhnya apalagi di klaim "fakta" itu patut dipertanyakan ; alat validasi nya apa sehingga di klaim "fakta" atau di klaim paralel ?

Fakta sesungguhnya miliaran atau jutaan tahun lalu mana ada yang tahu.Maka yg manusia lakukan saat ini intinya sebenarnya hanya upaya membuat hipotesa bukan memastikan secara empirik.Jadi harus RASIONAL dalam menyikapi suatu teori atau semua teori yang hadir dalam dunia sains-jangan me lebih lebihkan walau jangan pula mengurangkan, Apa adanya saja.

Hipotesis,teori dan fakta serta hukum dalam sains jelas satu sama lain definisinya berbeda maka itu di istilahkan nyapun dengan kosakata berbeda.Jangan sampai sesuatu yang dasarnya hipotesa-dugaan (karena fakta empirik aslinya tidak atau belum diketahui) ramai ramai di klaim fakta,lalu mengintimidasi fihak yang tak mau mengakui sebagai fakta sebagai "melawan sains" (Ya Tuhan inikah salah satu fitnah akgir zaman ?)

Dan fakta pula ada saintis-penulis buku ilmiah yang narasi tulisannya perihal evolusi asal usul makhluk seolah sudah menganggap itu adalah fakta bukan lagi upaya manusia mdumembuatgaan.Coba baca narasi tulisan Dawkins atau Yuval noah ketika bicara soal ini

Ilmuwan mana yang menyebut seluruh teori pasti paralel dengan fakta sesungguhnya yang dibicarakan ? Tapi mengapa di group debat ada orang yang keukeuh tidak terima kalau suatu teori dapat di kaitkan dengan upaya manusia membuat hipotesa ? Mereka pun menganggap semua obyek sains itu seolah "sama".Padahal pada obyek yang sulit-yang tersembunyi maka prinsip menduga itu jelas kuat alasannya,beda dengan pada obyek yang masih dapat diamati walau tidak utuh misal

Sesuatu yg tersembunyi di miliaran atau jutaan tahun lalu bagaimana memfaktualkan nya secara komplet secara langsung,maka wajar kalau disebut manusia hanya bisa melakukan upaya membuat dugaan,Dan yang namanya prinsip dugaan tak bisa di klaim "mutlak benar",artinya relatif ; bisa benar dan juga bisa keliru

Mari kita pake logika dalam mengurai permasalahan dalam sains yang sebenarnya bukan berasal dari saintis (saintis faham bahwa makna "teori" beda-tidak sederajat dengan fakta) tapi dari orang orang yang ditengarai punya kepentingan lain diluar sains seperti semisal kepetingan ideologis atau politiskah (?)
...............

Artikel ke 2

BERMAIN LOGIKA DALAM SAINS (1)

Logika adalah konsep yang umumnya orang kenal biasa di mainkan dalam ranah filsafat,Tapi kenapa dalam sains juga harus melibatkan logika ? ...

Karena dengan bermain logika kita akan mengetahui lebih banyak tentang sains diluar dari prinsip serta metode formal nya

Contoh ; Mengapa sih dalam dunia sains itu ada kategori ; asumsi,hipotesa-dugaan sementara,prediksi,teori serta penjelasan teoritis ? Kenapa tidak semua obyek yang dikelola atau dibahas oleh sains  dibuktikan secara empiris,Dan penjelasannya full empiris-berdasar pengamatan empiris,bukankah visi misi sains adalah mencari kebenaran empiris ?

Dan wajar kalau ekspetasi publik terhadap sains itu selalu kebenaran empiris,Karena sains adalah alat yang dipandang bisa di andalkan untuk itu

Tapi mengapa sains tidak selalu bisa meng empiriskan atau membuktikan atau menjelaskan secara empiris seluruh obyek yang dibahasnya ? Nah disini logika kita akan mulai bermain

Logika nya adalah ; Karena sains berhadapan dengan obyek yang beraneka ragam,ada obyek yang bisa di amati secara langsung secara empiris bahkan dibawa ke lab dan ada obyek yang tersembunyi yang tidak bisa diamati secara langsung secara empiris.Dengan istilah lain ; Ada obyek mudah dan obyek sulit.

Maka itu lahir istilah asumsi,hipotesa, prediksi,teori,penjelasan teoritis itu karena sains tidak selalu berhadapan dengan obyek mudah dalam artian full dapat diamati secara empiris.Semua kategori istilah yang saya sebut itu adalah cara sains menyikapi sesuatu yang tidak dapat diamati full-sepenuhnya secara empiris atau bahkan tidak bisa diamati sama sekali (tersembunyi)

Contoh ; ketika sains berupaya membahas asal usul alam serta asal usul makhluk maka bisa disebut sains berhadapan dengan obyek yang tidak mudah karena obyek aslinya tidak dapat diamati,Maka lahir gagasan teoritis yang kita kenal "teori asal usul alam" serta "teori asal usul makhluk".

Kenapa dilabeli "teori asal usul" dan bukan "fakta asal usul" ? Karena sains membahas persoalan itu bukan berdasar pengamatan langsung atas obyek asli. Sains mencari bahan bahan untuk menyusun teori tsb hanya dari yang masih dapat ditemukan saat ini maka lahir misal teori bigbang atau teori evolusi.Ingat dan catat bahwa hadirnya teori teori (asal usul) tsb adalah karena fakta orisinil masa silam nya TIDAK ADA YANG TAHU

Bandingkan misal bila bahasan asal usul alam serta makhluk itu berdasar pengamatan langsung secara empiris maka yang akan ada adalah "fakta asal usul alam" atau "fakta asal usul makhluk".Tapi tak ada saksi yang bisa melihat awal mula alam serta awal mula keberadaan makhluk,maka manusia saat ini hanya bisa berupaya membuat dugaan melalui penjelasan teoritis.Jadi makna "teori" dalam kasus ini adalah upaya manusia membuat dugaan-BUKAN MENJELASKAN FAKTUALNYA,karena penjelasan faktual mesti berdasar kesaksian atas obyek utama yang dibahas

Terus bagaimana dengan orang orang yang sudah menganggap teori evolusi asal usul makhluk seolah sebagai "fakta" atau "penggambaran faktual" (dan tak terima kalau dianggap upaya membuat dugaan) ? Itu artinya mereka tak faham latar belakang kenapa gagasan tsb dilabeli "teori"-bukan "fakta".

Kalau masih dilabeli "teori" maka setidaknya orang tetap harus membuat jarak dengan kategori "fakta"-tak boleh di paralelkan.Walau telah dibuat langkah langkah ilmiah yang sangat ketat dalam pembentukan suatu teori tapi jarak tersebut mesti tetap dijaga,karena melenyapkannya itu melanggar aturan ilmiah.Soal jarak itu kelak menebal, menipis atau menghilang maka itu akan mengikuti perkembangan

Mari kita ber logika ; Mengapa metamorfosis kupu kupu atau perkembangan janin itu tak ada teori nya ? Karena itu obyek yang full dapat diamati, Kalau full dapat diamati ya buat apa bikin teori.Teori serta penjelasan teoritis itu idealnya untuk menjelaskan sesuatu yang tidak bisa full diamati atau bahkan obyeknya tersembunyi seperti asal usul alam atau makhluk

Contoh lain ; kalau seluruh planet dapat diamati secara full termasuk gerakannya maka teori heliosentris itu tidak akan ada,heliosentris hingga saat ini masih disebut "teori" selama obyek aslinya tidak dapat diamati full secara utuh

Bumi bulat saat ini ketika orang sudah bisa keluar angkasa mungkin tak perlu disebut teori lagi karena dari luar angkasa orang bisa melihat bulatnya bumi full secara empiris.Jadi zaman dulu "bumi bulat" adalah sebuah teori tapi ketika manusia sudah bisa keluar angkasa maka jarak antara teori dengan fakta sudah bisa dibuang karena orang telah bisa melihat fakta orisinil nya secara langsung secara empiris-via indera

Jadi darisini kita bisa berlogika bahwa antara teori dengan fakta itu ada perbedaan substansial,ada aspek yang membedakan dan tak bisa diparalelkan sama atau sederajat,Kalau fakta itu mutlak kebenarannya karena bisa diverifikasi secara empiris-via inderawi tapi sebuah teori masih punya kemungkinan antara benar atau salah

............

BERMAIN LOGIKA DALAM SAINS (2)

Kita berlogika lagi ;
Terus sesuatu yang kedudukannya bisa masih debatabel-belum pasti kebenarannya karena masih berlabel "teori" dan essensinya upaya membuat dugaan, apakah pantas kalau lalu di bentur benturkan dengan agama ?

Karena kalau lebih idealnya yang harus dibenturkan dengan mengatas namakan sains itu sesuatu yang dalam sains sudah berposisi fakta empirik-bukan yang baru upaya membuat dugaan

Itulah,dengan memainkan logika dalam dunia sains kita akan menemukan dan memahami banyak hal tentang sains diluar dari prinsip serta metode formalnya,Dan sekaligus kekeliruan yang dibuat sebagian fihak yang mengatas namakan sains,Atau misal yang memparalelkan teori dengan fakta yang memang belum tentu serba paralel- bergantung obyek yang dibahas nya apa

Logika bisa dimainkan dalam sains ketika sains bahas berbagai masalah diantaranya untuk mengetahui sampai mana sih batas kemampuan sains itu ?

Contoh berbagai persoalan dalam sains yang mana logika kita bisa atau mesti ikut bermain ;
- Apakah sains bisa menentukan alam semesta terbatas atau tidak terbatas ?
-Mengapa sains menemukan prinsip ketakpastian dalam dunia kuantum ?
-Mengapa prinsip sains dengan materialisme dan dengan sainstisme berbeda ?
-Mengapa mekanika alam semesta Newton dipandang tidak berlaku untuk menjelaskan ruang waktu semesta secara keseluruhan ?
-Apakah mekanika kuantum meruntuhkan mekanika Newton ?
-Apakah konsep 7 lapis langit dapat diterima secara sains ?

Mungkin anda bisa menghimpun secara lebih banyak lagi persoalannya dan kita bisa membahasnya bersama

Contoh 1 ; Apakah sains bisa menentukan alam semesta terbatas atau tidak ?

Nah kita tahu bahwa hingga saat ini sains belum memiliki alat yang bisa menemukan batas alam,maka persoalan apakah semesta terbatas atau tidak terpaksa terpaksa harus diselesaikan dengan bantuan logika.Dan saya sudah bikin artikel bahas persoalan tsb tapi beberapa lawan debat anehnya ada yang tetep minta bukti empiris batas alam.Ia belum faham kalau penggunaan logika dilakukan itu ketika input indera sudah tidak lagi bisa masuk.

Ketika metode empiris buntu ya logika harus di mainkan.Ini berlaku utamanya ketika orang bertemu dengan persoalan metafisika tapi dalam sains pun fenomena serupa itu terjadi sekaligus menunjukkan bukti keterbatasan sains

2.Mengapa sains menemukan prinsip ketakpastian dalam dunia kuantum

Ya yang pertama yang kita harus memahami adalah "kenapa sains bisa memastikan atau mengukur sesuatu dengan pengukuran serba pasti dan terukur" (?)

Pertama tentu ketika sesuatu itu dapat diamati secara obyektif-bisa diluar atau tanpa keterlibatan subyektifitas sang pengamat,dan kedua,bila batasan dari obyek atau atribut yang melekat pada obyek yang di amati dapat ditentukan secara akurat-terukur.

Sampai level kuantum sebenarnya kondisi demikian masih ditemukan,buktinya orang bisa mengelola partikel atau element kuantum menjadi teknologi digital atau AI.Karena teknologi bisa dibuat bila element yang membentuknya dapat di ukur dengan pengukuran serba pasti dan terukur

Tapi ujung terdalam dari dunia kuantum bukanlah obyek yang serba bisa diamati- diukur dan di pastikan.Melihat realitas materi di level kuantum seperti melihat gradasi warna dari hitam ke putih dan batasnya bukan sesuatu yang bisa diamati secara kasat mata.Di dunia kuantum kita seperti melihat gradasi warna abu abu lalu gradasi tersebut menghilang kedalam putih

Jadi kalau menilai pake logika ; disini kita bisa menemukan batas sains dalam mengukur obyek.Obyek bisa di ukur dan dipastikan hasil pengukurannya bila obyek nya dapat diamati dan di ketahui seluruh atribut yang membatasinya semisal volume nya,massanya,verakannya dlsb yang orang sains lebih tahu

Sedang di dunia kuantum pengamatan sudah mulai blur hingga subyektifitas sang pengamat bisa ikut terlibat dan atribut yang melekat pada obyekpun sudah tidak bisa serba dipastikan,sebagai contoh dualisme partikel-gelombang ketika kita mengamati cahaya,Atau superposisi kuantum yang tidak tetap-permanen pada satu posisi

............

Artikel ke 4

APA YANG DIAMBIL ORANG BERAGAMA DARI SAINS ?

Terkait sains tentu orang beragama akan bersikap menyaring karena di seputar atau di belakang sains itu ada orang orang dengan beragam agama,ideologi,filosofi yang berbeda beda.Dan karena narasi narasi yang bicara sains saat ini sering bercampur aduk dengan pemikiran atau filosofi pribadi atau ideologi tertentu semisal yang secara ekpressif diperlihatkan oleh Richard dawkin melalui buku buku yang dibuatnya

Maka akademi akademi yang mengajarkan sains biasanya profesional hanya murni mengajarkan sains dan tidak mengajarkan ekses yang sudah diluar sains semisal hal yang sifatnya sudah filosofis-ideologis atau bersifat kepercayaan yang semua itu sudah diluar ranah fisik-sudah masuk ranah metafisis

Dan tentu saja yang akan diambil orang beragama adalah intisari-saripati- essensinya atau yang murni sainsnya. Orang beragama tidak akan mengambil ekses ekses filosofis atau ideologisnya semisal saintisme,materialisme, skeptisisme sampai ateisme,MENGAPA ?

Karena itu semua ESSENSINYA SUDAH BUKAN SAINS-sudah merupakan hal yang sifatnya pribadi atau pilihan pribadi dan bukan hasil langsung rumusan sains.Tidak ada rumusan langsung sains yang sifatnya metafisis atau ideologis atau keyakinan agama tertentu.Rumusan sains itu hanya berkaitan dengan hal empiris, Itu karena visi misi sains adalah kebenaran empiris

Maka orang beragama pada umumnya biasanya bersikap pragmatik dalam mengelola sains. Mereka umumnya lebih suka fokus misal  pada teknologi terapan atau hal hal yang langsung dapat dipraktekkan secara fisik-materi (teknologi) ketimbang larut mewacanakan hal hal yang dalam sains belum pasti kebenaran empirisnya-masih ranah teoritis-bersifat hipotesa-masih berupa dugaan.Walau tentu yang melayani perdebatan di ĺuar aspek pragmatis tadi selalu ada semisal seperti yang saya lakukan

Kalau orang melarikan rumusan sains pada keyakinan agama tertentu atau ideologi tertentu atau filosofi tertentu semisal sainstisme-materialisme- skeptisisme dlsb.maka itu sudah merupakan pilihan pribadi yang boleh orang pilih tanpa harus mengatas namakan sains lagi karena substansinya sudah bukan sains

Dan walau berbusa busa bicara sains dan mengbubungkannya dengan filosofi atau ideologi tertentu itu tidak akan membuat hal yang sifatnya ideologis atau filosofis menjadi paralel atau satu substansi dengan sains,tetap akan beda selama sains tidak merubah asas - prinsip dasar nya (prinsip empirisme)

Agama apapun essensinya tetaplah berbeda dengan sains demikian pula ateisme,saintisme, materialisme, skeptisisme dlsb.Maka menilai benar atau salah suatu agama atau ideologi atau filosofi tidak bisa semata memakai metode sains itu karena substansi semua itu sudah berbeda dengan sains.Maka menilai agama,ideologi serta hal filosofis itu sudah harus melibatkan logika-akal budi termasuk hati nurani

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun