Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Sampai mana batas ilmu pengetahuan manusia

12 Desember 2024   11:13 Diperbarui: 14 Desember 2024   09:48 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

..........

Ada yang beranggapan seolah "sains tidak terbatas",Apakah itu pandangan yang obyektif ?  Itu bisa jadi semacam ilusi atau utopia tapi sebenarnya bukti yang sesungguhnya akan ada-hadir dengan sendirinya dalam prakteknya-bukan dalam teori atau apalagi ilusi.Harus dilihat dari praktek sains yang telah dilakukan di dunia nyata untuk mengukur sampai mana sebenarnya batasan sains

Kalau mengacu pada keinginan para saintis untuk menyelidiki segala suatu tanpa batasan memang seperti sulit kita batasi,Bahkan hal hal yang mistis pun dicoba dimasuki seperti saat sains menyelidiki NDE atau fenomena kesurupan atau ketika persoalan ketuhanan dicoba didekati dengan memakai pendekatan element energi,Atau ketika AI mereplikasi pikiran manusia,dan banyak lagi

Sebenarnya kalau ingin tahu persisnya sampai mana sih batas sains itu harus dilihat dari apa yang telah di praktekkan sains sendiri dalam kenyataan dan fenomena tersebut sebenarnya tidak sedikit.Yang aneh adalah kalau masih ada yang keukeuh ber ilusi "sains tidak terbatas" sementara fakta dalam praktek menunjukkan bahwa sains terbatas,lalu yang tidak terbatas itu apanya ?

Tidak terbatasnya KEINGINAN saintis untuk menyelidiki segala suatu bukan acuan sains tanpa batas karena itu baru sebatas keinginan

Contoh adalah ketika sains melakukan penyelidikan pada kasus pengalaman mistis dari orang orang tertentu saat mereka dalam keadaan koma secara medis atau mati suri (NDE).Sejauh mana temuan sains ? Tentunya hanya sebatas mendokumentasi hasil laporan individu yang mengalami tapi sains tak bisa misal masuk kedalam pengalaman mistisnya itu sendiri.Disini sains hanya menerima laporan dari pelaku dan bukan meliput peristiwanya.Jadi hanya sebatas "meraba dari luar"

Ini sama dengan kasus fMRI atau BCI yang sebatas mengandalkan penangkapan atas sinyal aktifitas otak tapi tak ada alat sains yang bisa membaca isi pikiran atau kemana arah pikiran bergerak.Jadi dalam hal ini semua peralatan teknologi yang dibuat untuk proyek ini sebatas hanya bisa meraba dari luar tapi tak bisa masuk kedalam isi jiwa manusia

Jadi setelah kini teknologi yang menyelidiki manusia telah dibuat dan dipraktekkan apakah itu AI,fMRI,EEG, BCI,dll.maka kita bisa tahu persis sampai mana sebenarnya batasan sains dalam menyelidiki serta mengungkap manusia

Jadi ketika kita ingin tahu APA ITU MANUSIA kemana kita harus mengacu,Apakah melulu kepada sains ? Sebenarnya tidak relevan karena sesuai bukti dari praktek yang bisa diketahui sains dari manusia itu terbatas.Maka wajar kalau manusia mencari penjelasan tentang manusia juga di luar sains

Materialist beranggapan manusia adalah makhluk full materi-tak ada roh,jiwa,pikiran,akal yang otonom-tak ada unsur non materi dalam diri manusia,dan semua apapun fenomena psikologis- ruhaniah dianggap hanya pancaran atau eksistensi substansi materi.Inipun sebenarnya sama, hanya sebatas ilusi tapi kebenaran dari anggapan tersebut akan terbukti dari praktek yang dilakukan oleh sains sendiri.

Kalau manusia full benda material sebagaimana benda benda mati lainnya maka apapun yang ada pada manusia semua akan bisa di ungkapkan oleh sains sebagaimana sains mengungkap obyek benda benda mati,Tapi faktanya tidak demikian karena teramat banyak dari manusia yang tidak bisa diungkap sains secara materi, Maka wajar kalau ada keyakinan bahwa manusia afalah makhluk yang memiliki jiwa yang otonom dari tubuh materi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun