Ingat, di masa silam banyak terjadi vonis terhadap agama akibat kesalahan yang dilakukan para pendeta semisal kasus pengadilan terhadap Galileo, padahal kitab suci tak pernah menyebut bumi sebagai pusat alam semesta secara geometris tapi orang orang berpikiran dangkal menyebut peristiwa itu sebagai moment benturan agama vs ilmu pengetahuan seolah kitab suci yang salah padahal yang salah adalah para penafsirnya. Â dan aneh nya persepsi itu masih terpelihara hingga saat ini seolah tanpa mau membuat kajian mendalam terhadap kitab suci
Saat ini seharusnya kita lebih baik dalam berfikir,lebih ilmiah,lebih berakal sehat kalau kata Rocky gerung.maukah mewarisi persepsi persepsi negatif terhadap agama warisan orang orang zaman dahulu yang belum memahami agama secara konstruktif?Â
Yang hanya melihat serta menilai agama lebih dari permukaan kulit luar dengan cara memparalelkan nya secara langsung dengan perilaku orang yang diklaim pengikut nya ?
Saat ini seharusnya bukan waktunya lagi menilai dengan perasaan-unsur emotif, apalagi didahului prasangka prasangka negatif yang menutup serta membutakan nalar serta nurani
Artinya, kalau kita memang ingin melihat serta memperlakukan semua obyek keilmuan secara ilmiah sesuai prinsip keilmuan maka demikian pula dalam membuat kajian serta membuat penilaian terhadap agama,seharusnya kita bisa memisahkan terlebih dahulu antara unsur substansi agama di satu sisi dan unsur unsur manusiawi yang bisa menaati atau menyalahinya di sisi lain.berfikir tentang hal-masalah ini tanpa terstruktur-tanpa memiliki pola keilmuan yang benar apalagi bila didahului unsur emotif yang negatif akan melahirkan penilaian penilaian yang sejatinya jauh dari bersifat ilmiah
Karena agama diturunkan terhadap makhluk yang bernama manusia itu karena dalam diri mereka disamping ada nurani-akal juga terdapat hawa nafsu yang berpotensi melakukan kejahatan serta keburukan bahkan ketika manusia itu sudah mengklaim beragama hawa nafsunya itu tidak menjadi hilang sehingga potensi untuk berbuat kesalahan yang  menyalahi agamanya selalu mungkin untuk terjadi
Sehingga menilai agama dengan jalan memparalelkannya secara langsung dengan perilaku orang orang yang di klaim pengikutnya adalah suatu sikap yang sama sekali tidak objektif atau tidak ilmiah
.........
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H