Tini adalah secercah nyala di kegelapan yang amat luas. Seperti harapan, dia menentramkan. Ketentraman ini dirasakan Udo daripadanya. Setelah ditolak oleh Yanti beberapa waktu yang lalu, dia sempat mengalami kekecewaan dan bagai hilang harap. Lalu bidadari itu hadirlah, membawa semangat yang membangunkan dia dari keterpurukan. Mengembalikan statusnya sebagai 'Penyair Dari Harapan yang Lama Hilang', sebuah simbol dari belantara kampung syair Utan Tua.
Langkah Udo terayun ringan menuju Pet-House di mana Tini bekerja sebagai seorang asisten perawat. Saat dia sampai, gadis itu sedang merawat seekor kucing. Perhatian sekali. Kucing Anggora itu santai saja dielus-elus olehnya, mungkin pula binatang itu merasakan ketentraman yang sama.
"Udo mau disuntik?"
"Untuk apa?"
"Biar enggak kena rabies,"
"Kan ada Tini yang bakal ngerawat?"
Sebuah senyuman terkembang. Sebait senyum yang membawa Udo ke awang-awang. Dia tak tahu apa yang membuatnya jadi seperti itu. Sebuah perasaan yang begitu sulit untuk dipahami.
Dari meja resepsionis, sebuah lagu dari kelompok musik Padi terdengar manis mengisi suasana.
"Dari jauh lubuk hatiku
Jiwaku resah mencari tahu
Apa yang sedang kurasakan kini"
Dua pandang bertemu, Tini dan Udo sama-sama tersipu. Kala jemari mereka berpadu, waktu seolah beku.
****
"Udo jangan lupa sholat ya?"
"Iyaa"
"Rambut enggak boleh gondrong,"
"Baik, nona perawaatt..."
"Berhenti merokok ya?"
"Duh, gimana ya, say?"
"Udoooo"
"Aku usahain deh ya?"
****
Kesaling-mengertian adalah sebuah kehangatan. Seperti rasa hangat yang hadir ketika Tini melingkarkan tangannya ke lengan Udo di dalam sebuah angkot pada satu sore. Semua penumpang maklum. Seorang Ibu paruh baya tersenyum melihat mereka berdua, lalu lamat-lamat si Ibu menembangkan sebuah kidung Sunda.
"Ulah lila-lila, mun tacan siap ngalila'an"
Tini belum mengerti maksud lagu itu, begitu juga Udo. Mereka masih begitu muda dan begitu berbahagia, sementara si Ibu sudah banyak berasam-garam sesuai dengan usianya. Angkot melaju, perjalanan di tempuh, semua tujuan akan berlabuh pada sebuah terminal di penghujungnya.
****
"Udo kok ngelamun? Mikirin Yanti ya?"
"Iya,"
"Maafkanlah dia,"
"Dia enggak salah kok,"
"Memangnya ada apa sih sebenarnya sama dia?" Ujar Tini disertai rasa curiga.
"Dia enggak mau beli buku,"
"Gitu aja kok dipikirin?"
"Kondisi yang melatarbelakangi keputusannya itu yang membuatku sedih."
"Aku enggak ngerti"
"Ya enggak usah dimengerti, mending disyukuri aja."
"Apanya yang disyukuri?"
"Lha? Kan jadinya aku bisa ketemu sama kamu, ya toh?"
"Ih, Udo."
"Ah, Tini."
Tini mencubit lengan Udo dengan gemas. Udo balas mencubit dengan sama gemasnya. Akhirnya mereka saling mencubit, sampai tangan mereka berdua jadi merah-merah semua. Itulah ganjaran untuk siapa saja yang suka main cubit-cubitan.
****
Ada satu ikrar yang belum siap terucapkan oleh Udo. Ikrar yang juga ditakuti oleh semua pengembara muda di seluruh dunia. Ikrar untuk berlabuh di satu tempat saja. Ijab kobul. Dia tidak tahu bahwa ketidaksiapannya itu akan mengantarkan pada sebuah perpisahan.
****
Bada Isya. Jalanan dibasahi rinai hujan. Di bawah jembatan layang malam itu, Tini memandangi Udo dengan pandangan merajam, dia menanti jawaban atas pertanyaan yang seringkali diajukannya.
"Gimana, Do? Aku nunggu jawaban kamu!"
Udo hanya bisa menunduk lesu. Masih begitu banyak tempat dan perjalanan yang ingin dia tempuh. Meski dia tidak ingin menolak keinginan Tini yang tulus, tapi dia juga belum siap untuk menjalani sepenuhnya. Duh, aspal Cileungsi, jawaban apa yang mesti diberikan?
Tini tahu sudah, dengan mata basah dia berlari mengejar angkot. Pulang. Dia meninggalkan Udo yang masih melongo sendirian. Selamat tinggal janur kuning!
Udo sadar bahwa ini adalah resiko dari pilihan yang diambilnya sebagai seorang pengembara. Namun tetap saja dia tersiksa oleh nyanyi sunyi yang pedih dalam hatinya. Gerimis sudah mereda. Udara dingin hadir menusuk sampai ke tulang.
*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H