Mohon tunggu...
Susi Alipah
Susi Alipah Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN BUlakwaru 01

Nama Saya Susi Alipah, namun akrab dipanggil Uchy. Saya wanita kelahiran Tegal 07 Oktober 1982. Profesi saya abdi negara dalam bidang pendidikan. Menjadi seorang guru sebenarnya bukan cita-cita saya sejak kevil. Sedari kecilo saya memimpikan menjadi orang yang bergelut di dunia kesehatan. Namun oleh orangtua saya, saya diarahkan untuk mengambil keguruan, hingga jadilah diri saya yang sekarang. Menjadi seorang guru di sekolah dasar wilayah Kec. Tarub Kab. Tegal. Meski menjadi guru bukan cita-cita saya dari kecil, akan tetapi setelah saya terjun dalam dunia profesi ini saya menikmati dan mengalami hal-hal ajaib yang membuat saya makin menyenangi profesi saya ini. Terlebih ketika saya mampu menjadikan anak didik saya BISA Juara, berprestasi dan berkarakter, itulah beberapa hal yang menurut saya suatu keajaiban yang luar biasa. Dari hal-hal yang menakjubkan itulah saya makin mencintai dunia profesi saya, mengembangkan potensi diri saya untuk tetap menggali skill dan kemampuan saya guna memperbaiki kinerja pengajaran dan profesi saya ini. Sering mengikuti diklat diklat, membaca buku dan ikut dalam komunitas yang seprofesi dan bahkan yang lebih hebat dari saya, saya lakukan itu semua. Hingga pada suatu hari saya mendaftrakan diri guru prestasi, dan alhamdulillah saya lolos menjadi guru prestasi. Meski baru tingkat kecamatan itu prestasi yang luarbiasa bagi diri saya yang berawal minim sekali ilmu keguruan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi Modul 3.1

19 April 2023   08:09 Diperbarui: 19 April 2023   08:12 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Koneksi Antar materi

Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

Oleh: SUSI ALIPAH, S.Pd

Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Filosofi Pratap Triloka khususnya ing ngarso sung tuladha, yang artinya artinya di depan menjadi teladan, seorang guru menjadi tauladan bagi murid-muridnya, pengambilan keputusan dari seorang guru berpengaruh besar sebagai pemimpin pembelajarn. putusan Tauladan, praktik baik dari seorang guru akan mencerminkan kwalitas murid-muridnya. Dalam setiap pengabilan keputusan, seorang guru harus mencerminkan karsa usaha yang keras, hal ini sebagai perwujudan filosofi Pratap Triloka ing madyo mangun karsa seorang guru harus memberikan karsa atau usaha keras sebagai wujud filosofi Pratap Triloka ing madyo mangun karsa , artinya di tengah membangun. Keputusan seorang pemimpin pembelajaran harus bisa memberikan bagi murid untuk belajar dan mengembangkan potensi diri Tut wuri handayani  dan pada akhirnya guru membantu murid untuk dapat menyelesaikan atau mengambil keputusan terhadap permasalahannya secara mandiri. Guru hanya sebagai pamong yang mengarahkan murid menuju kebahagiaan. Hal ini sesuai dengan filosofi Pratap Triloka Tut Wuri Handayani. yang artinya di belakang memberi dukungan dalam penerapannya sebagai pemimpin, keputusan yang dibutuhkan harus memberikan dukungan, dorongan bagi murid sehingga bisa menjadi lebih baik.

Oleh karena itu sebagai seorang guru yang sekaligus pemimpin pembelajaran, seharusnya dalam pengambilan keputusan menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan keputusan dengan berpegang teguh terhadap filosofi Pratap Triloka.

 Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Setiap guru tentunya harus memiliki nilai-nilai positif yang tertanam pada setiap individu. Kita tau bahwa nilai-nilai positif tersebut tentunya akan mampu menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid. Nilai-nilai positif inilah yang akan memotivasi dan mendorong murid dalam mengambil keputusan yang tepat dan benar serta tidak merugikan baik dirinya maupun orang lain. Nilai-nilai positif tersebut seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid.

Nilai-nilai positif inilah sebagai prinsip guru manakala dihadapkan satu kasus di mana guru dituntut untuk mengambil keputusan dari dua pilihan yang sama sama benar ( dilema etika ) atau berada pada pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral) dalam hal ini menuntut kita berpikir secara seksama untuk mengambil keputusan yang benar.

Lahirnya suatu keputusan yang tepat tersebut merupakan buah atau implementasi dari nilai-nilai positif yang dipegang teguh dan dijadikan prinsip hidup kita. Nilai-nilai positif yang kita miliki juga akan mempengaruhi tingkat resiko yang kecil mudhorotnya atas keputusan yang kita ambil. Tentu saja keputusan yang kita ambil akan berpihak pada murid dan juga untuk kepentingan murid semata.

Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

Coaching adalah ketrampilan yang sangat penting dalam menggali suatu masalah yang sebenarnya terjadi baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki orang lain. Dengan menerapkan coaching model TIRTA, kita dapat mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan membuat pemecahan masalah secara sistematis. Konsep coaching TIRTA sangat ideal apabila dikombinasikan dengan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan yang kita ambil.

TIRTA merupakan model coaching yang dikembangkan dengan semangat merdeka belajar. Model TIRTA menuntut guru untuk memiliki keterampilan coaching. Hal ini penting mengingat tujuan coaching, yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. TIRTA adalah satu model coaching yang diperkenalkan dalam Program Pendidikan Guru Penggerak saat ini. TIRTA dikembangkan dari Model GROW. GROW adalah akronim dari Goal, Reality, Options dan Will.

Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini,

Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee,

Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi.

Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya.TIRTA akronim dari :

T : Tujuan

I : Identifikasi

R : Rencana aksi

TA: Tanggung jawab

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?

Guru seharusnya mampu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, yang tidak membosankan dan bermakna. Seorang pendidik harus mampu menganalisis perbedaan minat dan gaya belajar murid--muridnya di kelas, dengan kemampuan tersebut tentunya akan melahirkan proses pembelajaran yang berpihak pada murid, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai profil belajar murid. Maka dari itu pengambilan keputusan yang tepat sangatlah dibutuhkan bagi seorang pendidik, agar dapat mengakomodir seluruh kebutuhan murid. Kompetensi sosial emosional dibutuhkan supaya guru fokus dan mampu menyuguhkan pembelajaran yang bermakna dan efektif serta dapat mengambil keputusan dengan bijak dan tepat, yang mana akan mendorong terwujudnya, terciptanya dan terbentuknya merdeka belajar di kelas atau pun di sekolah, tercipta pula profil pelajar Pancasila

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

 Seorang pendidik yang mampu menciptakan solusi yang bijak da tepat dari tangan guru yang seperti inilah keberpihakan kepentingan murid tercipta pula. Di samping itu pula pendidik yang mampu membedakan permasalahan dari sudut pandang yang tepat sehingga mampu mengidentifikasi kasus yang masuk dilema etika ataukah bujukan moral.

Seorang guru manakala dihadapkan dengan kasus-kasus yang berhubungan dengan moral dan etika, maka  akan terpengaruh oleh nilai-nilai  yang dimilikinya. Nilai-nilai inilah yang akan mempengaruhi kualitas dirinya dalam mengambil sebuah keputusan. Jika nilai-nilai yang dianutnya nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan bijak dan tepat, benar dan dapat dipertanggungjawabkan dan begitu pun sebaliknya jika nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral, agama dan norma maka keputusan yang diambilnya lebih cenderung hanya benar secara pribadi dan tidak sesuai harapan kebanyakan pihak. Nilai-nilai yang dianut oleh Guru Penggerak yaitu reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif dan berpihak pada anak didik. Nilai-nilai inilah yang mampu memotivasi dan mendorong pendidik dalam memutuskan menentukan satu keputusan baik masalah moral atau pun etika yang bijak dan tepat sasaran serta benar bukan menurut versi sendiri, namun benar secara umum, di samping itu pula mampu meminimalisir kesalahan dalam pengambilan keputusan yang dapat merugikan semua pihak khususnya peserta didik.

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan adalah memilih suatu alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien sesuai dengan situasi yang dialami. Sehingga nilai-nilai yang dianut seseorang akan menentukan sudut pandang, kecenderungan paradigma dan prinsip yang diambil seseorang dalam membuat keputusan.

Dilema Etika adalah situasi di mana terjadi batin karena situasi yang memiliki situasi yang sama namun bertentangan. Etika berarti nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sehingga keputusan yang diambil mencerminkan nilai-nilai yang dianut atau dijunjung tinggi. Oleh karena itu dalam memutuskan kasus dilema etika maka guru harus memegang teguh 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan.

Pengambilan keputusan yang tepat mengenai kasus-kasus pada masalah moral atau etika hanya dapat dicapai jika dilakukan melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Dapat dipastikan bahwa jika pengambilan keputusan dilakukan secara akurat melalui proses analisis kasus yang cermat dan sesuai dengan 9 langkah tersebut, maka keputusan tersebut diyakini akan mampu mengakomodasi semua kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat , maka hal tersebut akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Yang jelas di mana pun kita bekerja pastilah akan menjumpai kendala atau kesulitan. Terutama dalam memutuskan satu kasus yang berhubungan dengan etika dan moral tentu pula akan dijumpai kesulitan. Kesulitan tersebut muncul karena perubahan paradigma dan  budaya sekolah. Contohnya sistem ketika guru memilih pilihan yang salah, pilihan yang tidak berpihak pada murid, guru yang seperti inilah yang akan menjadi kendala, berikutnya pastilah tidak semua warga sekolah sependapat dan berkomitmen tinggi untuk menerima dan menjalankan keputusan bersama. Dalam pengambilan keputusan terkadang kurang komunikasi dan koordinasi dengan guru yang lain, sehingga tentunya akan mendapat kendala -- kendala dalam memutuskan suatu kasus atau masalah.

Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Manakala keputusan tersebut sudah berpihak pada murid, maka pendapat saya ini akan berpengaruh pada pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita dalam belajar dan pada akhirnya murid akan berkembang sesuai kodrat alam dan kodrat zaman. Akan tetapi manakala keputusan yang kita ambil sepihak dan tidak ada keberpihakan terhadap murid kita, maka memerdekakan murid hanyalah sebuah statemen belaka yang tidak mampu direalisasikan dan sudah pastinya murid tidak akan berkembang dan berpotensi.

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Tugas ter berat seorang pemimpin pemelajaran salah satunya adalah mengambil keputusan yang bijak dan tepat, karena keputusan yang diambil seorang pemimpin sangat berpengaruh terhadap sekolah atau instansi di mana kita bekerja baik pengaruh itu secara langsung atau pun tidak langsung. Bahwa keputusan yang kita ambil memiliki konsekuensi dari keputusan kita yang kita ambil sebagai pembelajaran.Ketika kita mengambil keputusan yang berpihak pada siswa maka murid kita akan belajar menjadi orang yang merdeka dan juga bisa mengambil keputusan yang tepat kelak dan tumbuh pribadi yang matang dan cermat dalam mengambil keputusan.

Kesimpulan materi modul dan keterkaitannya materi modul 3.1 dengan modul-modul sebelumnya

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran guru harus mampu menerapkan Prinsip pratap triloka dari Ki hadjar Dewantara, yaitu Ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karsa dan tut wuri handayani. Sebagai panutan guru juga harus memiliki dasar prinsip dalam pengambilan keputusan, dasar prisip tersebut berpedoman pada nilai-nilai moral, religiusitas dan nilai-nilai universal serta bertanggung jawab. Nilai seorang guru yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, kreatif dan berpihak pada murid juga menjadi pedoman pengambilan keputusan.

Harus memperhatikan juga visi misi sekolah ketika seorang pemipin pembelajar hendak mengambil sebuah keputusan, budaya dan nilai sebagai pegambilan keputusan pun harus memperhatikan budaya positif yang terdapat di sekolah.

Kompetensi sosial emosional yang matang dari seorang guru akan mendukungnya dalam pengambilan keputusan yang tepat. Kompetensi ini meliputi kesadaran diri atau self awareness, Pengelolaan diri (self management), Kesadaran sosial atau kesadaran sosial, dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skill).

Sebagai pemimpin pembelajaran maka ketika kita berada dalam situasi dilema etika maupun moral, kita menggunakan prinsip kesadaran penuh atau mindfullness sehingga kita akan sadar dengan berbagai opsi dan konsekuensi yang ada, keputusan yang dihasilkan pun dapat dipermudah dan bermanfaat.

Selain itu, pembelajaran di kelas dengan mengambil strategi untuk membedakan yang sesuai kebutuhan belajar murid akan mampu mengarahkan siswa pada proses pengembangan potensi mereka dan juga melalui proses pembinaan sehingga mereka dapat mencapai kemerdekaan belajarnya.

Dalam pengambilan keputusann guru harus menerapkan prinsip atau dasar pengambilan keputusan yang tepat yaitu menggunakan empat paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

Untuk itu saya harus berlatih menerapkan kemampuan pengambilan keputusan ini menggunakan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan yang saya lakukan sebagai aksi nyata yang harus saya lakukan dalam pembelajaran di kelas maupun di sekolah saya yang saya buat dalam rencana program

Baca tentang rencanapenerapan pengambilan keputusan di Monolog Refleksi Pengambilan Keputusan

" Berusaha bukan untuk menjadi manusia yang sukses, tapi berusahalah menjadi manusia yang bermanfaat"

" Biarkan hati kecilmu mengambil sebuah keputusan, tapi jangan lupa logika juga disertakan. Ikuti, tapi bawa juga logikamu"

 Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Pada pembahasan modul 3.1 saya mempelajari bagaimana cara membuat keputusan bagi seorang pemimpin.

Ada 4 materi penting di modul ini dalam upaya membuat keputusan.

A. Dilema Etika vs Bujukan Moral

Dilema etika merupakan situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan di mana kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentangan. Sedangkan bujukan moral merupakan situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar atau salah.

B. 4 Paradigma Pengambilan Keputusan

Dari pengalaman kita bekerja kita pada institusi pendidikan, kita telah mengetahui bahwa dilema etika adalah hal berat yang harus dihadapi dari waktu ke waktu.

Ketika kita menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup.

Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini:

1. Individu lawan masyarakat (individual vs community)

Dalam paradigma ini ada pertentangan antara individu yang berdiri sendiri melawan sebuah kelompok yang lebih besar di mana individu ini juga menjadi bagiannya.

2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

Dalam paradigma ini ada pilihan antara mengikuti aturan tertulis atau tidak mengikuti aturan sepenuhnya. Pilihan yang ada adalah memilih antara keadilan dan perlakuan yang sama bagi semua orang di satu sisi, dan membuat pengecualian karena kemurahan hati dan kasih sayang, di sisi lain.

Kadang memang benar untuk memegang peraturan, tapi terkadang membuat pengecualian juga merupakan tindakan yang benar.

3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

Kejujuran dan kesetiaan seringkali menjadi nilai-nilai yang bertentangan dalam situasi dilema etika. Kadang kita perlu untuk membuat pilihan antara berlaku jujur dan berlaku setia (atau bertanggung jawab) kepada orang lain. Apakah kita akan jujur menyampaikan informasi berdasarkan fakta atau kita menjunjung nilai kesetiaan pada profesi, kelompok tertentu, atau komitmen yang telah dibuat sebelumnya.

4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Paradigma ini paling sering terjadi dan mudah diamati. Kadang perlu untuk memilih antara yang kelihatannya terbaik untuk saat ini dan yang terbaik untuk masa yang akan datang.

C. 3 Prinsip dalam Pengambilan Keputusan.

1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

Prinsip ini berpijak pada aliran ulitarianism, yaitu mengerjakan apa yang dapat menghasilkan kebaikan terbesar untuk jumlah orang terbanyak.

2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

Primsip ini berpijak dari filsafat, yaitu deontologis, dari bahasa yunani "deon" yang berarti tugas atau kewajiban.

3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Memutuskan sesuatu dengan pemikiran, apa yang anda harapkan orang lain lakukan terhadap anda.

D. 9 langkah pengambilan keputusan

1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.

2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.

Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.

4. Pengujian benar atau salah

5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar

6. Melakukan Prinsip Resolusi

7. Investigasi Opsi Trilema

8. Buat Keputusan

9. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan

 Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Pada pembahasan modul 3.1 saya mempelajari bagaimana cara membuat keputusan bagi seorang pemimpin.

Ada 4 materi penting di modul ini dalam upaya membuat keputusan.

A.     Dilema Etika vs Bujukan Moral

 

Dilema etika merupakan situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan di mana kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentangan. Sedangkan bujukan moral merupakan situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar atau salah.

 

B.     4 Paradigma Pengambilan Keputusan

Dari pengalaman kita bekerja kita pada institusi pendidikan, kita telah mengetahui bahwa dilema etika adalah hal berat yang harus dihadapi dari waktu ke waktu.

Ketika kita menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup.

Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini:

 

1.       Individu lawan masyarakat (individual vs community)

Dalam paradigma ini ada pertentangan antara individu yang berdiri sendiri melawan sebuah kelompok yang lebih besar di mana individu ini juga menjadi bagiannya.

 2.      Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

Dalam paradigma ini ada pilihan antara mengikuti aturan tertulis atau tidak mengikuti aturan sepenuhnya. Pilihan yang ada adalah memilih antara keadilan dan perlakuan yang sama bagi semua orang di satu sisi, dan membuat pengecualian karena kemurahan hati dan kasih sayang, di sisi lain.

Kadang memang benar untuk memegang peraturan, tapi terkadang membuat pengecualian juga merupakan tindakan yang benar.

 3.      Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

Kejujuran dan kesetiaan seringkali menjadi nilai-nilai yang bertentangan dalam situasi dilema etika. Kadang kita perlu untuk membuat pilihan antara berlaku jujur dan berlaku setia (atau bertanggung jawab) kepada orang lain. Apakah kita akan jujur menyampaikan informasi berdasarkan fakta atau kita menjunjung nilai kesetiaan pada profesi, kelompok tertentu, atau komitmen yang telah dibuat sebelumnya.

 4.      Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Paradigma ini paling sering terjadi dan mudah diamati. Kadang perlu untuk memilih antara yang kelihatannya terbaik untuk saat ini dan yang terbaik untuk masa yang akan datang.

 C.     3 Prinsip dalam Pengambilan Keputusan.

1.       Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

Prinsip ini berpijak pada aliran ulitarianism, yaitu mengerjakan apa yang dapat menghasilkan kebaikan terbesar untuk jumlah orang terbanyak.

2.      Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

Primsip ini berpijak dari filsafat, yaitu deontologis, dari bahasa yunani "deon" yang berarti tugas atau kewajiban.

3.      Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Memutuskan sesuatu dengan pemikiran, apa yang anda harapkan orang lain lakukan terhadap anda.

D.    9 langkah pengambilan keputusan

1.       Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.

2.      Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.

3.      Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.

4.      Pengujian benar atau salah

5.      Pengujian Paradigma Benar lawan Benar

6.      Melakukan Prinsip Resolusi

7.      Investigasi Opsi Trilema

8.     Buat Keputusan

9.      Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan

Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran dalam situasi moral dilema? Kalau pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Dulu Saya pernah dihadapkan pada kasus yang membingingkan, pernah dihadapkan pada pengambilan keputusan dalam situasi. Pada saat itu saya tidak mengetahui apakah kasus yang terjadi pada saya ini termasuk dilema etika ataukah bujukan moral? Sayapun belum mengetahui paradigma dan prinsip apa yang saya gunakan pada saat itu serta bagaimana langkah-langkah yang benar pada saat pengambilan keputusan.

Bagaimana dampak mempelajari materi ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Setelah saya selesai memahami dan belajar modul ini, dampak bagi diri saya adalah saya bertambah ilmu wawasan, dan saya menjadi faham dan mampu membedakan setiap kasus yang saya hadapi, apakah kasus tersebut termasuk kasus dilema etika ataukah kasus bujukan moral. Setelah saya mampu membedakan kasus, saya mampu menerapkan atau mengetahui paradigma apa yang terjadi pada kasus yang saya hadapi, dari situlah saya mampu mengidentifikasi tiap kasus.

Setelah saya mempelajari modul ini, dampaknya saya mampu membedakan setiap kasus yang saya hadapi apakah termasuk dilema etika ataukah bujukan moral. Selanjutnya saya mengetahui paradigma apa yang terjadi pada kasus saya, sehingga saya mampu menggunakan prinsip serta langkah-langkah pengambilan keputusan yang tepat.

Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran?

Menurut saya sangat penting bagi saya mempelajari modul ini. Karena materi yang disajikan dan dituangkan dalam modul ini sangat membantu saya dalam mempraktekkan dalam menerapkan pengambilan keputusan yang bijak dan tepat. Selain itu pula melalui modul ini saya mampu mengidentifikasi setiap kasus, sehingga saya mampu bagaimana cara saya menemukan solusi yang tepat dalam penyelesaian kasus

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun