Guru seharusnya mampu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, yang tidak membosankan dan bermakna. Seorang pendidik harus mampu menganalisis perbedaan minat dan gaya belajar murid--muridnya di kelas, dengan kemampuan tersebut tentunya akan melahirkan proses pembelajaran yang berpihak pada murid, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai profil belajar murid. Maka dari itu pengambilan keputusan yang tepat sangatlah dibutuhkan bagi seorang pendidik, agar dapat mengakomodir seluruh kebutuhan murid. Kompetensi sosial emosional dibutuhkan supaya guru fokus dan mampu menyuguhkan pembelajaran yang bermakna dan efektif serta dapat mengambil keputusan dengan bijak dan tepat, yang mana akan mendorong terwujudnya, terciptanya dan terbentuknya merdeka belajar di kelas atau pun di sekolah, tercipta pula profil pelajar Pancasila
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.
 Seorang pendidik yang mampu menciptakan solusi yang bijak da tepat dari tangan guru yang seperti inilah keberpihakan kepentingan murid tercipta pula. Di samping itu pula pendidik yang mampu membedakan permasalahan dari sudut pandang yang tepat sehingga mampu mengidentifikasi kasus yang masuk dilema etika ataukah bujukan moral.
Seorang guru manakala dihadapkan dengan kasus-kasus yang berhubungan dengan moral dan etika, maka  akan terpengaruh oleh nilai-nilai  yang dimilikinya. Nilai-nilai inilah yang akan mempengaruhi kualitas dirinya dalam mengambil sebuah keputusan. Jika nilai-nilai yang dianutnya nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan bijak dan tepat, benar dan dapat dipertanggungjawabkan dan begitu pun sebaliknya jika nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral, agama dan norma maka keputusan yang diambilnya lebih cenderung hanya benar secara pribadi dan tidak sesuai harapan kebanyakan pihak. Nilai-nilai yang dianut oleh Guru Penggerak yaitu reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif dan berpihak pada anak didik. Nilai-nilai inilah yang mampu memotivasi dan mendorong pendidik dalam memutuskan menentukan satu keputusan baik masalah moral atau pun etika yang bijak dan tepat sasaran serta benar bukan menurut versi sendiri, namun benar secara umum, di samping itu pula mampu meminimalisir kesalahan dalam pengambilan keputusan yang dapat merugikan semua pihak khususnya peserta didik.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Pengambilan keputusan adalah memilih suatu alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien sesuai dengan situasi yang dialami. Sehingga nilai-nilai yang dianut seseorang akan menentukan sudut pandang, kecenderungan paradigma dan prinsip yang diambil seseorang dalam membuat keputusan.
Dilema Etika adalah situasi di mana terjadi batin karena situasi yang memiliki situasi yang sama namun bertentangan. Etika berarti nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sehingga keputusan yang diambil mencerminkan nilai-nilai yang dianut atau dijunjung tinggi. Oleh karena itu dalam memutuskan kasus dilema etika maka guru harus memegang teguh 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan.
Pengambilan keputusan yang tepat mengenai kasus-kasus pada masalah moral atau etika hanya dapat dicapai jika dilakukan melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Dapat dipastikan bahwa jika pengambilan keputusan dilakukan secara akurat melalui proses analisis kasus yang cermat dan sesuai dengan 9 langkah tersebut, maka keputusan tersebut diyakini akan mampu mengakomodasi semua kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat , maka hal tersebut akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Yang jelas di mana pun kita bekerja pastilah akan menjumpai kendala atau kesulitan. Terutama dalam memutuskan satu kasus yang berhubungan dengan etika dan moral tentu pula akan dijumpai kesulitan. Kesulitan tersebut muncul karena perubahan paradigma dan  budaya sekolah. Contohnya sistem ketika guru memilih pilihan yang salah, pilihan yang tidak berpihak pada murid, guru yang seperti inilah yang akan menjadi kendala, berikutnya pastilah tidak semua warga sekolah sependapat dan berkomitmen tinggi untuk menerima dan menjalankan keputusan bersama. Dalam pengambilan keputusan terkadang kurang komunikasi dan koordinasi dengan guru yang lain, sehingga tentunya akan mendapat kendala -- kendala dalam memutuskan suatu kasus atau masalah.
Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?